Dulu mungkin hanya memandang fisik, tapi sekarang pandangan itu berubah menjadi cinta yang sejati.
Dua pasangan yang masih muda tengah duduk menikmati sore hari di sebuah gazebo belakang rumah kediaman mereka. Gazebo itu terbuat dari kayu dengan atap kayu dan mengambil tema tropis, di mana banyak tumbuhan hijau yang menggantung di dalamnya. Ada ayunan modern juga beberapa sofa berwarna putih yang dipadukan dengan sedikit sentuhan cream. Udara yang sejuk membuat mereka betah untuk berdua di belakang rumah.
Ditemani secangkir kopi juga teh yang ada di meja membuat suasana semakin terasa harmonis dan menyegarkan saja. Salah satu dari mereka sibuk dengan aktivitasnya, membuat Lembayung yang tengah hamil tua tak terima diperlakukan cuek seperti ini.
"Mas," panggil Lembayung sembari mendekatkan dirinya pada Zidan yang tengah sibuk dengan laptopnya.
"Hm," balas Zidan singkat sembari mengecek beberapa berkas yang sedang ia kerjakan di laptopnya.
Lembayung yang merasa kesal justru mencium pipi Zidan, membuat Zidan menoleh tepat di sampingnya. Zidan hanya membalas dengan senyumannya membuat Lembayung terus menciumi dirinya. Zidan pun menutup laptopnya dan merengkuh tubuh istrinya yang sedang hamil tua. Jemarinya mengusap lembut perut yang tengah membuncit besar di mana anak keduanya akan lahir ke dunia.
"Kamu buat aku gak fokus kerja," tutur Zidan pada Lembayung yang tersenyum ke arahnya.
"Kalau lagi di rumah, usahakan punya waktu untuk kita, mas. Biar aku juga gak ngomong sama patung tau," balas Lembayung pada Zidan yang selalu sibuk dengan urusan kantor yang ia kelola juga usaha kecil dan besar yang sudah ada.
"Iya, sayang." Zidan menatap Lembayung dan kemudian bertanya sesuatu padanya, "kamu sudah minum susu hamil?"
Lembayung pun menggeleng.
"Sebentar, aku buatkan susu hamil buat kamu, ya? Biar anak kita sehat terus nantinya. Mau?" tanya Zidan yang langsung diangguki oleh Lembayung dengan senang.
Zidan kemudian pergi membuatkan susu untuk anak dan istrinya. Lembayung kemudian mengusap perutnya yang sudah membuncit besar karena mengandung tua. Ia pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Ketika hamil pertamanya ia harus diliputi oleh rasa kesedihan yang ada. Di mana ketika ingatannya berputar pada kejadian masa lalu, ia bersyukur setidaknya anak pertamanya mempunyai sosok ayah yang terus menjaganya. Jika kala itu Zidan tiada, mungkin ia akan gila dan tak akan pernah mengurus atau memikirkan dirinya sendiri.
Kejadian masa lalu membuat hidupnya saat ini lebih bermakna. Ia sudah tak lagi menjadi model remaja dan majalah, ia hanyalah ibu rumah tangga yang berusaha keras menjaga dan menyayangi keluarganya termasuk mengurus anak dan suaminya di rumah. Jika ia masih menjadi model, maka ia tak mungkin mempunyai banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarganya. Maka dari itu, ia memutuskan untuk berhenti dan fokus pada kehidupan barunya, bersama cinta sejatinya.
"Mikirin apa yang?" tanya Zidan tiba-tiba datang sembari memberikan susu hangat ibu hamil pada Lembayung.
"Makasih, ya." Lembayung menerima susu itu dan segera meminumnya membuat Zidan senang karena Lembayung menghabiskan susunya.
Lembayung kemudian menaruh gelas itu di atas meja. Secara tiba-tiba ia memeluk Zidan erat dan tak mau melepaskannya. Lembayung memejamkan matanya kala Zidan membalas pelukannya dengan usapan lembut di atas kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...