✯
Hari ini adalah pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam bersama dengan Profesor Remus Lupin. Guru baru mereka, Grace sedikit antusias karenanya.
"Ayo Pansy, kalau kau tidak berhenti bercermin maka kita akan terlambat." Ucap Grace di ambang pintu, ia menatap Pansy dengan jengah. Sedari tadi gadis itu tidak berhenti berkaca.
Pansy meletakkan cermin kecilnya di atas meja. "Baiklah-baiklah, padahal aku masih ingin mengagumi wajah cantikku."
Mendengar itu Grace memutar bola matanya dengan malas, ia segera menarik tangan Pansy agar berjalan ke ruang rekreasi slytherin.
"Aku heran kenapa para gadis sangat suka datang terlambat." Ucap Blaise saat melihat Grace dan Pansy yang berjalan bersama.
"Kalau dijelaskan kalian juga tidak akan mengerti, ini urusan para gadis." Jawab Pansy dengan sombong, mendengar itu Blaise kembali memutar matanya dengan malas.
Draco berdiri dari duduknya kemudian langsung menggandeng tangan Grace agar berjalan di sampingnya.
"Ayo kita pergi, tidak usah memikirkan mereka." Ucap Draco sambil berjalan menggandeng Grace melewati teman-temannya.
Pansy menatap dua orang itu dengan jengah. "Padahal aku ingin bersama dengan Grace tapi tidak apa-apa, biarkan Draco senang hari ini."
Mereka kemudian menyusul Draco dan Grace yang sudah lebih dulu keluar dari ruang rekreasi.
Draco dan Grace masuk ke kelas secara bersamaan, Grace memandang sekitarnya dengan bingung.
"Sepertinya slytherin dan gryffindor kembali ditempatkan di kelas yang sama." Ucap Grace. Gadis itu dapat mendengar decakan kesal dari laki-laki di sampingnya.
"Kenapa kita harus bergabung dengan mereka?! Menjijikan." Draco segera menarik Grace untuk duduk di meja paling depan.
Beberapa menit kemudian Profesor Lupin datang, ia menyuruh mereka semua untuk mengikutinya ke kantor guru. Sesampainya di sana, ternyata hanya ada Profesor Snape yang sedang duduk manis di mejanya.
Melihat kedatangan murid-murid, Profesor Snape langsung angkat kaki dari sana. Profesor Lupin kemudian mengarahkan mereka ke depan lemari usang di sana.
Saat Profesor Lupin berdiri di samping lemari tua itu, lemarinya terguncang seperti ada sesuatu di dalam sana yang ingin keluar.
Grace dengan spontan menggenggam tangan Draco dengan erat, ia menatap takut ke arah lemari tua itu. Draco menunduk melihat Grace yang ketakutan, ia mengeratkan genggaman tangan mereka.
"Tenang saja, kau aman bersamaku." Bisik Draco tepat di telinganya.
Profesor Lupin kemudian menjelaskan apa itu Boggart dan mantra penangkalnya.
"Sekarang ikuti ucapanku, ucapkan tanpa tongkat. Riddikulus!"
"Riddikulus!" Ucap semua murid dengan kompak.
"Bagus, sekarang ulangi. Riddikulus!"
"Riddikulus!"
"This class is ridiculous." Draco menatap gurunya dengan datar, beberapa anak melihat ke arahnya termasuk Grace. Gadis itu menyenggol bahunya dengan pelan.
"Draco, itu kasar." Grace memicing menatap laki-laki yang menjulang tinggi di sampingnya, Draco tidak membalas ucapan gadis itu seolah-olah ia tidak mendengarnya.
Profesor Lupin kemudian meminta Neville untuk maju ke depan.
"Neville, apa ketakutan terbesarmu??" Tanya Profesor Lupin pada Neville yang sedang menunduk, laki-laki itu menjawabnya dengan pelan dan Grace tidak dapat mendengarnya.
"Sorry?" Profesor Lupin menatap Neville dengan lekat, Neville semakin menundukkan kepalanya.
"Profesor Snape."
Mendengar itu beberapa murid tertawa mendengarnya, bahkan Pansy tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Kepala asrama mereka memang orang yang menakutkan.
"Yah, dia memang menakutkan. Nah sekarang aku ingin kau menghadapi Boggart milikmu. Ingat, mantranya adalah Riddikulus tapi mantra itu tidak akan bekerja kalau kau tidak membayangkan sesuatu yang lucu. Jadi saat kau mengucap mantra, kau juga harus membayangkan sesuatu yang membuatmu tertawa."
Neville mengangguk dengan gugup, Profesor Lupin kemudian membuka kunci lemari itu. Sesaat kemudian Profesor Snape yang merupakan Boggart milik Neville berjalan keluar, ia menatap sekitarnya dengan tajam.
Neville menatap Boggartnya dengan ketakutan. Dengan gugup ia mengacungkan tongkatnya pada Profesor Snape.
"Riddikulus!"
Profesor Snape yang awalnya memakai jubah hitam andalannya kini berubah memakai pakaian wanita yang menurut Grace sangat-sangat konyol.
Semua orang tertawa terbahak-bahak melihat Profesor Snape yang ternyata memakai pakaian nenek Neville. Profesor Lupin kemudian memerintahkan mereka untuk membentuk barisan.
Draco menarik tubuh Grace agar berdiri di depannya. Di belakang Draco ada Pansy yang sedang berjinjit menatap penasaran ke arah depan kemudian ada Blaise yang berdiri di belakang Pansy, laki-laki itu sedikit menekan kepala Pansy agar tetap diam.
"Diam bodoh! Kepalamu menganggu penglihatanku!"
Pansy berdecak dengan kesal mendengar ucapan Blaise yang menghakiminya.
"Tidak perlu mengataiku bodoh!! Aku lebih pintar darimu!!"
"Oh ya?? Aku tidak percaya, dari raut wajahmu saja sudah terlihat kalau orang ya tidak perlu ku teruskan kau pasti--aw itu sakit!!" Blaise mengaduh saat Pansy tiba-tiba berbalik kemudian menendang kakinya dengan keras.
"Itu untukmu karena sudah mengataiku bodoh!!"
"Dasar gadis gila!!"
✯
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush [Draco Malfoy]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [Cerita ini dimulai pada tahun ketiga] Semua karakter adalah milik J.K. Rowling. Di sini aku cuman minjam karakter serta latar cerita dan nambahin beberapa karakter lain untuk keperluan book ini. "I think i have a crush on you"...