RAINA 40 - Marah Lagi

191 21 16
                                    

Raina berdiri mematung di balkon kamar. Menghembuskan napas pelan lalu memejamkan mata beberapa saat sambil menikmati angin yang menerbangkan helaian rambutnya. Perlahan, setitik air keluar dari sudut mata Raina.

"Bodoh," gumam Raina dengan suara gemetar menahan tangis.

Sudah lewat seminggu sejak kejadian itu, tapi bodohnya Raina masih merasa sedih. Apalagi Raina melewati semua itu sendirian. Kedua sahabat yang selalu menemaninya dia usir waktu itu. Raina kira Inta dan Eria akan kembali. Ternyata dia salah. Mereka tidak kembali.

"Gue nggak mau ngakuin ini," Raina atap langit cerah berawan, "tapi...gue kangen kalian. Harusnya gue nggak ngusir kalian. Dasar nggak tau terima kasih!" Sungguh, Raina menyesali perbuatannya.

Raina menunduk melihat ke bawah saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Di bawah sana, Raina melihat sebuah mobil yang amat sangat dia kenal. Inta, Si pemilik mobil itu keluar bersamaan dengan Eria dari pintu yang berbeda.

Hampir saja sebuah senyum tercetak di wajah Raina, tapi dia urungkan saat Eria tiba-tiba melihat ke arahnya. Buru-buru Raina masuk ke kamar. "Punya sahabat kok serem ya? Baru juga diomongin tiba-tiba muncul."

Di pekarangan rumah keluarga Nugraha, Eria dan Inta berhenti sambil melihat ke balkon kamar Raina. "Beneran, Ta! Tadi gue liat kak Raina manjat balkon. Kalo kak Raina mau bunuh diri gimana?" bisik Eria pada Inta dengan intonasi panik.

"Kok baru sekarang mau bunuh dirinya?" Inta balas berbisik.

"Ya mana gue tau, kemarin-kemarin mager kali."

"Kalian ngapain bisik-bisik?" Tiba-tiba Wati, Mama Raina keluar rumah dan mengejutkan mereka.

"Nggak kok, Tan, hehe." Eria menggaruk tengkuk leher yang sama sekali tidak gatal. Sementara Inta menghindari tatapan Wati yang mengintimidasi. "Kak Rain mana, Tan?" tanya Eria kemudian.

"Raina ada di dalem kamarnya, tuh. Kok kalian sekarang jarang main, sih?" Wati balik bertanya yang hanya dibalas Eria dan Inta dengan senyum canggung. Tidak mungkin kan mereka bilang kalau diusir Raina?

"Oh ya, Raina kenapa ya? Udah seminggu Raina ngurung diri di kamar tiap pulang sekolah. Kalo ditanya pasti jawabnya sakit, tapi nggak mau dibawa ke rumah sakit. Coba kalian bujuk Raina, takutnya dia sawan," ucap Wati dengan wajah cemas.

Jadi, mereka berdua ini datang atas perintah Wati. Jika bukan karena Wati sepertinya Inta dan Eria tidak mungkin datang walaupun ingin, mengingat Raina masih marah pada mereka.

"Iya, Tante. Inta juga takut kalo kak Raina kesurupan tembok." Inta menyenggol lengan Eria lalu mereka tertawa garing.

Meskipun tidak ada yang lucu, Wati ikut tertawa. "Bisa jadi itu! Soalnya dia sekarang makin putih, kan tante jadi heran."

Ponsel Wati berdenting, menandakan sebuah pesan masuk. Wanita paruh baya itu melirik ponselnya sebentar kemudian berkata, "Tante berangkat arisan dulu ya, kalian langsung masuk aja."

Setelah mobil Wati pergi, Inta dan Eria segera berlari menuju lantai dua, ke kamar Raina. Mereka menggedor pintu kamar Raina dengan keras.

"Kak, jangan mati dulu kak!!"

"Iya kak! Jangan bunuh diri sekarang!"

"Kak!!"

"Siapa yang mau bunuh diri, njir?!" Raina berteriak dari dalam kamar. Inta dan Eria berhenti menggedor pintu. Mereka sedikit bernapas lega. Dugaan mereka salah.

"Kalo gitu buka pintunya!" Inta berteriak. "Siapa tau yang barusan ngomong arwahnya kak Raina."

"Males!" balas Raina.

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang