RAINA 50 - Hukuman

150 16 21
                                    

Bryan menghentikan motor di depan rumah Raina. Seharusnya dia bersama Raina makan di kafe yang direkomendasikan cewek itu, tapi kafe itu tutup. Bryan akhirnya mengantarkan Raina pulang dengan perasaan sedikit kecewa.

"Maaf ya, Yan, ternyata kafenya tutup. Padahal makanan di sana enak-enak loh," ucap Raina sedikit merasa bersalah.

Sebenarnya itu bukan masalah besar bagi Bryan. Ia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Raina. Bahkan Bryan rela menahan lapar demi mengantarkan Raina pulang terlebih dahulu.

"Halah nggak papa, lagian gue udah beli martabak. Lumayan buat ganjel perut nanti." Bryan tersenyum tulus pada Raina.

"Okedeh, hati-hati di jalan. Makasih ya tumpangannya."

Bryan terkejut tanpa ekspresi. Kenapa ending-nya hanya begini? Apa Raina tidak mau mempersilakan Bryan mampir ke rumahnya? "O-oh iya, Rain, gue balik dulu."

Bryan baru akan memakai helm saat suara klakson mobil dari arah depan berbunyi. Mobil hitam itu berhenti tepat di depan motor Bryan. Pintu mobil terbuka dan seorang wanita dengan kacamata hitam keluar dari sana.

"Harus banget ya pake kacamata item?" protes Raina saat melihat penampilan Mamanya yang nyentrik.

"Loh, loh, siapa ini? Tante sampe lupa nama kamu karena udah lama nggak main ke rumah," Wati menyapa Bryan yang masih duduk di motornya, mengabaikan Raina.

"Bryan, Tan," Bryan terkekeh kecil. Buru-buru cowok itu turun dari motor dan bersalaman dengan Wati, "Tante apa kabar?"

"Baik banget dong! Kamu udah dari tadi di sini?"

"Baru aja, Tan, ini juga mau pulang."

"Loh, kok udah mau pulang? Nggak mampir dulu? Kamu nggak ada kegiatan kan habis ini?" tanya Wati sehalus mungkin.

"Raina nggak mempersilakan masuk Tan. Makanya Bryan mau langsung pulang," Bryan terkekeh, melirik Raina yang sedang menatap tajam ke arahnya.

"Tadi nggak ada orang di rumah, yakali gue berduaan aja sama lo," Raina mencari alasan.

"Ya kan bisa kamu suruh duduk di kursi teras. Lagian kasian Bryan udah capek-capek nganterin kamu, padahal rumah dia di ujung sana." Wati sedikit menaikkan nada bicaranya.

Entah kenapa Raina sedikit jengkel, "Apaan sih Ma? Lebay amat!"

Lagi, Wati tidak memperdulikan Raina. Wanita itu menarik lembut lengan Bryan. "Bryan duduk dulu yuk di dalem, nanti Tante bikinin teh."

Tentu saja, Bryan menanggapi dengan senang hati. "Kalo Tante maksa sih, Bryan nggak bisa nolak, hehe." Mood Bryan seketika naik. Rencana ingin makan berdua dengan Raina, malah digantikan dengan bertamu di rumah cewek itu.

***

Barang-barang di rumah Bisma sudah dikembalikan semua. Kondisi Sukma juga sudah pulih sejak pulang dari rumah sakit. Kasus penipuan yang dilakukan Sandi, Mala, dan keluarganya sedang ditindaklanjuti oleh pihak berwajib. Kemungkinan mereka akan di penjara dalam waktu yang lama.

Semuanya kembali semula, tapi tidak bagi Bisma. Ia masih punya urusan yang belum selesai dengan Inta dan Eria. Bisma masih harus menjalani hukuman dari mereka. Bisma sudah mengingat kesalahannya. Setahun yang lalu dia tak sengaja menabrak seseorang yang berharga bagi Inta hingga meninggal. Orang itu bernama Razka, sahabat Inta.

Hari ini, Bisma akan menemui Eria dan Inta di kantor polisi. Ia belum memberitahukan masalah ini pada keluarganya. Sudah cukup Bisma membuat repot keluarganya.

"Kamu mau kemana Bisma?"

Langkah Bisma terhenti saat Ayah tiba-tiba bertanya. Bisma menelan ludah, kemudian membalikkan tubuh, "B-bisma mau ke--"

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang