++
✯
Setelah Pansy memberikan ceramah pada Draco, laki-laki itu langsung menarik tangan Grace untuk mengikutinya keluar dari asrama.
Sekarang mereka sedang berjalan menyusuri lorong Hogwarts yang sedang ramai, Draco langsung mengalungkan tangannya pada Grace agar gadis itu tidak terpisah dengannya.
"Apa lihat-lihat?!" Sentak Draco saat melihat pria Durmstrang yang menatap Grace dengan lekat.
Pria Durmstrang itu lantas mengalihkan pandangannya pada Grace, walaupun demikian Draco masih menatap laki-laki itu dengan nyalang.
"Padahal kau sedang bersamaku, tapi kenapa mereka masih juga menatap ke arahmu?!"
"Mungkin karena aku cantik." Balas Grace dengan santai, ia menatap Draco dengan senyuman lebar.
"Kau memang selalu cantik dimataku." Draco menyeringai dengan lebar ke arah Grace. Di sampingnya, Grace terkekeh mendengar Draco yang menggodanya.
Tiba-tiba saja tubuh Grace terdorong ke depan karena ada yang menabraknya, beruntung Draco dapat menahannya. Kalau tidak, Grace pasti sudah berciuman dengan lantai. Draco tidak mau ciuman pertama Grace di ambil oleh lantai.
"Maaf aku tidak-Grace?! Kau baik-baik saja??"
Ternyata yang menabrak Grace adalah Harry, di belakang pemuda berkaca mata itu juga ada Ron dan Hermione.
"Perhatikan jalanmu Potter!!" Draco menatap Harry dengan tajam.
"Aku tidak apa-apa Harry, tenang saja." Jawab Grace sambil tersenyum dengan manus, hal itu berhasil membuat Harry sedikit memerah.
"Maaf, aku benar-benar tidak sengaja.
Ron mendorongku tadi.""Apa-apaan?! Kenapa namaku di bawa-bawa?!" Ron melotot menatap ke arah Harry, di sebelahnya Hermione menyikut perut laki-laki itu dengan pelan.
"Weaselbee memang pembuat onar, ayo Grace kita pergi. Aku tidak mau kau berdekatan dengan orang-orang bau seperti mereka."
"Apa kau bilang?!" Ron hampir saja memukul Draco kalau Hermione tidak menahannya, sementara itu Draco malah menyeringai dengan lebar menatap mereka.
Draco segera menarik Grace agar berjalan mengikutinya, sebelum pergi Grace kembali menoleh ke belakang dan melempar tatapan permintaan maaf pada mereka bertiga.
"Dasar orang-orang bodoh." Gumam Draco yang dapat di dengar oleh Grace, gadis itu kembali menatap Draco.
"Kau tidak boleh mengatai mereka bodoh, kau tidak lupa kan Hermione yang berhasil mengalahkanmu."
"Jangan membahas Mudblood sialan itu!! Aku benar-benar membencinya karena sudah mengambil peringkat pertamaku." Wajah Draco kembali memasam saat mengingat Hermione yang terus-terusan mengalahkannya.
"Kau hanya perlu berusaha lagi Drake."
"Aku bahkan sudah berusaha semampuku, tapi tetap saja Mudblood itu yang meraih peringkat pertama. Lagi-lagi aku harus menerima komentar pedas dari father karena kalah dari Mudblood." Jawab Draco dengan murung.
Grace terdiam mendengar keluhan Draco, ia memang tau kalau Uncle Lucius adalah orang yang sangat alergi dengan muggle. Apalagi ketika mengetahui bahwa anak kebanggaannya kalah saing dari seorang Mudblood.
"Setidaknya kau meraih posisi kedua, menurutku itu sebuah pencapaian yang sangat luar biasa."
Yah, setidaknya perkataan Grace dapat membuat beban pikiran Draco sedikit berkurang, walaupun ia masih terbayang komentar pedas dari Ayahnya.
"Ayo ke Danau Hitam." Ajak Grace dengan semangat, di sebelahnya Draco mengangguk menuruti perkataan Grace.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka akhirnya sampai di Danau. Hanya ada beberapa orang yang sedang melihat pemandangan Danau Hitam yang menakjubkan, Grace dan Draco memilih untuk duduk di bawah pohon. Posisi mereka memang sangat jauh dari orang-orang.
Draco menyandarkan punggungnya pada pohon, Grace juga ikut menyandarkan tubuhnya di samping Draco. Ia kemudian menjatuhkan kepalanya di bahu laki-laki bersurai platina tersebut.
"Kau sudah menyelesaikan tugas Ramuan dari Profesor Snape??"
"Aku tidak mau memikirkan tugas-tugas itu, membuat kepalaku pusing saja." Jawab Grace sambil menggerutu. Draco terkekeh dengan gemas melihat wajah Grace yang tertekuk.
"Kalau begitu, kau bisa melihat tugas untukku."
Mata Grace sontak berbinar mendengar ucapan Draco, ia menatap laki-laki itu dengan senyuman lebar. "Benarkah??"
Draco menganggukkan kepalanya dengan senang. "Tentu saja, apapun untukmu." Jawab Draco dengan senyuman lebar di bibirnya.
"Thanks Dracoo." Grace berhambur memeluk Draco, laki-laki itu dengan senang hati membalas pelukan dari Grace.
Secara tiba-tiba Draco mengangkat tubuh Grace membuat gadis itu kini terduduk di pangkuannya.
"Apa yang kau lakukan??" Grace mengerjapkan matanya dengan bingung ke arah Draco.
"Apa? Aku hanya mengangkatmu untuk duduk di pangkuanku." Jawab Draco dengan santai.
Santai?? Omong kosong, jantungnya bahkan sudah berdetak sangat cepat saat Grace sudah duduk di pangkuannya. Telinganya sedikit memerah tapi mau bagaimana lagi, ia tidak dapat menahannya.
"Tapi Daddy tidak memperbolehkan aku untuk duduk di pangkuan orang lain." Grace menatap wajah Draco dengan lugu.
"Uncle Jeff pasti akan mengerti." Jawab Draco sambil menyeringai dengan lebar. Ia kemudian semakin menarik tubuh Grace agar merapat ke arahnya.
"Kau benar-benar tidak mengingat kejadian semalam??" Tanya Draco sambil mengelus plester yang tertempel di leher Grace.
"Tidak." Jawab Grace sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan. Draco menganggukkan kepalanya mengerti, pandangan matanya kemudian beralih menatap bibir merah merona milik Grace.
"Kau tidak keberatan kalau aku mencicipinya??" Tanya Draco dengan pandangan mata yang masih terarah ke bibir Grace.
"Maksudmu??" Grace mengerutkan dahinya dengan bingung mendengar pertanyaan Draco.
Draco tidak menjawab, ia perlahan mengikis jarak di antara keduanya. Draco kemudian menatap Grace tepat di matanya, sepertinya Grace sedang kebingungan sekarang.
"Kau hanya perlu menikmatinya." Sedetik kemudian bibir mereka bertemu, Draco memejamkan matanya saat merasakan benda kenyal yang sedang ia nikmati. Benda kenyal yang mengusik pikirannya sejak lama.
Sementara itu Grace terlihat sangat terkejut karena ulah Draco, matanya melotot dengan lebar sedangkan kedua tangannya mencengkram bahu milik Draco dengan erat.
Draco melumat bibir Grace dengan perlahan, matanya masih menutup menikmati sensasi berciuman bersama Grace. Tangannya juga memeluk pinggang Grace dengan erat, Draco benar-benar menikmatinya.
Setelah puas mencicipi bibir Grace, Draco melepas ciuman mereka. Ia menatap Grace dengan sayu, jarinya bergerak untuk mengelus bibir Grace yang basah karenanya.
"Draco, tadi itu apa?" Grace menatap Draco dengan bingung, wajahnya mengisyaratkan keterkejutan.
"Kau hanya boleh melakukannya denganku, kau tidak boleh melakukannya dengan orang lain. Mengerti?"
Grace hanya menganggukkan kepalanya, ia kemudian menjatuhkan kepalanya kembali di bahu Draco.
"Sepertinya bibirku membengkak karenamu."
✯
Danau Hitam ➩ Tempat berzina di Hogwarts xixi
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush [Draco Malfoy]
Fiksi Penggemar[FOLLOW SEBELUM BACA] [Cerita ini dimulai pada tahun ketiga] Semua karakter adalah milik J.K. Rowling. Di sini aku cuman minjam karakter serta latar cerita dan nambahin beberapa karakter lain untuk keperluan book ini. "I think i have a crush on you"...