RAINA 2 - Harus Memilih

572 43 8
                                    

Bisma mengacak rambutnya frustasi. Pagi ini mood-nya hancur, sejak tadi Raina tak membalas pesan maupun teleponnya. Bisma benar-benar tak menyangka ibunya akan berkata seperti itu pada Raina semalam.

"Sialan," umpatnya.

"Bisma kamu kenapa? Dari tadi mondar mandir nggak jelas." Ayahnya yang baru selesai membaca koran akhirnya bersuara.

Bisma menoleh cepat, "itu, emm...anu--"

"Ada hubungannya sama Raina ya?" tanya sang Ayah tepat sasaran. "Kenapa lagi sama kalian?"

Menggaruk kepalanya yang tak gatal, Bisma menghampiri Ayahnya. "Raina nggak bisa dihubungi dari tadi." 

Ayah menghela napas pelan, "makanya jangan pacaran terus, kamu itu harus fokus sama Ujian Nasional."

Bisma mengerutkan dahinya, menatap sang Ayah dengan penuh selidik. "Jadi Ayah juga nggak suka sama Raina?" 

"Bukannya tidak suka, Ayah hanya ingin kamu fokus ujian dulu. Selesai ujian kamu boleh sama Raina lagi." Bisma hanya diam, berusaha mencerna kalimat Ayahnya barusan.

Sebenarnya saran dari Ayahnya tidak buruk, tapi Bisma tak yakin bisa menjalaninya atau tidak. Putus karena harus fokus ujian, itu sangat klise.

Ting!

Raina🦁

Maaf ya, aku lagi sibuk

07.05

Sibuk ngapain?

Kamu nggak marah gara-gara chat ibuku semalem kan?

07.05

Hey, kamu kemana?

Kok lama balesnya?

07.15

read

Nggak kok

Aku nggak marah

07.20

Bisma lega saat melihat balasan dari pacarnya, walaupun dia yakin Raina pasti merasa terpukul karena perkataan ibunya semalam.

Membayangkan wajah terkejut pacarnya saat membaca chat tersebut saja membuatnya merasa bersalah.

***

Sejak tadi ponselnya terus menampilkan notifikasi chat dari pacarnya. Raina bingung, ingin sekali dia membalas chat tersebut. Tapi dia juga tak mau mengganggu waktu belajar pacarnya.

Kepalanya pusing, dia terus menggigiti ujung kuku saking bingungnya. Bahkan saat Mama duduk di sampingnya pun Raina tak menyadarinya.

"Itu chat dari Bisma kok nggak dibales sih?" Raina sedikit terlonjak mendengar pertanyaan mamanya.

Cewek itu menelan ludah kasar, tak tahu harus menjelaskannya bagaimana. "Nggak papa."

"Lagi marahan, ya?" tuduh sang Mama dengan nada yang dibuat-buat. Mau tak mau Raina mengangguk pasrah, setidaknya itu bisa menjadi alasan logis.

Mama mendecak pelan, "biasa itu, namanya juga anak muda. Dulu mama sama papamu juga sering marahan, nanti juga baikan sendiri." Lantas Mama tertawa kecil.

Raina memaksakan seulas senyuman demi menutupi rasa sakit di hatinya. Ia tak mau memberitahu Mama, takut kalau mamanya akan membenci ibu Bisma karena telah mengancamnya.

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang