RAINA 10 - Kalung

270 28 7
                                    

Raina menoleh ke belakang. Kedua matanya melebar melihat Bisma yang berjalan santai ke arahnya. 

Cewek itu kembali menghadap ke depan. Melihat cowok--yang dia tebak sebagai ketua geng--tersenyum ke arah Bisma.

"Oi, Bis!" sapa cowok itu.

Bisma berdiri di samping Raina. Melirik sekilas cewek itu lalu tersenyum menenangkan. Cowok itu seperti ingin mengatakan, 'aku ada di sini. Jangan takut.'

"Kalian pada ngapain di sini?" ulang Bisma.

"Kita..." Cowok itu menatap Raina. "Cuma mau kenalan sama ni cewek."

Bisma melirik Raina yang menatap mereka tajam. Cowok itu tahu apa yang baru saja dilakukan oleh teman-temannya.

Tanpa aba-aba, Bisma merangkul pundak Raina, membuat cewek itu tersentak kaget. Baik Bisma maupun Raina, jantung mereka sama-sama berdegup dengan kencang.

Raina kembali tersentak kaget ketika Bisma menariknya lebih dekat. Bisma tersenyum ke arah teman-temannya lalu berkata,

"She is my girlfriend."

Kedua mata Raina membulat kaget. Cewek itu menoleh ke arah Bisma yang tersenyum ke arahnya.

"O-ohh, dia pacar lo?" tanya cowok tadi.

"Ya, dia pacar gue," ucap Bisma tanpa ada nada keraguan di dalam suaranya. "Jadi, jangan ganggu dia!" lanjutnya.

"Oke, sorry, gue udah kurang ajar sama lo," ucap teman Bisma pada Raina. Raina hanya mengangguk sebagai jawaban. Raina dapat melihat dengan jelas raut wajah ketakutan cowok itu.

Bisma menurunkan tangannya dari pundak Raina. Cowok itu beralih menggenggam erat tangan Raina. "Gue duluan," ucapnya lalu menarik Raina menjauh dari gerombolan cowok tadi.

***

Bisma mengajak Raina ke taman yang ada di belakang perpustakaan sekolah. Mereka duduk di bangku yang ada di sana.

Raina terus menundukkan kepalanya. Cewek itu memainkan jarinya. Ia sedang gugup. Bagaimana dia tidak gugup kalau kedua mata berwarna hitam legam milik Bisma terus menatapnya?

Bisma menahan tawanya. "Kok nunduk terus?"

Raina mendongak menatap Bisma sekilas lalu menunduk lagi. "Lagian kenapa liatin kayak gitu?"

Bisma memiringkan kepalanya agar dapat melihat wajah memerah Raina. "Malu?"

Cewek itu memalingkan wajah. "Hm."

"Aku kira urat malu kamu udah putus," ucap Bisma enteng.

What?!

Raina menatap sebal Bisma. Tangannya memukul berulang kali lengan cowok itu. "Nyebelin banget sih!"

Tawa Bisma berderai. "Abis kamu lucu." Satu kalimat yang Bisma ucapkan itu membuat Raina berhenti memukulnya. Raina terdiam dan,

Blush

Bisma tertawa melihat kedua pipi Raina memerah. "Ehh, pipinya merah," goda cowok itu.

Raina membalikkan badan. Memunggungi cowok itu. Raina menyentuh kedua pipinya. Ya ampun, dia sangat malu.

Raina tersentak kaget ketika tangan Bisma memakaikan sesuatu di lehernya. Cewek itu menunduk. Kalung?

"Udah," ucap Bisma.

Raina membalikkan badannya. Menatap Bisma dengan satu alis terangkat. "Kalung?"

Bisma tersenyum. "Hadiah anniversary."

Kedua mata Raina melebar. Ya, pada hari anniversary-nya satu bulan yang lalu, dia malah memberi Bisma sebuah surat yang mengatakan bahwa mereka berteman saja. Mengingat hal itu, kedua mata Raina berkaca-kaca. Ia merasa bersalah.

"Maaf," ucapnya lirih.

Usapan lembut pada puncak kepalanya membuat Raina mendongak. "Kenapa minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf. Ibuku udah keterlaluan."

Raina menggeleng. "Nggak. Ibu kamu mau yang terbaik buat anaknya."

Bisma tersenyum. "Aku udah lulus, Rain. Nilaiku juga bagus."

Raina mengangguk. "Mereka pasti bangga."

"Rain?"

"Ya?" 

Raina tersentak ketika Bisma menarik kedua tangannya. Menggenggamnya erat. Bisma menatap lekat kedua mata berwarna coklat gelap milik Raina lalu dua kata meluncur dari bibir tipis cowok itu.

"Balikan yuk!"

"Hah?"
















🍂🍂🍂

Up dua minggu lagi, wkwk

Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

MintAdjie21 dan Ischyros27

30-05-2020

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang