RAINA 53 - Jadi?

151 18 4
                                    

"Yok yang mau ikut gue ke kebun!"

"Lahh?!" Fitri dan Satriya yang baru selesai sarapan kebingungan dengan ajakan Putra barusan.

"Bukannya kita mau jalan-jalan, ya?" protes Fitri, menagih janji Putra. Sebelum berangkat ke sini, Putra sudah berjanji akan mengajak mereka jalan-jalan ke tempat wisata.

"Iya, nanti sore aja kita ke pantai. Pagi ini kita bantu kakek nenek gue di kebun deket vila," Putra menjelaskan sembari membereskan piring kotor bersama Bryan.

"Emang kebun apa?" tanya Bryan penasaran.

"Kebun jeruk bali. Katanya sih minggu ini panen. Jadi, gue sekalian disuruh bantuin kakek nenek. Ntar gue kasih gratis deh buat oleh-oleh, gimana?" tawar Putra. Cowok itu menaikturunkan kedua alis.

Raina sejak tadi hanya menyimak akhirnya bersuara. "Gue ikut deh." Hal itu membuat yang lain kompak menoleh ke arahnya. "A-apaan, sih?" Raina jadi merasa tak nyaman ditatap seperti itu.

"Wahh, emang lo sahabat terbaik gue dah, Rain!" saking senangnya, Putra menepuk punggung Raina dengan bersemangat. Senyum lebar cowok itu juga tidak pudar.

Bryan tak suka melihat keakraban mereka. "Gue juga ikut!" seru Bryan kemudian, membuat Raina menatapnya bingung.

"Gue juga deh," sahut Satriya, ikut-ikutan.

Mereka berempat lalu menoleh ke arah Fitri yang belum memberi keputusan. Fitri menghela napas. "Ya udah deh gue juga ikut," pasrahnya.

"Nah gitu dong! Kalo semua ikut, kan, gue jadi ada yang bantuin," Putra terkekeh, dia sedikit bersyukur karena ada yang menolongnya berkebun tahun ini.

"Tapi, bener ya Put, entar kita habis ke kebun pergi ke pantai! Awas kalo nggak!" ancam Fitri, telunjuknya mengarah pada Putra.

Putra mengacak puncak kepala Fitri. "Iya, iya, bawel amat si!"

***

Setelah diberi arahan oleh kakek dan neneknya Putra, kelima remaja itu segera mengerjakan tugas masing-masing. Raina dan Fitri memetik jeruk bali bersama, kemudian mereka harus membawanya ke pinggir kebun dengan karung.

"Anjir, berat banget! Mana panas!" keluh Fitri mengelap keringat di dahi. Dia sudah bersusah payah dan akhirnya berhasil memindahkan dua karung sendirian.

Fitri melihat Raina hendak mengangkat sekarung jeruk bali. Sahabatnya itu terlihat kesusahan. Baru akan membantu, tapi dia kalah cepat.

Bryan dengan sigap mengambil karung tersebut sebelum Raina berhasil mengangkatnya. Fitri berpikir sejenak, seperti ada yang aneh. "Kayaknya ada yang lagi modus nih," ucap Fitri mengusap dagunya.

Sementara itu, Bryan terus saja membantu Raina tanpa diminta. Bryan tidak mau membuat Raina bekerja terlalu keras. "Na, gue aja yang angkat."

Susah payah Raina menyeret karung itu dan Bryan tiba-tiba datang menghentikannya. Raina jadi merasa tidak becus mengurus apa yang dia kerjakan. "Ini kan bagian gue, Yan. Biar gue yang ngerjain. Lo nggak capek apa bolak-balik beresin karung bagian lo sama punya gue?"

Bryan mengedikkan bahunya, "Nggak tuh, malah gue seneng."

"Ck, pokoknya karung ini gue yang bawa, minggir!" bentak Raina, menyeret karung menuju pinggir kebun. Bryan hanya terkekeh, Raina terlihat menggemaskan.

"Sini, Na, gue bantu." Fitri membantu Raina yang hampir sampai.

"Makasih, Fit," Raina menyeka peluh di dahi dan dagu.

"Rain," mendengar namanya disebut Raina menoleh, "dari tadi gue perhatiin si Bryan deketin lo terus."

Raina mengerutkan kening, "Ya terus?"

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang