Brak!
Pintu ruang CEO terbuka dengan kasar. Namun, pria yang sedang memandangi kota dari balik kaca ruangan tersebut tak terkejut sama sekali. Dia sudah sangat hafal siapa pelakunya.
"Udah berapa kali Ayah bilang buat ketuk pintu dulu sebelum masuk ruangan?" Pria itu masih belum membalikkan badan.
"Aku udah ketok pintu, tapi Ayah nggak denger," jawab putri semata wayang pria itu, sekaligus pewaris tunggal perusahaan Adinata.
"Mana Inta anak Ayah yang dulu sopan santun, lemah lembut dan kalem, hm?"
Inta memutar bola matanya malas, "Kayaknya dari kecil aku udah kayak gini, Ayah aja yang kurang perhatian."
Adinata terkekeh, "Iya, maafin Ayah."
Inta mengeluarkan berkas-berkas yang dia bawa, "Ini berkas yang kemarin Ayah suruh buat diteliti."
Pria paruh baya itu sebelumnya menyerahkan transaksi perusahaan dan laporan keuangan selama beberapa tahun ini untuk Inta koreksi. Dia sangat percaya dengan kemampuan putrinya.
Pria dengan nama asli Ardi Pranata itu mulai menelisik berkas di atas meja kerjanya. Banyak coretan merah di sana. Itu berarti banyak pula kesalahan yang diperbuat karyawannya. "Jadi...bagaimana?" tanya Adinata.
Inta memperhatikan berka-berkas di depannya, "Banyak data yang dimanipulasi makanya perusahaan kita sedikit mengalami kerugian dan nggak akan kentara di setiap laporan."
Inta melanjutkan, "Tapi, kalo nggak segera dihentiin, kerugiannya bisa makin besar. Aku udah minta bantuan Eria buat selidikin gerak-gerik pelaku."
Adinata tersenyum bangga pada Inta. "Seperti biasa, kamu emang bisa diandalkan."
Salah satu sudut bibir Inta terangkat, "Aku nggak nyangka aja kalo Om Tama berani korupsi uang perusahaan."
Adinata tersenyum miris. "Ya, beruntunglah Ayah nggak mengangkatnya jadi direktur." Adinata melihat putrinya yang tiba-tiba diam termenung, "Apa yang kamu pikirin sampai ngelamun gitu, Ta?"
Inta tersentak, kemudian mengalihkan pandangan. "Nggak ada."
"Jangan boong sama Ayah, Ta."
Inta menghela napas pelan. "Aku udah nyakitin seseorang, Yah. Dia udah luka parah, tapi aku sebagai sahabat bukannya nyembuhin, malah nambah lukanya."
"Siapa? Raina?"
Inta lagi-lagi tersentak. "Kok Ayah bisa tau? Ayah bukan cenayang, kan?"
Ayah Inta terkekeh, "Sahabat kamu, kan, cuma dua. Eria lagi bantu kamu nyelidikin, jadi nggak mungkin dia. Siapa lagi kalo bukan Raina?"
"Oh."
"Emang kenapa sama kalian?"
Inta berdehem pelan, "Kalo Ayah dikatain bego sama sahabat sendiri, gimana perasaan Ayah?"
Adinata tersenyum tipis. "Ayah pasti sakit hati."
Inta terdiam sejenak, bertanya lagi. "Kalo tujuannya buat nyadarin Ayah biar nggak ngulang kesalahan yang sama, apa Ayah tetep sakit hati?"
"Emm...mungkin."
***
Bisma izin pulang dari sekolah lebih awal. Selain karena perutnya yang sakit, juga karena mood Bisma sedang kacau saat ini. Mala penyebabnya, cewek itu datang ke UKS hanya untuk meminjam uang.
Bayangkan saja, Bisma yang perutnya sakit karena kelaparan malah dimintai uang oleh pacarnya. Mala memberi perhatian untuk mendapat pinjaman uang darinya. Benar-benar ironis.
![](https://img.wattpad.com/cover/225642058-288-k632041.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
Teen FictionCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...