✯
Saat ini Grace dan Pansy masih berada di dalam kamar, mereka kembali mengecek barang-barang yang akan di bawa pulang. Liburan memang sudah menanti.
Mengenai kejadian saat turnamen, Profesor Moody ternyata adalah Barty Crouch Jr yang menyamar menggunakan ramuan Polyjuice. Hogwarts lagi-lagi kecolongan.
"Sudah siap Grace??" Tanya Pansy.
"Sudah, ayo pergi. Draco dan Blaise pasti sudah menunggu." Ajak Grace dengan semangat, keduanya langsung berjalan ke ruang rekreasi. Benar saja, Draco dan Blaise terlihat sangat bosan menunggu mereka.
"Akhirnya kalian datang, kami hampir saja mati kebosanan karena menunggu kalian." Ucap Blaise saat melihat ke arah mereka.
Grace meringis dengan pelan mendengar Blaise. "Maaf, kami keasikan mengobrol tadi."
"Wanita memang suka bergosip."
"Berkacalah, kau dan Draco bahkan setiap malam menggosipkan gadis-gadis di Hogwarts." Balas Pansy dengan sengit, ia melipat tangannya di depan dada.
"Tunggu dulu, bagaimana kau mengetahuinya?? Jangan-jangan selama ini kau menguping pembicaraan kami?!"
"Ternyata itu benar?!"
"Bisakah kalian berhenti bertengkar?? Telingaku panas mendengarnya." Ucap Draco sambil menatap kedua temannya dengan tajam.
Pansy dan Blaise langsung menghela nafas dengan gusar, mereka kemudian memutuskan untuk segera pergi. Kereta sebentar lagi akan berangkat.
Keempatnya kini sedang mencari kompartemen yang kosong untuk mereka tempati, setelah beberapa menit berjalan mereka akhirnya mendapatkan kompartemen mereka.
Grace langsung masuk dan duduk di sana. Draco dan Pansy terlihat berebut untuk duduk di samping Grace, tapi Blaise dengan cepat menarik kerah pakaian belakang milik Pansy dan menarik gadis itu untuk duduk di sebelahnya. Pansy terlihat seperti anak kucing sekarang.
"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!!" Pansy berteriak dengan nyaring tapi Blaise tetap menarik gadis itu untuk duduk.
"Mengalah saja, biarkan Draco duduk dengan gadisnya." Balas Blaise dengan tenang.
Pansy menatap sebal ke arah Blaise, bibirnya mengerucut saat melihat Draco yang menyeringai dengan lebar ke arahnya saat laki-laki itu berhasil duduk di samping Grace.
"Sialan."
Grace terkikik saat melihat wajah Pansy yang memerah karena menahan kesal, lagi-lagi Pansy tidak berhasil duduk di sampingnya.
Draco merangkul Grace dengan erat, bibirnya masih menyunggingkan seringaian lebar pada Pansy. "Kau kalah."
"Dasar menyebalkan!!" Pansy semakin mengerucutkan bibirnya menatap sepasang sejoli di depannya. Draco sialan, padahal ia ingin bergosip dengan Grace.
"Sudahlah Pans, tidak perlu dipikirkan. Kita bisa menghabiskan waktu di Manorku nanti." Ucap Grace sambil tersenyum dengan lebar.
Mendengar itu, sontak saja Pansy ikut tersenyum dengan lebar. "Kau benar!! Kan nanti kita akan mengadakan pertemuan dengan keluarga Pureblood lainnya di Manormu."
"Ah aku hampir melupakannya." Sambung Draco yang sedang merangkul Grace dengan mesranya.
"Kau kan sudah tua, makanya sering lupa." Cibir Pansy yang langsung di sambut dengan pelototan tajam dari Draco.
"Sialan!"
Grace dan Blaise terkekeh mendengar perdebatan kedua temannya, kalau biasanya Pansy akan bertengkar dengan Blaise maka sekarang Pansy lebih sering bertengkar dengan Draco.
"Kalian terlihat lucu." Ucap Grace sambil melihat Pansy dan Draco.
"Yah, aku memang lucu." Jawab Draco dengan dagu yang terangkat tinggi.
"Percaya diri sekali." Blaise yang semulanya diam kini ikut mengomentari Draco.
