Aku adalah pemeran utama dalam sandiwara kecil berjudul kita, lalu mengapa kau bawa dia dan mengubah alur cerita di antara kita.
Di bawah pohon rindang, dua remaja wanita sedang berbincang. Diam tanpa suara hanya bisa saling tatap di tempatnya. Satu menit yang lalu setelah mereka di pertemukan dalam satu ruang yang sejuk dan rindang, tak ada yang bersedia untuk membuka mulutnya. Salah satu wanita sibuk akan ponselnya, seolah tak peduli atas permintaan salah satu dari mereka yang ingin menyelesaikan kesalahan ini secara damai dan aman.
Jam pelajaran tak menggangu keduanya, karena hari ini semua murid bebas kelas. Mereka hanya perlu menunggu tiga soal ujian yang akan menjadi penentu bagi mereka untuk naik atau menetap di SMA ini. Tiga hari lagi ke depan mereka akan tahu siapa yang akan tamat dan menetap di sekolah. Membuat mereka berdua betah untuk berlama-lama duduk di pohon rindang sekolah.
"Ada yang mau gue ngomongin sama lo," ucap Ayunda.
"Ngomong aja," balas Karina yang tak kunjung memusatkan perhatiannya pada Ayunda. Karina justru terfokus pada layar ponsel yang sedang di pegangnya.
Ayunda yang jengah pun segera merampas ponsel di tangan Karina. Memindahkannya ke arah samping dirinya dan menatap ke arah mata Karina. Kedua tangan Ayunda meraih tangan Karina. Tatapan mata mereka bertemu. Ayunda yang menatap Karina sendu dan Karina yang terus menatap tangannya yang di raih oleh Ayunda.
Perasaan mereka seolah bergejolak, mata saling menatap namun raga seolah menyapa hangat. Pertahanan Karina yang berusaha untuk acuh, kini berganti dengan tatapan penasaran dan mulai ada simpatik yang didapatkan oleh Ayunda. Ia hanya perlu menunggu hal apa yang ingin di bicarakan oleh Ayunda yang saat ini terus menatapnya.
"Gue gak mau gara-gara cinta kita bertengkar gitu aja. Kita sama-sama sayang sama Firlangga, tapi hanya gue yang bisa bersatu sama dia." Ayunda mempererat genggaman tangan itu menatap Karina hangat. Berusaha untuk tetap menjaga perasaan Karina yang ada di hadapannya.
Ayunda menarik napasnya. Menghembuskan napas itu secara perlahan-lahan. Ia berusaha untuk memikirkan perkataan agar tak menimbulkan salah paham untuk yang kesekian kalinya. Ia berusaha untuk tenang. Walau saat ini ia ingin mengatakan agar Karina menjauhi Firlangga.
"Cinta sejati akan bersatu, tapi cinta karena obsesi hanya bisa mengagumi. Persahabatan lo sama Firlangga jauh lebih penting dari cinta ini. Jadi gue mohon sama lo sebagai sahabat gue dan Langga, jauhi dia untuk gue. Hilangkan semua cinta demi persahabatan lo berdua. Gue mohon sama lo, Rin ...."
Ayunda meminta pertolongan agar Karina tak lagi mengganggu hubungan mereka. Bahkan sampai saat ini ia seolah tak bisa berkata-kata. Matanya yang berkaca-kaca menatap ke arah Karina yang justru memalingkan wajahnya. Bersamaan dengan hembusan angin kencang yang menerpa mereka berdua, hawa sejuk tak mampu untuk menenangkan Karina. Wanita itu melepaskan genggaman tangan Ayunda, matanya tak lagi menatap Ayunda yang mengharapkan kata iya dari bibirnya. Karina justru memegang bangku taman dengan kencang berusaha untuk menahan segala gejolak yang saat ini ia rasakan.
"Dulu gue nyerah, tapi apa sekarang gue harus lakukan hal yang sama?" tanya Karina menahan rasa sesak di hatinya. "Lo bahagia sama Firlangga, tapi di sini gue cuman bisa terluka. Gue ke sini karena ingin bahagia! Tapi apa yang gue dapatkan? Rasa sesak yang gak berujung menambah luka yang berusaha untuk gue hilangkan ketika gue sama Firlangga."
Karina kemudian menoleh kembali tepat ke arah Ayunda yang senangtiasa mendengarkan keluhan dirinya. "Kalau lo minta gue menjauh, maaf gue wanita egois yang gak bisa lakukan itu demi lo bahagia. Hati gue nolak dan gue gak akan pernah mau lakukan itu buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfic"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...