Tidak ada siapapun di dalam gedung olahraga saat Raina masuk ke dalam sana. Senyum Raina mengembang melihat Bisma duduk di bangku pinggir lapangan sedang membereskan barang-barang bawaan.
Raina melangkah mendekat, bertepatan dengan Bisma yang beranjak berdiri. Raina kira, Bisma menyadari keberadaannya yang hanya berdiri berjarak sepuluh langkah dari tempat cowok itu berdiri.
Tapi, ternyata dugaannya salah.
Bisma menghampiri seorang cewek yang berdiri di tengah lapangan sambil men-drible bola berwarna oranye. Mungkin karena hanya terfokus pada Bisma, Raina tidak menyadari keberadaan cewek itu.
Tanpa Raina duga, Bisma memeluk cewek itu dari belakang. Cewek itu membalikkan badan, mengalungkan kedua lengan di leher Bisma.
Entah hal lucu apa yang sedang mereka bicarakan sampai-sampai Raina melihat senyum lebar di wajah Bisma yang sudah lama dia tidak lihat.
Deg!
Jantung Raina mencelos saat Bisma mencium bibir cewek itu. Dada Raina terasa semakin sesak saat Bisma tidak melepaskan pagutan bibirnya pada cewek itu padahal Bisma sudah menyadari keberadaan Raina di sana.
Bahkan Bisma menekan tengkuk leher cewek itu, memperdalam ciuman tanpa melepaskan tatapannya pada Raina.
Suara langkah terdengar keras di dalam gedung olahraga yang terasa begitu hening. Eria dan Inta juga melihat apa yang Raina lihat.
"Bisma Azka Tama!" Teriakan Inta mengejutkan Mala hingga tautan bibir cewek itu dengan Bisma terlepas.
Kedua tangan Inta terkepal kuat. Inta berjalan cepat menuju ke arah dua orang yang berdiri di tengah lapangan, ingin sekali memberi mereka pukulan kalau saja Raina tidak mencekal pergelangan tangannya.
Inta menoleh ke belakang. Meskipun hati Raina hancur berkeping-keping, Raina tetap berusaha menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Gue mau pulang."
"Nggak, Kak! Gue harus--"
"Ta, please..." Raina memohon.
Raina memang tersenyum, tapi Inta dapat melihat kedua mata Raina berkaca-kaca. Dan, menutupi kesedihan dengan sebuah senyuman rasanya jauh lebih perih.
"G-gue nggak papa, kok."
Padahal kenyataannya Raina sangat terluka.
Inta melirik Eria yang membeku di tempatnya berdiri. Inta tau, Eria juga sama terkejutnya. Inta kembali menatap Raina. Kemudian dia mengangguk samar, menuruti perkataan Raina.
Raina melepaskan cengkaramnnya pada pergelangan tangan Inta. Raina membalikkan badan, bersamaan dengan tangannya yang menggenggam erat buket bunga terangkat menyeka kasar air mata. Lalu tanpa menunggu lebih lama dia melangkah pergi dari sana.
"R-Rain!"
Bisma berteriak. Suaranya menggema di lapangan indoor gedung olahraga. Namun, Raina tetap melangkah. Semakin mempercepat langkah sebelum akhirnya berhenti saat Bisma berhasil mencekal pergelangan tangannya.
Dengan kuat, Bisma menarik tangan Raina hingga berbalik badan. Bisma langsung mendekap Raina sangat erat, seolah-olah dia tidak ingin Raina pergi jauh darinya.
Padahal apa yang dia lakukan tadi adalah rencana Bisma untuk membuat Raina meninggalkannya. Apa secepat itu Bisma berubah pikiran?
Dalam dekapan Bisma, Raina terdiam kaku, bak sebuah patung manusia bertopeng senyum. "Maaf, maaf, maafin aku, Rain," Bisma terus membisikkan kata maaf di dekat telinga Raina.
Rasanya begitu sakit sampai Raina menangis tanpa suara masih dengan senyum di wajahnya. Raina berharap, apa yang dia saksikan dua menit yang lalu adalah sebuah mimpi buruk dan dia ingin segera bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
Teen FictionCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...