|Part 50| Merelakan Dirimu

4.5K 712 120
                                    

Sekusut apa pun dirimu tak akan bisa mengubah keadaan dan kenyataan bahwa dia bukanlah untukmu.

Pernah menyadari? Kita dekat dengan orang hanya untuk saling mengenal, menjadi teman, atau bahkan sahabat tanpa menimbulkan perasaan. Walau ada sebagian orang yang menganggap kedekatan yang terjalin saat ini adalah kedekatan spesial dan melibatkan perasaan. Sejujurnya di sini kita yang salah. Dia hanya ingin berteman denganmu, tapi kamu melibatkan perasaan kepadanya. Kamu bicara tak adil, karena perasaan tak pernah terbalaskan. Melalui fakta kita tahu, bahwa dia hanya menganggap kita sebatas teman dari awal, bukan orang yang spesial.

Merasakan sakit hati adalah bonus dari perasaan yang tak pernah terbalaskan. Bukan ingin mengabaikan, tapi cinta dan rasa tak bisa dipaksakan. Jangan salahkan orang lain jika rasamu tak pernah terbalaskan sesuai keinginan. Salahkan dirimu yang terlalu berharap padahal orang yang kita cintai sudah mempunyai tambatan hati selain kita. Tak usah memaksa bahwa dia harus menjadi milik kita. Yang pacaran dan berstatus belum tentu sesuai dengan keinginannya. Jadi kalau dia tidak membalas rasamu? Maka tinggalkan dia.

"Ada hal yang mau gue ngomongin," ucap Dani pada Ayunda yang ada di sampingnya sekarang.

Jam istirahat membuat mereka bertemu satu sama yang lainnya. Mereka yang berada di ruangan yang sama membuat Dani ingin menyampaikan sesuatu yang penting pada Ayunda. Baginya ini adalah akhir dari semuanya. Ia ingin Ayunda tahu perihal rasanya.

"Sama! Gue juga!" sahut Ayunda antusias membuat Dani menatapnya.

"Lo duluan," ucap Dani mempersilahkan Ayunda untuk bercerita dulu.

Ayunda memutarkan badannya menghadap Dani yang menunggu dirinya bercerita. Mata Ayunda menatap ke arahnya, bibirnya tersenyum, dan dua tangannya memegang bahu Dani dengan erat. "Gue bahagia banget."

"Syukurlah, kenapa?"

"Firlangga kasih kejutan spesial bagi gue! Lo tahu, gak sih? Semalam gue dinner sama dia. Dia nyanyikan lagu buat gue." Ayunda kemudian melepaskan tangannya, kemudian tersenyum menatap langit yang terang menyinari dirinya. "Setelah dua tahun dia gak ucapin gue, akhirnya semalam dia kasih kejutan spesial yang buat gue gak bisa berkata-kata. Ini hadiah terindah. Bahkan lo gak bisa kasih buat gue."

Dani menutup mulutnya rapat-rapat. Matanya terus menatap ke arah Ayunda yang bercerita tentang rasa bahagianya. Ia tak apa-apa. Ia berusaha untuk baik-baik saja walau hatinya berdenyut nyeri di dalamnya. Ternyata sudah ada yang lebih dulu mengucapkan Ayunda. Ia kira ia adalah seorang yang pertama, namun Firlangga sudah merebut itu darinya.

Para murid lain yang melewati mereka tak menghentikan Ayunda untuk bercerita seberapa senang kebahagiaan semalam. Ia mengajak Ayunda ke taman depan sekolah. Tentu saja biar tak menimbulkan salah paham. Mereka adalah teladan dan panutan bagi siswa dan siswi lainnya, jadi harus mencontohkan dengan baik etika bertemu.

"Lo bisa rasakan kesenangan gue, gak sih?" tanya Ayunda sembari meraih tangan Dani dan menggegamnya. "Lo ngerasa juga, kan?"

"Iya. Gue turut senang dengar lo bahagia," balas Dani sembari menatap tangan Ayunda yang menggegamnya.

"Pasti! Lo harus senang. Lo sahabat terbaik gue. Gue sayang sama lo," ucap Ayunda sembari tersenyum pada Dani yang hanya bisa menatapnya diam tanpa suara.

"Andai kata-kata itu keluar bukan karena status sahabat, tapi keluar saat lo anggap gue pria bukan sahabat." Batin Dani sembari menatap manik mata Ayunda yang juga menatapnya.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang