Haloww
✯
Pagi ini slytherin dan gryffindor kembali di tempatkan di kelas yang sama yaitu kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang di ajar oleh Profesor Moody.
Grace kembali duduk bersama Draco di bangku paling belakang, kelas masih ramai karena Profesor Moody yang belum datang. Di depan mereka ada Blaise dan Pansy, sedangkan di sebelah bangku mereka ada Crabbe dan Goyle.
Dari tadi Draco tidak berhenti memainkan jari-jari kecil milik Grace. Gadis itu hanya pasrah melihat jari-jarinya di mainkan oleh Draco.
Grace kemudian menatap ke arah pintu yang terbuka, di sana ada Harry dan ketiga temannya. Grace langsung tersenyum ke arah Harry dan Hermione dan melempar senyum kikuk ke arah Ron.
Harry dan Hermione tentu saja membalas senyum gadis itu, sementara itu pipi Ron sedikit memerah karena Grace tersenyum ke arahnya. Dengan malu-malu ia membalas senyum Grace.
Menyadari ketiga gryffindor itu tersenyum ke arah Grace membuat Draco menatap tajam ke arah mereka. Ia langsung merangkul pundak Grace dengan erat, matanya melotot ke arah mereka bertiga.
"Apa yang kau lihat??" Tanya Draco yang mampu menarik perhatian Grace.
"Hanya menyapa Harry, Hermione dan Ron." Jawab Grace dengan ragu.
Sementara itu Ron menatap Draco dengan sengit. "Lihatlah si anak manja itu, menganggu saja."
"Sudahlah, sebaiknya kita mencari tempat duduk. Aku tidak mau berdiri selama kelas berlangsung." Ucap Hermione berjalan duluan.
Ron mengangguk setuju, sementara itu Harry masih menatap Grace yang kini sedang bercanda bersama Draco. Entahlah tapi Harry sedikit tidak suka melihat Grace yang sangat akrab dengan Draco.
"Ayo Harry, jangan melamun!!" Ucap Ron, Harry tersentak dengan pelan kemudian segera menyusul teman-temannya.
Profesor Moody datang ke dalam kelas dengan terpincang-pincang, matanya melirik seisi kelas dengan intens. Grace semakin merapatkan tubuhnya ke arah Draco, merasa takut dengan Profesor baru mereka.
"Menyeramkan." Bisik Grace pada Draco dengan pelan, bisikannya bahkan hampir tak terdengar. Draco dengan senang hati mengusap bahu Grace untuk menenangkan gadis itu.
Di depan Profesor Moody sedang menuliskan namanya di papan tulis, tangannya dengan lincah bergerak untuk menulis namanya di sana.
"Alastor Moody, mantan Auror. Seseorang yang tidak pernah puas dengan Kementrian, aku ke sini hanya karena permintaan dari Dumbledore. Tamat."
"Baiklah aku tidak ingin berlama-lama. Kementrian menganggap bahwa kalian masih terlalu muda untuk mempelajari Unforgivable Curses tapi aku tidak setuju, kalian berhak mengetahui ancaman apa saja yang terjadi di luar sana." Sambung Profesor Moody sambil mengambil laba-laba di dalam toples, setelah memperbesar ukurannya Profesor Moody meletakkan laba-laba itu di tangannya.
"Apa diantara kalian ada yang mengetahui kenapa kutukan itu di sebut kutukan tak termaafkan??"
Hermione mengangkat tangannya dengan ragu-ragu. "Karena itu tak termaafkan dan dapat--"
"Dapat membawamu ke Azkaban, sekarang aku ingin kalian menyebutkan tiga kutukan itu. Weasley!!"
Ron menatap Profesor Moody dengan tegang. "Yes Sir??"
"Sebutkan satu kutukan."
"Ayahku pernah memberitahu ku tentang kutukan Imperius." Jawab Ron dengan gugup. Profesor Moody mengangguk setuju.
"Ayahmu tentu saja paham dengan itu. Imperio." Profesor Moody langsung memantrai laba-laba malang itu, ia membuat laba-laba itu mengikuti perintahnya. Orang-orang tergelak karena merasa itu sangat lucu sampai Profesor Moody mengarahkannya pada wajah orang-orang di kelas.
Laba-laba itu hinggap di wajah Draco membuat laki-laki itu panik, ia mengibaskan tangannya untuk mengusir hewan itu.
"Lepaskan ini dariku!!" Draco menatap laba-laba di wajahnya dengan takut, di sampingnya Grace ikut panik melihat Draco. Profesor Moody lalu kembali mengarahkan laba-laba itu ke tangannya.
Draco menghela nafas dengan lega. "Dasar orang sinting."
Profesor Moody kemudian menatap Neville yang kebetulan duduk di barisan depan. "Longbottom, benar??" Tanyanya yang langsung diangguki oleh Neville.
"Sebutkan satu kutukan lainnya."
Neville menatap Profesor Moody dengan takut. "Cruciatus." Cicitnya dengan pelan. Tanpa perasaan Profesor Moody memantrai laba-laba itu tepat di depan wajah Neville, jerit kesakitan dari laba-laba itu menggema ke seisi kelas dan membuat Neville tidak nyaman. Ia sedikit trauma dengan kutukan ini karena kedua orang tuanya pernah mengalami ini.
Grace mencengkram pergelangan Draco dengan kuat. Ia tidak tahan mendengar jerit kesakitan dari laba-laba itu. Draco mengelus punggung tangan Grace agar menenangkannya tapi sia-sia.
"BERHENTI!! KAU TIDAK LIHAT WAJAH NEVILLE YANG TERGANGGU?!" Hermione berteriak dengan nyaring, tangannya menggebrak meja cukup kuat.
Profesor Moody menatap tajam ke arah Hermione, ia menghentikan kutukannya kemudian membawa laba-laba itu tepat di hadapan Hermione.
"Kalau begitu kau pasti tidak keberatan merapalkan mantra yang terakhirkan Miss Granger??"
Grace melotot mendengar ucapan Profesor Moody, bukankah itu di larang??
Hermione menggeleng dengan lemah, matanya sedikit berkaca-kaca. Ia memalingkan wajahnya agar tidak melihat laba-laba di hadapannya.
"Baiklah, Avada Kedavra." Setelah mengucapkan mantra itu, laba-laba yang ada di hadapan Hermione mati.
Saat Profesor Moody merapalkan mantranya, Draco dengan sigap menutup telinga Grace agar tidak mendengar Profesor Moody yang sedang merapal mantranya. Walaupun itu sia-sia, Grace masih mendengarnya walaupun samar-samar.
"Killing curse, hanya satu orang yang bisa selamat dari kutukan ini dan orang itu ada di sini sekarang."
✯
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush [Draco Malfoy]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [Cerita ini dimulai pada tahun ketiga] Semua karakter adalah milik J.K. Rowling. Di sini aku cuman minjam karakter serta latar cerita dan nambahin beberapa karakter lain untuk keperluan book ini. "I think i have a crush on you"...