Jangan pernah iri dengan kebahagiaan orang lain, karena belum tentu apa yang kita lihat adalah kebenaran sesungguhnya.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit lalu. Para siswa dan siswi pun sudah pergi dan meninggalkan kelas mereka masing-masing. Terutama Ayunda yang saat ini berada di depan pintu sembari memainkan ponselnya. Kelas suaminya ada di samping kelasnya, ia tak menunggu hanya saja ia takut jika nenek lampir itu menganggu dirinya kembali. Matanya terus terarah pada ponsel yang ada di tangannya, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya membuat ia terkejut dan menoleh cepat ketika seorang pria sedang tersenyum pada dirinya.
"Halo sayang," ucap Firlangga membuat Ayunda menatap malas.
"Sayang pala lo peang!"
Firlangga yang mendengar itu menatap Ayunda. Baru kali ini Ayunda berani mengatakan dirinya seperti itu. Apa wanita ini masih marah? Karena semalam ia tak percaya akan kata-katanya? Tapi itu hanyalah mitos yang tak akan pernah menjadi nyata. Seorang Karina suka pada dirinya? Tak mungkin baginya.
"Coba ulangi lagi," pinta Firlangga membuat Ayunda menoleh ke arahnya.
"Sayang pala l ----"
Cup
Dengan cepat Firlangga mencium bibir Ayunda sekilas membuat wanita itu mati kutu dan tak bisa bergerak. Pipinya bersemu merah. Tangan yang ia gunakan untuk memegang pipinya panas seketika, wajahnya beralih menatap lain dengan mata yang terpejam. Ia memegang dadanya yang bergemuruh hebat karena ulah Firlangga. Namun sedetik kemudian ia tersadar, bahwa ini bukan di rumah. Ayunda melayangkan pukulan kecil namun bertubi-tubi pada Firlangga yang mencoba menghindari serangan Ayunda.
"Sakit," lirih Firlangga seolah putus asa ketika Ayunda memukuli dirinya secara terus menerus.
"Bodo amat. Pergi sana, aku nunggu Dani untuk antar pulang," ucap Ayunda seolah cuek dan tak peduli.
Kejadian semalam membuat ia benar-benar dibuat kesal. Siapa istrinya? Ia. Tapi Firlangga seolah menganggap rendah penuturannya. Ia bisa melihat dari kaca mata seorang wanita yang mencintai seorang pria. Berbinar-binar, ingin selalu dekat, cari perhatian dan masih banyak lagi cara. Hal itu ia temukan pada Karina yang tanpa sengaja membuat ia paham maksud dan kedatangannya di rumah tangga mereka.
Sebut saja Karina adalah pelakor muda yang mencoba meraih cinta Firlangga dengan bertingkah manis dan perhatian seperti itu. Jujur itu sangat memuakkan untuknya, apa lagi Firlangga tak mau mendengarkan apa yang ia lihat dari Karina. Ia tahu Firlangga tak akan menjadi seperti dulu. Sebesar apa pun wanita itu berusaha untuk merebut suaminya, yang ada Firlangga akan tetap menjadi milik dirinya. Sampai kapan pun itu.
"Masih marah?" tanya Firlangga membuat Ayunda diam saja.
Firlangga ingin meraih tangan Ayunda, namun wanita itu seolah menggeser tubuhnya dan tak menerima ajakan pulang bersama.
"Yakin gak mau pulang bareng?" tanya Firlangga membuat Ayunda menggeleng dan tetap pada layar ponselnya.
Tiba-tiba seorang wanita berdiri di samping Firlangga dengan senyuman ramah yang ia miliki di balik wajah jahatnya. Kedatangan Karina membuat Ayunda memusatkan perhatiannya pada mereka berdua. Bukan pada mereka, tapi lebih pada Karina yang juga tersenyum ke arahnya. Melihat Karina yang berada di samping suaminya membuat Ayunda menegakan badannya. Ia terus menetap gerak gerik wanita yang berusaha merebut Firlangga darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...