Karena keributan yang terjadi, Bisma, Eria, dan Raka berakhir di ruang BK SMA Yudana. Guru yang kebetulan lewat langsung menyeret ketiganya ke ruang BK. Sekarang, mereka bertiga berdiri menghadap Sang guru BK, Pak Ryan.
Pak Ryan mengamati ketiga remaja itu dengan tatapan tajam. Hanya Eria yang berani menatap mata guru itu. Sedangkan, Bisma dan Raka menundukkan kepala. Rumornya, Pak Ryan salah satu guru killer.
"Jadi, apa yang kalian ributkan sampai saling pukul?" tanya Pak Ryan.
Semuanya bungkam. Tak mungkin mereka menjawab karena pacar Bisma cuek dan Raka mengejek Bisma hingga marah. Eria pun sebenarnya tak mau terlibat dalam hal ini, tapi dirinya sudah terlanjur memukul Bisma.
Brak!
"Kenapa kalian diam saja?!" Gebrakan meja dan suara lantang Pak Ryan membuat ketiganya terkejut bukan main. Bahkan bahu mereka kompak berjengit.
"Pak jangan digebrak dong mejanya, kasian!" pekik Eria merasa kasian dengan meja di depannya. Hal itu membuat Bisma dan Raka melongo dengan kelakuan cewek itu.
"Bapak sedang tidak bercanda, Eria! Kamu ini, mentang-mentang anak pemilik sekolah, kalo ngomong sembarangan."
"Baru pertama kali masuk ruang BK dimarahin, ngajak berantem?"
Bisma dan Raka semakin takjub dengan anak satu itu. Bahkan, Eria mengucapkannya dengan intonasi seperti iklan permen Mlikita di televisi.
Pak Ryan yang sudah cukup mengenal Eria hanya menghela napas pasrah. "Oke, kembali ke permasalahan utama kita. Kenapa kalian berkelahi di kelas?" Pria itu berusaha mengatur emosinya.
"Eria yang mukul saya, Pak." Bisma memberanikan diri untuk bersuara. Eria yang namanya disebut langsung menoleh.
"Lo duluan yang mau mukul Raka!"
"Ya soalnya Raka ngatain gue!"
Raka yang tak mau disalahkan langsung menyangkal, "Gue nggak ngatain lo, gue cuma bicara fakta!"
"Fakta pala lo botak!"
"Kepala gue emang botak! Ini kan gara-gara lo!"
"Emak lo yang nyukur kok salahin gue?!"
"Lo yang narik rambut gue duluan!"
"Salah sendiri lo nipu gue!"
"Dasar asdfghjkl!"
"Lo tuh asdfghjkl!"
Eria dan Pak Ryan terdiam melihat dua cowok itu saling memaki satu sama lain. Keduanya benar-benar lupa kalau mereka sedang berada di ruang BK bersama guru yang mendapat julukan killer.
Brakk!
Lagi-lagi gebrakan meja itu membuat Bisma dan Raka terkejut. Kali ini Eria yang menggebrak meja. Pak Ryan yang di depannya juga ikut terkejut. "Diem lo berdua! Kasian nih pak Ryan nungguin."
Pak Ryan membenarkan posisi duduknya saat Bisma dan Raka menoleh ke arahnya. Kemudian ketiga remaja itu kembali berjajar di depan meja.
"Silakan dilanjutkan, Pak." Eria berucap serius.
"Sudah Bapak putuskan hukuman untuk kalian. Sekarang juga, kalian bertiga lari keliling lapangan basket outdoor sebanyak 50 kali!"
Ketiganya hendak protes, tapi Pak Ryan sudah lebih dulu mengeluarkan penggaris panjang yang biasa dia gunakan untuk memukul anak-anak nakal. Eria, Bisma, dan Raka refleks berlari meninggalkan ruang BK.
Pak Ryan yang merupakan paman Eria terkekeh melihat ketiga remaja itu dari balik jendela ruangan. Mereka sudah mulai berlari mengelilingi lapangan. "Kalo nggak memanfaatkan kesempatan, kapan lagi saya bisa kasih hukuman ke anak pemilik sekolah, ya kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
Ficção AdolescenteCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...