|Part 8| Perhatian Tak Terduga

4.9K 814 310
                                    

Sakit hati doang? Mungkin sebagian dari orang yang hanya mempunyai otak saja tanpa hati yang ada akan berpikir seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sakit hati doang?
Mungkin sebagian dari orang yang hanya mempunyai otak saja tanpa hati yang ada akan berpikir seperti itu.
Hati diciptakan untuk saling merasakan hangat dan sayang seseorang bukan menyakiti satu sama yang lainnya.

"Mereka itu gemes. Menurut kamu gimana? Aku jadi ingat awal mula kita jadian kaya gitu juga." Soraya terus memuji dan memberikan kesan yang sangat senang ketika melihat kedua sahabatnya seperti menaruh perasaan satu sama yang lainnya.

Firlangga yang sepanjang perjalanan hanya mendengarkan pujian dan pujian untuk Ayunda dan Dani lama kelamaan merasakan panas di sekujur tubuhnya. Genggaman tangan yang ada di Soraya semakin erat saja, tapi Soraya tak paham bahwa pacarnya ini sedang menahan amarah yang membeledak.

"Kamu dukung mereka banget kayaknya," tutur Firlangga membuat Soraya tersenyum sangat senang.

"Jelas. Aku tahu Dani suka sama Ayunda, tapi cewek itu gak tahu kalau ada yang suka sama dia. Kadang aku juga gemas sendiri. Dani udah coba unjuk diri, tapi Ayunda gak anggap dia sebagai laki-laki tapi sebagai teman aja."

"Iya, bagus, dong," ujar Firlangga tanpa sadar membuat Soraya menghentikan langkahnya.

Soraya menatap lurus ke mata Firlangga yang tengah menyatukan kedua alisnya. Ia tak paham dengan apa yang diberikan oleh Firlangga barusan. Maksud nya bagus apa? Ia bahkan tak paham bahwa itu benar-benar terjadi di hadapannya. Ia juga tak tahu bahwa Firlangga akan mengatakan hal itu pada dirinya. Tapi sungguh ia tak mengerti.

"Maksudnya bagus?"

"Apa?"

"Tadi kamu bilang bagus. Maksudnya bagus kalau Ayunda gak anggap Dani laki-laki? Kamu suka sama dia?" tanya Soraya dengan tatapan penuh selidik.

Firlangga yang mendengar itu pun tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa ia suka dengan wanita yang menjadi musuhnya? Yang benar saja? Namun tawa itu terganti oleh tatapan datar dan pikiran yang seolah tak menyangkal apa yang ia rasakan. Apa memang benar ia mencintai wanita itu? Tapi tak mungkin. Perasaan yang ia punya hanya untuk Soraya bukan wanita tomboy yang tak tahu malu seperti Ayunda. Tak mungkin.

"Aku gak mungkin suka sama dia. Cantikan kamu ke mana-mana. Dia galak, sementara kamu terlalu sempurna," puji Firlangga sembari mencolek dagu Soraya yang langsung memeluknya.

"Pacar aku ternyata gak rabun. Padahal cantikan aku ke mana-mana di bandingkan primadona itu," balas Soraya seakan penuh kemenangan, karena most wanted nomor satu memuji kecantikannya.

Mata Firlangga kemudian menangkap sosok wanita yang tengah berdiri di halte dengan ponsel yang ada di genggamannya. Rambutnya yang berkibar juga kulitnya yang bisa ia lihat dari kejauhan membuat ia bisa menyimpulkan bahwa dia adalah Ayunda gadis sederhana di balik kekayaan keluarga yang ia punya. Ayunda memang sederhana. Padahal sopir ada, namun ia tak pernah memamerkan itu semua dan memilih untuk naik bis saja. Ini sungguh aneh dan sangat langka. Firlangga kemudian mengurai pelukannya dan menatap Sorya yang kemudian menatapnya juga.

"Kenapa? Kamu mau aku cium?" Soraya kemudian memperhatikan sekitar yang sudah sangat sepi oleh orang. "Mumpung lagi sepi."

"Enggak. Bukan saatnya." Firlangga kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Ia berusaha untuk mencari alasan yang pasti di balik dirinya yang ingin mengajak Ayunda untuk pulang bersama. "Aku gak bisa pulang bareng, yang. Tiba-tiba ada urusan. Kamu gak apa-apa pulang sendiri?"

