Bukan munafik, terkadang menjauh itu lebih baik dari pada dekat tapi buat sakit.
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai rasa sesama lawan jenisnya, kecuali orang yang menyukai sesama. Dalam hidup kita tak bisa memprediksi dengan siapa kita akan melabuhkan rasa, dengan siapa kita akan jatuh cinta dan bahagia. Kembali ke poin pertama, pada dasarnya kita hanya manusia. Perihal hati kita berlabuh pada siapa, biar Allah yang merencanakan ini semua. Biar Allah yang memberi tahu pada diri kita melalui getaran indah yang hanya bisa kita rasa ketika melihat orang yang kita cinta.
Sedikit memandang saja sudah membuat kita merasakan getaran tak terduga. Getaran yang hanya bisa di dapat ketika kita berada di dekat orang yang kita suka. Rasa itu tak bisa dipaksa dan tak bisa di prediksi datangnya. Datang saja tanpa pamit dan pergi berlalu karena merasa tak cocok lagi.
Dua orang sedang berlari di lorong rumah sakit yang sangat panjang. Beberapa pasien dan perawat ia lihat di sepanjang lorong yang ia lewati. Awalnya mereka ingin pulang, namun tak jadi karena tiba-tiba sebuah telepon datang dan mengatakan bahwa Lembayung sudah lahiran. Ayunda dan Dani yang berada di tengah jalan pun segera memutar arah untuk melihat bagaimana sosok adik baru Ayunda. Memang jarak usia mereka sangat jauh, namun ia tetap menyayangi adiknya. Walau pun ia sudah menikah.
"Di ruangan apa, sih?" tanya Dani di sela-sela lari mereka.
"Ruang mawar. Bentar lagi."
Mereka berdua pun terus berlari sampai ketika mereka menemukan sebuah ruangan yang berada paling pojok dan khusus persalinan. Ruangan itu adalah ruangan mawar. Ayunda yang merasa tak sabar pun segera membuka pintu diikuti oleh Dani yang masuk juga. Tatapan mereka kemudian menjelajahi ruangan yang ternyata sudah penuh oleh keluarga Ayunda. Di ruangan ini terdapat nenek Ayunda, mama mertuanya, kedua orang tuanya, dan tunggu. Kali ini pandangan dirinya terarah pada sosok pria yang sedang memangku sebuah bayi. Apa bayi? Ayunda kemudian mendekat dan segera mencium tangan Dewi yang tak lain adalah mertuanya. Dewi pun memberikan senyuman pada Ayunda.
"Loh, kok gak bareng Firlangga, nak?" tanya Dewi membuat Ayunda yang tengah berdiri kemudian duduk di samping mertuanya.
Ayunda dengan senyuman manisnya berusaha untuk tetap baik-baik saja. Walau hatinya sangat terluka parah karena Firlangga yang saat ini sedang bermain dengan adiknya.
"Iya, Firlangga duluan tadi. Ayunda juga ada urusan sama Dani, iya, kan, Dan?" tanya Ayunda memberikan kode pada Dani yang duduk di samping neneknya.
"Ah, iya. Tadi kami ada urusan, jadi telat sedikit Tante," balas Dani canggung.
Saat ini Dani merasa orang asing. Jika dulu ia di sambut penuh kehangatan, tapi sekarang ia diabaikan. Dulu ia berpikir bisa mendapatkan tempat spesial, namun saat ini Firlangga yang merebut posisinya itu. Dani berpikir lalu untuk apa ia di sini? Kenapa harus ia yang tak pernah mendapatkan giliran untuk menjaga Ayunda dan menikahinya. Dani pun hanya bisa menahan dan menahan. Rasanya sakit jika terabaikan.
"Iya, udah. Mama senang kalau ada kamu di sini. Adik kamu anteng banget sama Firlangga," sahut Dewi sembari menoleh Firlangga yang duduk di sampingnya.
Ayunda kemudian menoleh juga. Ia melihat bahwa adiknya sangat nyaman dengan Firlangga yang ia benci mulai sekarang. Kenapa pria ini yang diberikan kesempatan duluan? Bukan dirinya? Ia bahkan tak rela sekarang.
"Enda gak kangen sama nenek?" tanya Rahma membuat Ayunda menepuk kepalanya dan langsung memeluk Rahma yang tak lain adalah ibunda dari Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...