|Part 47| Hanya Sebatas Sahabat

5.1K 769 323
                                    

Sering kali kita menemukan perubahan dan persamaan
Pada saat itu kita melihat orang yang bahagia, namun saat itu juga ada orang yang terluka parah di lubuk hatinya.

"Btw, terima kasih sudah memberi kejutan manis ini," ucap Ayunda pada Firlangga yang sibuk menyetir mobilnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Waktu yang menunjukkan sebuah kebahagiaan dalam dirinya. Kebahagiaan yang tak akan pernah bisa di berikan oleh siapa pun, kecuali seorang pria yang ada di sampingnya saat ini. Berulang kali ia selalu menanyakan, apa Firlangga mempunyai rasa untuknya? Jawaban itu seolah sudah terjawab sekarang. Firlangga hanya mencintai dirinya saat ini. Bukan wanita lain yang akan menggeser posisi dirinya di hati pria dingin ini.

Mobil Firlangga melaju meninggalkan kawasan pantai yang mengukir sejarah bagi kehidupan mereka berdua. Laju yang sangat cepat, karena kondisi jalannya tampak sepi dan tak macet satu pun. Ketika mereka berdua sedang mengobrol bersama, mata Ayunda justru terfokus pada seorang wanita yang ia rasa kenal sedang berjalan sembari memeluk tubuhnya.

"Karina," ucap Ayunda ketika mobil Firlangga melewati wanita itu. "Berhenti. Itu Karina."

Firlangga yang mendengar itu sontak menghentikan laju kendaraannya. Keduanya membuka pintu, dan saat wanita itu dekat dengan mereka, ternyata memang benar bahwa itu adalah Karina sahabat Firlangga. Melihatnya menangis dan kedinginan membuat Firlangga segera menghampirinya. Pria itu melepas Jaz yang ia gunakan, menaruhnya di bahu Karina yang hanya bisa menangis tanpa sebab yang tak mereka ketahui itu apa.

"Lo apa-apaan, sih! Pulang sendiri tanpa bilang gue," ucap Firlangga kemudian merengkuh tubuh Karina membawanya ke dalam mobil, diikuti oleh Ayunda yang juga sama-sama panik melihat Karina dengan kondisi tak berdaya seperti ini.

"Kamu gak apa-apa? Kok nangis gini? Kamu dingin? Aku belikan air hangat, ya," tanya Ayunda panik melihat Karina yang tak kunjung menghentikan tangisannya.

Karina justru memeluk Firlangga yang ada di hadapannya. Tangisannya pecah, tangannya nampak memeluk Firlangga erat tak mau dilepas begitu saja. Ayunda yang melihat itu memundurkan badannya. Ia mencoba memberi waktu bagi kedua sahabat itu untuk saling berbicara. Tak apa. Karina adalah sahabat Firlangga, dan selamanya akan sama. Melihat Karina seperti ini membuat ia paham dan memberikan ruang untuk mereka saling berdiskusi. Tentu saja tentang mengapa Karina menjadi seperti ini.

"Aku cari air hangat, deh," ucap Ayunda ingin pergi, namun tangan Firlangga segera menahannya dengan posisi Karina yang masih memeluknya. Firlangga memberi kode agar ia diam di tempat dan tak kemana-mana.

"Di sini aja," pinta Firlangga tanpa ingin di bantah.

Firlangga kemudian melepaskan pelukannya. Ia menatap manik mata Karina yang ketika menatap dirinya tak seperti biasa. Ada tatapan amarah di dalamnya, membuat ia tersenyum dan mengarahkan ibu jarinya untuk menghapus air mata Karina yang terus menerus menetes di pipinya.

"Lo kenapa? Cerita sama gue," tanya Firlangga membuat Karina hanya diam.

"Ok, kamu masuk dulu. Biar aku cari air hangat dan makanan buat kita di mobil. Nunggu Karina ngomong lama, jadi aku mau cari air hangat," ucap Firlangga kemudian membawa Ayunda masuk untuk duduk di samping Karina yang hanya bisa menatap kosong, bahkan ketika pintu mobil tertutup rapat mengyisahkan dirinya dan Ayunda.

Tatapan Ayunda terus terarah pada Karina yang memusatkan perhatiannya pada kaca jendela mobil milik Firlangga. Sebenarnya ia tak tahu apa yang sedang dipikirkan Karina. Tak ada satu pun kata yang ada, membuat ia tak bisa mengetahui yang sebenarnya. Hawa dingin memang masih terasa. Angin pantai pun masih menghampiri tubuhnya, walau di dalam mobil tak ada celah. Tangan Ayunda memutuskan untuk menyentuh pundak Karina, dan benar saja wanita itu segera menoleh pada dirinya.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang