24┊ ۪۫❁ཻུ۪۪ ᴍɪᴍᴘɪ ʙᴜʀᴜᴋ

5.3K 759 201
                                    

✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Grace terbangun dari tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal, ia mengalami mimpi buruk. Mimpi yang sangat-sangat buruk.

Grace turun dari kasur dengan tergesa-gesa, tujuannya kini adalah kamar Draco. Grace membuka pintu kamarnya dengan pelan, suasana benar-benar sepi sekarang.

Ia mengetuk pintu kamar Draco beberapa kali tapi tidak ada jawaban, Grace akhirnya memutuskan untuk membuka pintu kamar Draco dan berhasil. Pintu kamarnya tidak terkunci.

Grace mendekat ke arah ranjang laki-laki itu, di sana Draco tertidur sangat pulas. Grace jadi tidak tega mengganggunya tapi mau bagaimana lagi, ia ketakutan sekarang.

"Draco." Panggil Grace dengan pelan, namun Draco masih tetap tertidur.

Dengan ragu Grace mengguncang bahu Draco cukup kuat. "Draco bangun!!"

Draco mengerjapkan matanya saat merasakan seseorang menggoyangkan badannya, itu Grace.

Draco langsung mendudukkan dirinya di atas ranjang dan menatap Grace dengan sayu, tangannya mengusap matanya yang terasa perih.

"Ada apa??" Tanya Draco dengan suara serak khas bangun tidur.

Grace menggigit bibir bawahnya dengan gugup. "Aku bermimpi buruk, boleh aku tidur denganmu malam ini??"

Draco menganggukkan kepalanya, ia menggeser sedikit tubuhnya agar menyisakan ruang untuk ditiduri oleh Grace.

"Tentu saja boleh, kemari." Ucap Draco yang langsung dituruti oleh Grace. Gadis itu langsung memeluk tubuh Draco dengan erat.

Draco membalas pelukan Grace tidak kalah eratnya, ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Grace. Tangannya ia gunakan untuk mengelus punggung gadis itu dengan lembut agar Grace merasa tenang. Sepertinya Grace mengalami malam yang sangat buruk.

"Sstt tidak apa-apa, kau bersamaku sekarang." Ucap Draco dengan pelan.

"Tapi aku masih takut."

"Tenang saja, itu hanya mimpi buruk."

Grace semakin mengeratkan pelukan mereka, ia mencoba untuk kembali memejamkan mata berharap kantuk kembali menyerang.

Beberapa menit kemudian Grace tertidur dengan nyenyak, nafas hangatnya yang teratur menerpa leher Draco dengan lembut. Draco berhenti mengusap punggung Grace saat kantuk menyerangnya, mereka tertidur sambil berpelukan dengan erat semalaman.

Di pagi hari, Draco terbangun lebih dulu. Ia menatap Grace yang masih tertidur sambil memeluk tubuhnya dengan erat, Draco semakin menarik pinggang Grace membuat tubuh keduanya menempel tanpa celah.

Tangannya terangkat untuk mengusap pipi Grace dengan lembut, matanya menatap wajah Grace dengan lekat seakan mengingat tiap detail pahatan sempurna yang Tuhan ciptakan untuk Grace. Kapan lagi ia bisa sedekat ini dengan Grace?

Grace membuka matanya dengan perlahan, ia mengerjapkan mata guna memperjelas penglihatannya. Saat sudah jelas, Grace mendapati wajah Draco yang sangat dekat dengannya.

"Morning." Ucap Draco dengan suara serak khas bangun tidur, tidak lupa senyum manisnya.

Grace membalas senyuman itu tidak kalah manisnya. "Morning Dracoo."

"Apa tidurmu nyenyak??" Tanya Draco yang langsung diangguki oleh Grace.

"Terima kasih karena sudah menemaniku semalam."

"Tidak masalah. Kapanpun kau membutuhkanku, aku selalu ada di sampingmu." Jawab Draco dengan senyuman lebar yang terpatri di bibirnya. Melihat itu Grace ikut tersenyum menatap ke arah Draco.

Grace mendudukkan dirinya di samping Draco, laki-laki itu beralih menggenggam tangan Grace.

"Aku harus kembali ke kamar." Ucap Grace, mendengar itu Draco ikut mendudukkan dirinya di sebelah Grace.

Grace kemudian berdiri di tepi kasur tapi Draco dengan segala kegilaannya menarik kembali tubuh Grace dan membuat gadis itu terduduk di pangkuannya.

Draco memeluk tubuh Grace dari belakang, dagunya ia letakkan di bahu sempit milik Grace.

Grace yang ditarik tentu saja merasa terkejut, ia menoleh ke samping dengan cepat. Wajahnya langsung bersemu saat melihat wajah Draco yang sangat dekat dengannya.

"Draco--"

"Sebentar saja, nanti aku akan melepaskanmu." Tapi tidak janji.

Grace mengangguk dengan pasrah, ia tidak kuat melepaskan pelukan Draco dari tubuhnya. Laki-laki itu benar-benar kuat.

"Baiklah, hanya 5 menit." Jawab Grace dengan pasrah.

"10 menit."

"7 menit."

"20 menit."

"7 menit atau tidak sama sekali." Ucap Grace dengan tegas, Draco menghela nafas dengan pasrah.

"Baiklah 8 menit, tidak ada bantahan."

Grace mendelik ke arah Draco tapi laki-laki itu tidak menghiraukannya, Draco malah kembali memejamkan matanya.

"Kapan kita akan kembali ke Hogwarts??" Tanya Grace sambil menunduk memainkan jari-jari Draco yang melilit pinggangnya dengan erat.

"Seminggu lagi? Entahlah, aku tidak peduli." Jawab Draco dengan acuh.

"Kira-kira apalagi yang terjadi di tahun ke empat ini??"

"Kata father akan diadakan Turnamen Triwizard. Turnamen yang menggabungkan tiga sekolah sekaligus, katanya Hogwarts akan menjadi tuan rumah."

"Tiga sekolah??"

Draco berdehem sebagai jawaban. "Hogwarts, Durmstrang, dan Beauxbatons. Dulu aku sangat ingin masuk ke Durmstrang, tapi mother tidak memperbolehkannya."

"Untung saja Aunty tidak memperbolehkanmu, kalau kau bersekolah di Durmstrang aku tidak bisa membayangkan kepalamu tanpa rambut. Pasti sangat konyol." Ucap Grace sambil tertawa terbahak-bahak.

Draco ikut tertawa membayangkan rambut pirangnya yang di cukur habis sehingga hanya menyisakan kulit kepalanya saja. Pasti sangat konyol.

"Kau benar." Jawab Draco, keduanya tertawa dengan keras sekarang.

ew cringe

Crush [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang