✯
Grace sekarang sudah terbangun dari tidurnya, ia juga sudah mengetahui kejadian Dementor di kereta tadi.
Ternyata para Dementor mendatangi kereta karena ingin mencari Sirius Black. Seorang tahanan yang kabur dari Azkaban.
"Tadi itu sangat mengerikan!! Beruntung kau tertidur dengan nyenyak jadi kau tidak dapat melihat wujud Dementor yang eww menjijikan." Pansy bergidik ketika mengingat wujud Dementor tadi.
"Sebenarnya tadi aku sedikit terbangun, tapi karena kedinginan aku kembali tertidur." Jawab Grace.
Grace dan Pansy berjalan di depan, sedangkan Draco dan Blaise berjalan di belakang mereka. Mereka sekarang berada di dalam kereta menuju kastil Hogwarts.
Mereka menaiki kereta berempat, Grace duduk di samping Pansy. Di depan mereka ada Draco dan Blaise yang duduk bersama.
"Inilah alasan kenapa aku sangat membenci hujan." Blaise memperlihatkan sepatunya yang sudah kotor karena lumpur.
Jalanan menjadi sedikit berlumpur karena hujan, bahkan saat keluar dari kereta mereka disambut dengan rintik-rintik hujan.
"Blaise benar, sepatuku menjadi sangat kotor sekarang." Sambung Draco, ia berdecak dengan kesal.
"Aku pasti terlihat jelek sekarang." Pansy sambil menyisir rambutnya yang sedikit basah karena hujan.
"Kalian terlalu banyak mengeluh." Jawab Grace sambil terkekeh melihat wajah masam teman-temannya.
"Jangan menertawai kami ya Grace!!" Ucap Pansy dengan kesal. Grace mengindikkan bahu dengan acuh.
Setelah beberapa menit kemudian mereka akhirnya sampai di Hogwarts. Mereka langsung diarahkan menuju Great Hall.
Tentu saja sebelum itu mereka membersihkan diri, baik itu membersihkan sepatu, jubah atau bahkan mengeringkan rambut yang basah karena hujan.
Grace duduk di samping Pansy, di sebelahnya ada Draco. Blaise, Crabbe dan Goyle duduk di depan mereka.
Profesor Dumbledore segera berdiri dari duduknya, ia sedikit memberi ucapan selamat pada murid-muridnya.
"Selamat datang kembali di Hogwarts, sebelum memulai perjamuan makan malam aku akan memberikan sedikit informasi pada kalian. Kastil ini kedatangan tamu spesial dari Kementrian, tentu saja para Dementor."
Beberapa murid melongo tidak percaya termasuk Grace dan teman-temannya.
"Kurasa dia semakin gila." Ucap Draco sambil berbisik pada Grace, matanya masih menatap Profesor Dumbledore di depan sana.
Mendengar itu Grace mencubit pinggang Draco, sontak laki-laki itu mengaduh kesakitan.
"Hei kenapa kau mencubitku??" Draco mengusap area pinggangnya yang dicubit oleh Grace. Cubitannya tidak main-main.
"Jaga ucapanmu Draco!! Profesor Dumbledore tidak gila!!" Grace menatap tajam Draco di sampingnya.
Wajah Draco sedikit memerah saat Grace menoleh ke arahnya, tentu saja karena jarak wajah mereka yang sangat dekat.
Ia segera memalingkan wajahnya ke depan, jangan sampai Grace mengetahui bahwa ia sedang memerah sekarang. Tapi terlambat, Grace sudah lebih dulu melihat wajahnya memerah.
"Kau baik-baik saja Draco? Wajahmu sedikit memerah, apa kau sakit??"
Tangan Grace terulur ke depan, ia hendak menempelkan punggung tangannya pada dahi Draco tapi tangannya lebih dulu di tangkap oleh pemuda berambut pirang itu.
Draco menggenggam tangan Grace dengan erat. "Aku tidak apa-apa, kau tidak perlu khawatir."
Grace mengangguk mengerti, saat ia kembali memperhatikan ke depan ternyata Profesor Dumbledore sudah selesai berbicara.
"Pansy apa yang dikatakan oleh Profesor Dumbledore tadi??"
"Kau tidak mendengarnya??"
Grace menggelengkan kepalanya, Pansy menghela nafas dengan gusar.
"Profesor Dumbledore bilang kalau Hogwarts sedang dijaga ketat oleh para Dementor karena Sirius Black berhasil kabur dari Azkaban. Dia juga mengenalkan guru baru kita, Profesor Remus Lupin yang mengajar Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam dan Hagrid yang mengajar di kelas Pemeliharaan Satwa Gaib."
"Hagrid menjadi guru di Hogwarts??" Tanya Grace dengan antusias, Pansy menganggukkan kepalanya.
"Lalu apa hubungannya para Dementor dengan Hogwarts, ini hanya Sekolah Sihir." Sambung Grace.
"Justru karena itu kementrian menempatkan Dementor di sini!! Keselamatan murid-murid Hogwarts sedang dalam bahaya sekarang, rumornya Sirius Black sedang mengincar Harry Potter untuk di bunuh." Pansy berbisik saat membicarakan Harry Potter karena meja mereka bersebelahan dengan meja gryffindor.
Grace bergidik ngeri, Grace cukup mengenal Harry karena saat ditahun kedua mereka pernah duduk satu meja bersama sebelum Draco datang dan menariknya untuk duduk bersamanya, bukan dengan Harry.
"Potter! Potter!! Is it true you fainted?! I mean, you actually fainted?!"
Grace menoleh mendapati Draco yang sedang mengganggu Harry, ngomong-ngomong Draco masih menggenggam tangannya dengan erat.
Sebelum Harry dapat menjawab, Ron lebih dulu menjawabnya. Ia sedikit menarik bahu Harry agar tidak meladeni Draco.
"Shut up Malfoy!!" Balas Ron dengan sengit, sebelum berbalik Harry melirik ke arah Grace ia hendak tersenyum sebelum melihat tautan tangan Grace dan Draco yang begitu erat.
Menyadari tatapan Harry, Draco menyeringai dan semakin erat menggenggam tangan Grace. Ia sengaja mengelus punggung tangan gadis itu, memperlihatkan pada Harry bahwa ia sudah tertinggal sangat jauh.
"Draco itu sedikit keterlaluan." Ucap Grace saat melihat Draco yang kembali duduk seperti semula.
"Oh ayolah, aku hanya bertanya padanya." Jawab Draco dengan santai, ia mengambil satu buah anggur yang tersedia di atas meja dan memberikannya pada Grace.
"Ini, buka mulutmu."
Grace menurut, ia membuka mulutnya dan Draco langsung menyuapi gadis itu. Lagi pula Grace tidak bisa menolak, ia suka anggur.
"Enak??"
Grace menganggukkan kepalanya, mulutnya masih mengunyah anggur.
"Adegan menjijikan apa ini?!" Blaise menatap keduanya dengan sengit.
"Nikmati saja, aku tau kau juga ingin melakukannya dengan gadis lain." Jawab Draco dengan santai.
✯
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush [Draco Malfoy]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [Cerita ini dimulai pada tahun ketiga] Semua karakter adalah milik J.K. Rowling. Di sini aku cuman minjam karakter serta latar cerita dan nambahin beberapa karakter lain untuk keperluan book ini. "I think i have a crush on you"...