✯
Setelah makan malam yang dihiasi dengan drama tadi, mereka segera kembali ke asrama.
Grace dan Pansy segera mendudukkan diri di atas sofa yang ada di ruang rekreasi. Draco, Blaise, ikut duduk di sofa depan mereka. Sementara itu Crabbe dan Goyle menarik kursi lain untuk di tempati karena sofa sudah penuh.
"Besok kita ada kelas bersama gryffindor kan??" Tanya Crabbe.
"Benar, aku heran kenapa asrama kita selalu di gabung dengan asrama itu." Jawab Draco dengan malas.
"Apalagi bertemu dengan Mudblood menjijikan itu. Siapa sih namanya, Ginger? Ganger? Danger??" Sambung Pansy.
"Pansy namanya itu Hermione Granger, bukan Ginger, Ganger ataupun Danger!! Satu lagi, jangan menyebutnya Mudblood, itu sangat kasar." Grace menatap tajam teman perempuannya ini.
"Tapi itu faktanya, dia seorang Mudblood."
"Tapi kau tidak perlu menyebutnya begitu, cukup panggil dia Muggleborn."
"Baiklah, tapi aku tidak janji." Jawab Pansy acuh, mendengar itu Grace berdecak dengan sebal.
Blaise hanya menggelengkan kepalanya melihat pertengkaran dua gadis ini, mereka memang selalu bertengkar.
"Sudah malam, sebaiknya kalian pergi ke kamar dan tidur. Aku tidak mau mendengar ocehan kalian karena terlambat bangun." Ucap Blaise.
Kedua gadis itu mengangguk, sebelum beranjak pergi mereka tidak lupa mengucap selamat malam pada teman-temannya.
Setelah mengganti jubah mereka menjadi piyama, Grace dan Pasy langsung tertidur dengan pulas.
Besoknya Grace terbangun lebih dulu, ia membangunkan Pansy yang masih tertidur.
"Pansy!! Bangun!! Kau tidak ingin terlambat kan?"
"Hng ibu aku masih mengantuk." Jawab Pansy setengah sadar, matanya masih memejam.
"Aku bukan ibumu Pansy!! Ayo bangun!!"
"Ck iya iya ini aku bangun." Pansy terduduk di atas ranjangnya, matanya masih menutup dengan rapat. Karena merasa tugasnya sudah selesai, Grace segera bersiap-siap.
Setelah menunggu beberapa menit, mereka berdua akhirnya menuruni tangga ke ruang rekreasi slytherin. Sudah banyak orang yang berkumpul termasuk, Draco, Blaise, Crabbe dan Goyle.
"Akhirnya kalian turun." Ucap Crabbe.
"Seharusnya kalian tidak menunggu kami."
"Kau bercanda?? Kami tidak akan meninggalkan kalian berdua, sekarang ayo kita ke Great Hall karena perutku sudah lapar." Jawab Draco, ia langsung menarik tangan Grace agar berjalan di sampingnya.
Mereka berjalan bersama menuju Great Hall, beberapa pasang mata menatap mereka dengan kagum. Tentu saja karena paras mereka tidak main-main.
Draco? Meskipun ia adalah orang yang menyebalkan, beberapa gadis tidak membantah kalau Pangeran Slytherin itu sangat tampan.
Grace? Jangan ditanya, ia adalah keturunan Veela. Tentu saja parasnya sangat menawan bagi para lelaki.
Pansy? Walaupun dia adalah gadis yang sangat angkuh, beberapa laki-laki sering memperhatikannya karena dia sangat cantik.
Blaise? Laki-laki berkulit tan itu berhasil menarik perhatian gadis-gadis di Hogwarts. Kulitnya yang eksotis mampu membuatnya dikenal di kalangan para gadis.
Crabbe dan Goyle? Ya walaupun tidak ada yang dibanggakan dari mereka, setidaknya mereka cukup berharga bagi teman-temannya.
Mereka masuk ke Great Hall, lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian. Draco berdecak dengan kesal, ia tidak suka Grace ditatap dengan intens oleh penghuni Hogwarts. Khususnya laki-laki.
Ia langsung merangkul pundak Grace dengan erat dan menariknya mendekat ke arahnya.
"Aku tidak suka kau ditatap oleh mereka." Bisiknya pada Grace. Bisikannya sangat pelan, sepertinya hanya Grace yang dapat mendengarnya.
"Kenapa tidak suka??"
Draco tidak menjawab, ia berpura-pura tidak mendengarnya dan langsung mengarahkan Grace untuk duduk di meja slytherin.
Grace duduk di samping Draco dan menghadap ke arah meja gryffindor di depan mereka. Ia tidak sengaja menatap ke arah Harry yang sedang menatap ke arahnya.
Grace tersenyum dengan lebar, ia melambaikan tangannya pada Harry. Harry ikut membalas senyuman Grace, wajahnya juga tiba-tiba memerah.
Menyadari interaksi keduanya, Draco langsung cepat menarik dagu Grace agar melihat ke arahnya. Grace mengerjapkan matanya dengan bingung, ada apa dengan laki-laki ini??
"Kau tersenyum ke arahnya??" Tanya Draco dengan tajam.
"I-iya." Jawab Grace dengan gugup, Draco benar-benar menyeramkan sekarang. Laki-laki itu berdecak dengan kesal.
"Aku tidak suka kau tersenyum ke arahnya."
"Kenapa??"
"Pokoknya tidak suka, sekarang makan. Aku tidak mau mendengar bantahan."
Grace mengangguk setuju, ia segera memakan makanannya dengan lahap. Di depan mereka, Blaise dan Pansy menatap keduanya dengan tatapan menggoda.
"Aku gemas dengannya, dia sangat polos." Bisik Pansy sambil melihat ke arah Grace. Blaise mengangguk setuju.
"Aku rasa Draco harus banyak bersabar menghadapi Grace yang sangat polos ini." Balas Blaise sambil berbisik.
Sementara itu di meja gryffindor, Harry menatap kedekatan Draco dan Grace dengan murung.
"Sepertinya Malfoy cemburu padamu." Ucap Hermione tiba-tiba yang berhasil membuat Ron tersedak.
"Cemburu??"
"Kalian tidak melihat wajah Malfoy yang memasam karena melihat Grace dan Harry yang melempar senyuman?"
"Grace? Kau mengenal gadis slytherin itu??" Tanya Ron yang langsung diangguki oleh Hermione.
"Kami cukup dekat karena sering bertemu di perpustakaan." Jawab Hermione dengan santai.
"Tapi dia seorang slytherin!!"
"Lalu?? Grace baik, dia tidak sama dengan slytherin lainnya."
"Hermione benar, dia sangat berbeda dengan para Ular itu." Sambung Harry.
"Terserah." Ron kembali memakan paha ayam di genggamannya.
✯
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush [Draco Malfoy]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [Cerita ini dimulai pada tahun ketiga] Semua karakter adalah milik J.K. Rowling. Di sini aku cuman minjam karakter serta latar cerita dan nambahin beberapa karakter lain untuk keperluan book ini. "I think i have a crush on you"...