"Selamat pagi, Na!"
Raina tersentak kaget. Ia baru akan melangkah melewati gerbang, tapi tiba-tiba saja motor Bryan berhenti tepat di depannya. Untung saja, sekolah masih sepi. Jadi, tidak ada yang terganggu dengan dua orang yang sekarang berdiri tepat di tengah gerbang.
"Pagi, Yan," balas Raina seadanya.
"Harusnya 'pagi, yang' gitu dong," Bryan terkekeh, sementara Raina merasa pipinya terbakar.
Tangan Raina memukul lengan Bryan, salah tingkah. "Kita udah sepakat buat nggak diumbar!" desis Raina dengan wajah kesalnya.
Sudah dua minggu mereka menjalin hubungan tanpa status ini dan sepakat tidak ada yang boleh tau. Bahkan Fitri, Satriya, dan Putra tidak tahu mengenai hubungan mereka.
Lagi, Bryan terkekeh. "Iya iya," tangan Bryan terangkat mengacak puncak kepala Raina. "Nanti pulang sekolah aku boleh main ke rumah?"
"Mau ngapain?" Raina mengerutkan kening.
"Mau nyapa calon mertua," senyum Bryan merekah. Raina melotot, refleks tangannya memukul Bryan lagi.
"Nggak usah aneh-aneh, deh!" Walaupun Raina memarahi Bryan, tapi wajahnya bersemu merah sekarang.
Masih dengan senyum manisnya, Bryan menatap wajah Raina yang terlihat menggemaskan. "Aku ke parkiran dulu, ya. Hati-hati jalannya. Kalo ada semut jangan diinjek entar kesemutan nggak berhenti, baru tau rasa."
Raina menahan tawa. "Apaan sih!"
Bryan tertawa lalu motornya melaju menuju parkiran.
"Ck dasar, bisa-bisanya jantung gue nggak karuan gini," gumam Raina mencoba menenangkan diri. Bel masuk hampir berbunyi, Raina buru-buru menuju kelasnya.
***
"Ibu harus mempersiapkan tim buat lomba minggu depan. Kalian bentuk kelompok terus kerjakan halaman 43-46! Kalau udah selesai, ketua kelas tolong kumpulkan di meja Ibu, ya!"
"Baik, Bu!"
"Ibu pergi dulu. Jangan berisik!" Guru mata pelajaran korespondensi itu melangkah meninggalkan kelas. Para siswa bergegas ke meja lain untuk mengelompok.
Buru-buru, Bryan menarik kursi di dekat Raina sebelum ada yang menempati. Hal itu membuat Raina melebarkan kedua mata terkejut. "Hei! Kenapa, sih, nggak bisa santai?" bisik Raina agar yang lain tidak bisa mendengar.
Bryan hanya nyengir lebar. "Mau di deket kamu."
"Ck." Raina mengulum senyum. Oh astaga, kenapa Bryan jadi membuatnya gemas sendiri begini, sih?
Raina dan keempat sahabatnya sudah menggerombol. Seharusnya satu kelompok terdiri dari empat orang. Tapi, diantara Bryan, Satriya, dan Putra tidak ada yang mau pindah. Bahkan Satriya berkata kalau mereka berlima satu paket, tidak bisa terpisah.
"Yok, kalian yang kerjain, gue nanti tinggal nyalin! Beres." Satriya adalah tipe teman yang menjadi beban kelompok.
"Dih males!" Fitri melempar bolpoin ke arah Satriya, membuat cowok itu mengaduh.
"Anjir sakit woi!"
Mereka tertawa melihat wajah kesakitan Satriya. Bahkan Raina juga ikut tertawa. Sepulang dari liburan, Raina memang kembali ceria. Entah cewek itu menyadarinya atau tidak.
Tapi, yang pasti Bryan menyadari perubahannya. Bryan merasa senang, Raina kembali menjadi Raina yang dia kenal dulu. Dan, rasa senang Bryan bertambah saat memikirkan alasan Raina berubah. Yaitu karena dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
Novela JuvenilCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...