|Part 28| Dia Milikku

6.6K 1K 557
                                    

Cemburu untuk orang yang tidak percaya diri, dan saat ini aku merasakan tersaingi.

Obat bius yang ada pada Lembayung sudah tak bekerja lagi. Mata indah itu terbuka sudah lebih satu jam lamanya. Bahkan wanita itu sudah menidurkan anaknya di sampingnya. Tak ada kata yang lebih bahagia, jika kita menjadi seorang wanita yang bisa melahirkan keturunan resmi dan hasil pernikahan kita yang sah.

Lembayung terus saat ini tengah mengobrol dengan Ayunda dan Firlangga yang duduk berdampingan. Ada yang ingin ia sampaikan pada kedua anaknya ini. Ia ingin rumah tangga anaknya baik-baik saja. Cukup ia saja yang merasakan luka, sedangkan Ayunda ia tak mau anaknya ikut merasakan apa yang ia rasa. Ayunda kemudian menatap Firlangga yang juga menatap bundanya dengan tatapan tak terbaca.

"Pernikahan kalian baik-baik saja?" tanya Lembayung mulai membuka obrolan mereka.

Ayunda dan Firlangga saling tatap dengan tatapan tak terduga. Ayunda tak tahu harus mengatakan apa. Jika ditanya baik-baik saja? Rumah tangganya seperti kayu rapuh yang terus terinjak maka akan remuk dan tak berbentuk menjadi satu. Bisa digambarkan sebagai rumah tangga di mana sebuah kesalahan dan rasa dendam terus ada. Bagi Ayunda ini bukan rumah tangga, tapi kehancuran dari masa depannya. Selama ini ia hanya menjaga agar harta berharga yang ia punya masih ada dan utuh untuk suaminya kelak, bukan pria yang ada di sampingnya.

"Baik, kok, Bun. Kita baik-baik aja," sahut Firlangga cukup lama membuat Ayunda mengangguk ragu.

Tatapan Lembayung kemudian terarah pada wajah Ayunda yang sangat murung. Ia tahu, pasti ada sesuatu ketika anaknya begitu. Beberapa hari belakangan ini ia selalu memikirkan rumah tangga anaknya. Hanya ada dua, apa baik-baik saja? Apa berjalan aman dan tak ada kekerasan? Hanya itu yang terus terlintas di dalam benaknya.

Ayunda merupakan seorang putri yang ia lahirkan mempertaruhkan nyawa dan darah yang tak akan mungkin terganti oleh sosok yang lainnya. Jika Ayunda terluka, maka ia akan merasakan sakit dan sesak di dalam hatinya. Ada hubungan batin antara ibu dengan anak yang hanya mereka sendiri tahu apa maksud dari semuanya. Lembayung selalu berharap agar Firlangga tak pernah melakukan kekerasan terhadap Ayunda, baik secara kata atau fisik yang ada.

"Ayunda ada yang mau disampaikan pada bunda?" tanya Lembayung membuat Ayunda menatapnya.

"Ah, enggak. Ayunda cuman capek," balas Ayunda sedikit tersenyum.

Lembayung yang mendengar itu pun mengelus rambut anaknya. "Pulang sana. Bunda ada nenek sama papa yang sebentar lagi datang. Kamu tunggu di rumah bunda dulu gak apa-apa? Soalnya rumah gak ada yang jaga."

"Boleh. Ayunda mau tinggal sama bunda, kok. Ayunda mau urus Adek," balas Ayunda membuat Firlangga menatapnya dalam.

"Kalian gak lagi berantem?" tanya Lembayung kemudian mendapatkan gelengan kepala keras dari Firlangga.

Firlangga tentu membalas cepat. Hal ini memanipulasi agar mertuanya tetap menganggap mereka baik-baik saja. Ia tidak setuju dengan Ayunda yang pulang karena tak mau menyelesaikan masalah mereka berdua. Ini menurutnya kekanak-kanakan dengan pergi dari sebuah masalah dan tak membahasnya secara berdua. Saat ia sedang berpikir keras, Dani tiba-tiba berdiri di sampingnya dan membuat ia menatapnya tajam.

"Mau ke mana nak?" tanya Lembayung pada Dani yang sudah ia kenal sebagai sahabat Ayunda dan rekannya di OSIS.

"Dani mau pulang, Bun. Cepat pulih, ya, Bun. Salam juga dari mama." Dani kemudian menyalami tangan Lembayung kemudian menatap Ayunda yang ternyata memberi kode agar menunggunya di mobil.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang