"Bang, ayo pulang! Gue ngantuk."
Entah sudah berapa kali Bimo menguap dan meminta pulang pada kakaknya. Sekarang sudah jam sepuluh malam dan Bisma masih enggan untuk pulang. Mereka sedang berada di minimarket dekat komplek sebelah.
"Bentar lagi. Kita cari ketenangan dulu di sini." Bisma mengusap pucuk kepala adiknya. Sebenarnya dia juga tidak tega melihat Bimo. Kedua mata Bimo memerah karena mengantuk.
"Lo tidur di meja dulu, biasanya gitu kan kalo di kelas," ledek Bisma, guna mencairkan suasana.
"Itu mah elo, Bang," cibir Bimo. Kemudian meletakkan kepala di meja seperti yang Bisma bilang tadi. Bisma pun terkekeh mendengarnya. Tak lama, Bisma kembali murung saat melihat wajah lelah Bimo.
Entah mengapa di saat seperti ini Bisma jadi rindu pada kakaknya, Bima. Ternyata begini rasanya menjadi seorang kakak yang harus menjaga adiknya. Selama ini yang Bisma lakukan hanya menyusahkan Bima.
Bisma memandang langit malam. "Seandainya lo masih ada, Bang. Pasti gue nggak bakal setakut ini liat Ayah sama Ibu berantem." Tanpa sadar setitik air mata menetes begitu saja.
"Eh Bisma?!"
Bisma mendongak, terkejut melihat seorang wanita paruh baya yang umurnya di bawah ibu lima tahun mengenakan pakaian formal dan tas jinjing menghampirinya dengan wajah khawatir.
"E-eh Tante Mira?" Bisma bersalaman dengan wanita yang merupakan adik dari ibunya, sekaligus ibu dari Eria.
"Kamu sama Bimo ngapain jam segini di mini market?" Nada wanita itu terdengar jelas khawatir. Apalagi melihat Bimo yang masih tertidur pulas di kursinya.
"Emm, itu...kita lagi beli cemilan, Tan. Terus Bisma keasikan cerita sampe Bimo tidur di sini." Bisma menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Mira mengamati gerak-gerik keponakannya ini, seperti ada yang salah. "Kamu mau nginep di rumah Tante? Udah lama kamu nggak mampir," wanita itu tersenyum tulus pada Bisma.
"Ehh, tapi ini udah malem, Tan," jawab Bisma panik. Bisa mati dia kalau bertemu Eria. Masih tergambar jelas di ingatan Bisma bagaimana beberapa hari yang lalu Eria memukulnya. Mengingat itu saja, Bisma bergidik ngeri.
Saat kecil Bisma memang sering menginap, tapi sekarang mana mungkin dirinya bisa menginap dengan tenang. Bahkan sekarang, untuk menginjakkan kaki di rumah mewah keluarga Yudana saja rasanya dia tidak pantas.
"Justru karena udah malem makanya Tante ajak kamu. Rumah tante kan lebih deket dari sini. Lagian kasian Bimo kedinginan tidur di luar." Ajak Mira sekali lagi, masih dengan senyum yang sama.
Bisma ingin menolaknya, tapi melihat kebaikan wanita itu membuatnya tak tega. Mau tak mau, Bisma menerima tawaran itu. "I-iya deh, Tan."
"Okedeh!" Mira mengacungkan kedua ibu jarinya. "Sini Tante bantu pindahin Bimo ke mobil," ucapnya bergegas membantu Bisma memapah Bimo yang masih setengah sadar. Namun, dengan cepat Bisma mencegahnya.
"Ma-makasih, Tante. Bisma bisa sendiri kok." ucapnya sungkan.
***
Sesampainya di rumah keluarga Yudana, Eria tak bisa untuk tidak terkejut saat melihat Bisma dan Bimo tiba-tiba datang. Mereka datang bukan untuk mengemis, kan? Begitu pikir Eria.
Mira langsung mempersilahkan Bimo untuk tidur di kamar tamu. Sedangkan Bisma pergi ke teras untuk mencari udara segar. Itu alibinya saja. Eria tau bahwa Bisma keluar untuk merokok. Terlihat saat dia mengambil korek dari sakunya.
Dugh!
"Anjir!" umpat Bisma saat ada seseorang yang menendang punggungnya cukup keras. Bisma berbalik dan mendapati Eria berdiri di belakangnya sambil bermain ponsel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
Teen FictionCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...