✯
Draco masih memeluk pinggang Grace dengan erat, ia membawa gadis itu kembali ke asrama. Sesampainya di sana mereka di sambut dengan tatapan menggoda dari anak-anak slytherin yang berada di ruang rekreasi.
Pansy menyeringai menatap ke arah Draco dan Grace, sepertinya Draco berhasil menggagalkan rencana Louis untuk mengajak Grace pergi bersama.
Sebenarnya saat Grace dan Louis sedang berbincang di Danau Hitam, Pansy tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
Karena Pansy gadis yang peka, ia tentu saja tau kalau Louis akan mengajak Grace untuk pergi ke Yule Ball bersamanya. Karena itu Pansy langsung bergegas mencari Draco agar laki-laki itu tidak menyesal karena membiarkan Grace berkeliaran seorang diri.
"Kau berhasil??"
"Hampir saja gagal, untung aku cepat datang kalau tidak pasti pria botak itu sudah kegirangan sekarang." Jawab Draco dengan sengit. Ia menuntun Grace untuk duduk di sofa di sampingnya dan menghadap kearah teman-temannya.
"Untung kau cepat bertindak." Sambung Blaise sambil memakan cemilan.
"Apa yang kalian bicarakan??" Tanya Grace sambil menatap Draco, Pansy dan Blaise dengan kebingungan.
"Anak kecil tidak akan mengerti." Jawab Pansy dengan tenang, Grace melotot mendengar ucapan gadis itu.
"Aku bukan anak kecil!! Aku sudah dewasa!!"
"Oh ya?? Aku kurang yakin." Jawab Pansy sambil menyeringai dengan lebar. Grace menggembungkan pipinya dan menatap Pansy dengan sebal. Sementara itu Draco dan Blaise malah tertawa melihat Pansy yang menggoda Grace.
"Sudah mendapat pasangan dansa Grace??" Tanya Blaise.
"Belum." Jawab Grace sambil menggelengkan kepalanya. Melihat itu Blaise melotot ke arah Draco, matanya seakan berbicara Kau belum mengajaknya?!
Nanti jawab Draco tanpa suara. Draco menyenderkan kepalanya di bahu Grace, ngomong-ngomong ia masih memeluk pinggang Grace dengan erat.
"Kalian sendiri sudah mendapat pasangan??" Tanya Grace sambil menatap Pansy dan Blaise, keduanya sontak menegang. Blaise berdehem dengan canggung sementara itu Pansy menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan gugup.
Grace menatap kedua temannya dengan heran, tumben sekali mereka terlihat sedikit berbeda. Wajah mereka juga tiba-tiba memerah.
Draco tiba-tiba tertawa menatap Pansy dan Blaise. "Tentu saja mereka sudah memiliki pasangan." Ucap Draco menyeringai dengan lebar, ia semakin menatap Pansy dan Blaise dengan menggoda.
"Benarkah?! Siapa??" Grace berbinar menatap ke arah Draco, laki-laki itu menganggukkan kepalanya.
"Kau akan tau nanti." Jawab Draco dengan tenang, seringaiannya bertambah lebar menatap ke arah dua temannya ini.
"Mau pergi ke kamarku?? Mother menitipkan sesuatu untukmu."
"Aunty Cissy??" Tanya Grace dengan antusias, Draco langsung menganggukkan kepalanya.
"Ayo kita ke kamar!!" Seru Grace dengan antusias, ia tidak menyadari bahwa kalimatnya akan terdengar sangat ambigu di telinga orang lain. Untung saja orang-orang di asrama slytherin sudah hapal dengan tingkahnya ini.
"Ayoo. Nikmati waktu kalian berdua." Draco mengedipkan matanya ke arah Blaise, laki-laki itu langsung melotot ke arah Draco.
"Bajingan, tutup mulutmu."
Draco tertawa terbahak-bahak melihat wajah Blaise yang memerah, ia segera menarik tangan Grace untuk mengikutinya ke kamar.
Sesampainya di kamar, Grace langsung membanting dirinya di kasur empuk milik Draco. Sementara itu Draco malah membuka lemarinya dan mengambil sebuah kotak besar yang terbalut pita emas.
Grace mendudukkan dirinya saat Draco berdiri tepat di depannya, ia menatap kotak itu dengan penasaran.
"Apa itu??" Tanya Grace, Draco mengangkat kedua bahunya tanda tidak tau. Laki-laki itu kemudian ikut mendudukkan dirinya di samping Grace.
"Kata mother, harus kau yang membuka kotaknya." Draco memberikan kotak itu pada Grace yang langsung di terima dengan senang hati oleh gadis itu.
Grace menatap kotak di tangannya dengan berbinar, kira-kira apa yang dikirim oleh Aunty Cissy??
Grace mendekatkan kotak itu di telinganya kemudian mengguncangnya dengan pelan, terdengar suara sesuatu yang saling terbentur di dalam kotak berhiaskan pita itu.
Grace kemudian meletakkan kotak itu di atas pangkuannya, ia membuka ikatan pita itu dengan hati-hati. Setelah kotak itu terbuka, Grace menatap isinya dengan berbinar. Di dalamnya berisi gaun berwarna hitam dan beberapa perintilannya lainnya.
"Kau menyukainya??" Tanya Draco yang langsung diangguki oleh Grace. Draco tersenyum dengan lebar saat melihat Grace yang sangat senang menerima hadiah dari Ibunya.
"Aku akan mengirim surat untuk Aunty nanti." Ucap Grace sambil menutup kembali kotak di pangkuannya.
Grace kembali menidurkan dirinya di ranjang empuk milik Draco, laki-laki itu menatap Grace yang kini sudah memejamkan matanya.
"Kau sudah dapat pasangan??"
Grace membuka matanya saat mendengar pertanyaan Draco, ia kembali mendudukkan dirinya di samping Draco.
"Belum, kau sendiri?? Sudah dapat pasangan??"
"Sama sepertimu, aku juga belum mempunyai pasangan." Jawab Draco sambil menatap Grace yang duduk di sampingnya.
"Benarkah?? Aku tidak percaya, kau kan tampan."
"Jadi kau mengakui kalau aku ini tampan??" Telinganya sedikit memerah sekarang.
"Iya." Jawab Grace dengan santai, tidak menyadari kalau Draco sudah memerah sekarang.
"Kalau begitu, kau pasti mau menjadi pasanganku ke Yule Ball kan?? Aku kan tampan, tidak ada yang bisa menolak pesonaku."
Grace mengerjapkan matanya sambil menatap ke arah Draco. "Apa kau baru saja mengajakku pergi bersamamu??"
Draco mengangguk dengan semangat. "Jadi, kau mau kan??"
Grace tampak berpikir sekarang. "Baiklah, hanya sekedar berdansa kan??"
Draco menyeringai dengan lebar, ia menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Grace.
"Tapi tidak janji."
✯
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush [Draco Malfoy]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [Cerita ini dimulai pada tahun ketiga] Semua karakter adalah milik J.K. Rowling. Di sini aku cuman minjam karakter serta latar cerita dan nambahin beberapa karakter lain untuk keperluan book ini. "I think i have a crush on you"...