"Tidak perlu mengatakannya begitu Grace, aku tau aku lucu. Kau membuatku tersipu." Sambung Pansy yang kini sudah menangkupkan pipinya yang sudah memerah dengan kedua tangannya.
Grace kembali tertawa melihat Pansy, begitulah beberapa jam kemudian. Kompartemen mereka terisi dengan obrolan-obrolan ringan para remaja. Terkadang Grace akan bertingkah menggemaskan dan mengundang pekikan gemas dari Pansy.
Sampai saat mereka harus berpisah karena kereta yang sudah berhenti di stasiun. Grace melambaikan tangannya pada Pansy dan Blaise yang sudah berjalan terlebih dahulu untuk bertemu keluarga mereka.
Draco kemudian menggenggam tangan Grace dengan erat. "Ayo, sepertinya mereka sudah menunggu kita." Ajak Draco kemudian menuntun Grace untuk mengikutinya berjalan menghampiri para orang tua.
Dari sini mereka dapat melihat para Ibu sedang bergosip dan para Ayah yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang penting. Saat menyadari kedatangan anak-anak mereka, para orang tua yang tadinya sibuk kini mengalihkan perhatian mereka pada Draco dan Grace yang berjalan berdampingan.
Narcissa menyenggol lengan Rosie dengan pelan, keduanya nampaknya tidak bisa menyembunyikan senyuman lebar di bibir mereka saat menatap Draco dan Grace.
"Mereka terlihat sangat cocok." Ucap Narcissa yang langsung diangguki oleh Rosie.
"Kau benar."
Saat Draco dan Grace sampai di depan irang tua mereka, Grace langsung memeluk Ibunya dengan erat. Begitu pula dengan Draco, ia memeluk Ibunya tak kalah erat.
"Kau bertambah tinggi." Narcissa menatap Draco dengan senyuman manis miliknya.
"Tentu saja, tidak seperti Grace yang tidak pernah tumbuh tinggi."
"Hei!!" Grace yang namanya di sebut tentu saja langsung menatap Draco dengan sengit, Draco menyeringai dengan lebar ke arah Grace.
"Tapi itu fakta."
Grace kemudian memukul bahu Draco dengan keras. "Rasakan itu!!"
"Grace, kau tidak merindukan Daddy??" Tanya Jeff. Grace yang mendengarnya sontak mengalihkan pandangannya ke arah Ayahnya.
"Tentu saja aku merindukanmu Dad." Grace kemudian beralih memeluk tubuh Ayahnya dengan erat.
Jeff dengan senang hati membalas pelukan anak tunggalnya ini, gadis kecilnya sudah tumbuh dengan baik di Hogwarts. Walaupun rasanya tinggi badan Grace tidak bertambah saat terakhir kali ia melihatnya, tapi pipi gadis ini terlihat semakin berisi.
"Pasti kau makan sangat banyak di Hogwarts." Ucapan Jeffrey berhasil membuat Grace melepas pelukannya dan menatap Ayahnya dengan antusias.
"Tentu saja! Makanan di Hogwarts sangat enak!! Aku akan sangat rugi kalau tidak makan dengan banyak." Jawab Grace dengan menggebu-gebu.
Jeffrey mengecup pipi gadis kecilnya dengan gemas, tingkah anaknya sangat persis dengan Rosie saat masih remaja dulu.
Setelah memeluk Ayahnya, Grace berpindah untuk memeluk Lucius dan Narcissa. Pasangan Malfoy ini tentu saja tidak keberatan menerima pelukan dari gadis manis ini.
Setelah melepas rindu dengan para orang tua, mereka memutuskan untuk kembali ke Manor masing-masing. Sekarang, Grace sudah berada di depan Jason Manor, tempat tinggalnya.
Ia menatap bangunan megah yang menjadi tempatnya beristirahat. "Home sweet home."
Rosie kemudian merangkul Grace dari belakang. "Ayo masuk, sepertinya para Peri rumah akan senang menyambut kembali Nona mereka."
✯
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush [Draco Malfoy]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [Cerita ini dimulai pada tahun ketiga] Semua karakter adalah milik J.K. Rowling. Di sini aku cuman minjam karakter serta latar cerita dan nambahin beberapa karakter lain untuk keperluan book ini. "I think i have a crush on you"...