"Kok mendadak, sih?" tanya Soraya yang sedikit bete akan sikap Firlangga.

Firlangga yang berusaha untuk melihat Ayunda yang masih ada di tempatnya pun kemudian menatap kembali sang kekasih.

"Ini urusan penting banget," tutur Firlangga membuat Soraya menggeleng.

Memang sangat susah untuk membohongi sang kekasih. Soraya ini seperti cenayang yang muda sekali membaca pikiran dirinya yang seolah selalu memberikan alasan yang memanipulasi. Tapi walau bagaimana pun ia ingin melihat Ayunda yang sampai rumah dengan selamat, tanpa luka dan tanpa dekat oleh Dani yang amat suka pada wanita itu.

"Terus aku pulang sama siapa? Dani gak bawa motor makanya mereka berdua naik bus," tutur Soraya mengeluh.

"Mereka berdua?" tanya Firlangga membuat Soraya mengangguk.

"Dani sama Ayunda selalu bareng. Gak bawa motor mereka naik bus juga bareng," tutur Soraya membuat Firlangga menatap ke halte.

Saat matanya memusatkan pandangannya ke arah halte, ternyata bis berwarna biru sudah berhenti tepat di depan halte. Saat itu juga banyak murid yang masuk, dan ia melihat Dani dan Ayunda yang ingin masuk ke dalam bus yang sama. Hal itu membuat Firlangga langsung berlari karena ia takut tak lagi bisa menaiki bus itu. Firlangga berlari dan meninggalkan Soraya yang terus memanggil namanya.

Tepat sekali, ketika pintu bus akan tertutup, saat itu juga ada kenek bus yang melihat dirinya. Bus itu kembali terhenti, kemudian Firlangga masuk dan berjalan untuk mencari keberadaan Ayunda, namun rupanya ia sudah telat dan ketika menemukan Ayunda di sampingnya sudah ada Dani yang bersedia membagikan handset pada Ayunda yang memejamkan matanya. Terpaksa ia hanya bisa memandang mereka dengan tas yang menutupi muka dan duduk bersebrangan dengan mereka berdua yang tampak menikmati musik yang dikeluarkan.

"Anjir," umpat Firlangga kala kepala Ayunda menyender pada bahu Dani yang dengan senang hati menerima itu semua. Senyuman yang keluar membuat ia tak bisa berkutik apa-apa di tempat ramai seperti ini.

"Anjir bini gue," lirih Firlangga yang terus mengepalkan tangannya sampai urat-urat yang ada di tangannya nampak.

Ia terus menunggu detik demi detik berlalu, sampai pada akhirnya tujuan yang ingin di capai oleh Dani pun terhenti. Pria itu membangunkan Ayunda yang masih mengantuk dan hanya bisa mengangguk saja. Dani melewati dirinya begitu saja. Dan ia dengan cepat duduk di samping kursi Ayunda yang masih kosong dan belum ada yang punya. Rupanya wanita itu tak menyadari keberadaannya. Beberapa kali Firlangga menatap ke arah Ayunda yang tampak tertidur pulas. Mungkin wanita ini sangat lelah. Sampai pada ketika Firlangga memberanikan diri untuk menggeser posisi dan meraih kepala Ayunda dengan perlahan untuk menyenderkan di bahunya. Ternyata Ayunda benar-benar merasa lelah, sampai tak sadar bahwa ia sudah berpindah bahu sekarang.

"Lo cantik kalau lagi tidur," tutur Firlangga sembari mengusap lembut rambut Ayunda yang menjuntai ke bawah dengan senyuman tipisnya.

#TBC

Halo guys. Up dua part udah aku kasih, ya. Makasih untuk yang selalu komen, dan maaf aku gak bisa balas satu persatu karena ketimbun sama MQ. Intinya kalian buat aku semangat nulis

Happy new year guys🎉🎉 semoga kalian tetap dukung aku terus, ya, amin.

So, tak kenal maka tak sayang. Yuk follow me on Instagram:
Shtysetyongrm
Follow me on Wattpad:
Shtysetyongrm

Yuk guys.

Give me VOTMENT PLEASE 💜

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang