Tidak selalu musuh datang arah yang berlawanan
Kadang dari sini ruang terdekat
Berjarak dari logika dan hati
Namanya, ego, ekspetasi, emosi.Musuh kita yang sebenarnya adalah diri sendiri. Logika dan emosi yang ada dihati terkadang membuat kita tak bisa mengkoordinasikan kondisi di dalam hati. Emosi dan ekspetasi selalu datang dan merubah sikap dan rasa seseorang yang ada di hati. Kita tak pernah tahu rasa emosi datang juga tak bisa dikondisikan keberadaannya untuk saat ini. Seperti Ayunda yang tak tahu lagi harus bagaimana dalam rumah tangganya memilih untuk melanjutkan masa depan yang ia anggap penting mulai saat ini dari pada rumah tangganya yang sedang terjadi.
Lelah? Sudah pasti. Berjuang tapi tak dianggap akan membuat kita sakit hati dan tak bisa lepas dari sakit hati. Jalan untuk melepaskan hanyalah saat kita berpisah dari orang yang kita sayang. Pada saat itu kita paham, bahwa dalam hidup bukan hanya cinta yang kita perjuangkan, tapi masa depan untuk diri sendiri jauh lebih penting dari cinta sesaat yang akan hilang. Berjuang untuk orang yang mendapatkan balasan, kalau tidak untuk apa berjuang dalam rasa yang tak pernah terbalaskan? Yang ada hanya sakit dan sesak.
Ayunda memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Sudah satu jam ia pergi dan meninggalkan rumah sendiri. Walau bagaimana pun ia butuh sendiri untuk menjernihkan diri. Banyak hal yang ia obrolkan bersama Dani yang juga mendengarkan dan memberikan solusi baik untuk dirinya. Benar yang dikatakan pria itu bahwa hidup bukan tentang cinta saja tapi masih ada orang yang berada di sekitar kita tanpa ikatan pasti namun selalu membantu kita dalam suka dan duka.
"Loh, udah tidur," tutur Ayunda baru saja membuka pintu dan mendapati lampu mati dan sepi.
Ketika ia ingin menaiki tangga, lampu tiba-tiba menyala dan memperlihatkan Firlangga yang berada di ujung tangga dekat kamarnya. Pria itu terlihat mengintimidasi lewat tatapannya dan terlihat tak suka dari gerak tubuhnya. Ayunda pun hanya bisa melangkah dan malas untuk bercerita.
"Dari mana?" tanya Firlangga.
"Terserah aku mau kemana," balas Ayunda kemudian masuk ke dalam kamarnya dan diikuti oleh Firlangga yang juga masuk ke dalam.
"Kamu istri aku."
"Dulu kemana aja?" tanya Ayunda sembari membuka laptopnya dan duduk di kursi belajarnya.
Ayunda tak bersemangat untuk membalas perkataan Firlangga untuk saat ini. Baginya semua omongan yang dikeluarkan pria ini hanyalah kepalsuan dan tak bisa dibuktikan cukup lama.
"Maksudnya?" tanya Firlangga tak mengerti dengan jawaban Ayunda.
Ayunda mengalihkan pandangannya sebentar ke arah Firlangga dengan malas. Kemudian ia menatap layar laptopnya dan mengisi berkas untuk kuliahnya. Hanya tatapan yang membuat Firlangga tak suka jika Ayunda bertingkah seperti ini pada dirinya.
Tatapan Firlangga kemudian terarah pada layar laptop yang menyala. Matanya menyipit kala ia menemukan tulisan biodata kuliah di dalamnya. Dan ketika ia melihat universitas yang sedang di isi Ayunda adalah luar negeri. Sontak hal itu membuat ia menatap Ayunda yang begitu serius mengisi formulir beasiswa yang sedang isi tanpa memperdulikan dirinya yang ada di sini. Ada apa dengan Ayunda? Kenapa secara tiba-tiba bisa berubah menjadi seperti ini? Ia tak mengerti lagi ada masalah apa yang membuat ia dan Ayunda menjadi seperti ini kembali.
"Kamu mau lanjut?" tanya Firlangga.
"Bisa keluar dulu, gak? Aku sibuk."
"Apa, sih? Tiba-tiba gini."
"Aku bilang keluar dulu. Aku mau isi biodata kuliah. Tolong banget. Kali ini aja kamu coba buat ngertiin aku."
Firlangga yang mendengar ini merasa aneh dengan Ayunda. Apa wanita ini sedang rusak moodnya? Sehingga bertingkah aneh seperti ini pada dirinya. Ayunda terlihat dingin dan tak tersentuh oleh siapa pun termasuk dirinya. Untuk apa Ayunda kuliah? Karena pada dasarnya ia juga akan memiliki anak darinya dan tak bisa melanjutkan kuliahnya.
"Kenapa, sih? Aku salah apa?" tanya Firlangga bingung.
Ayunda yang merasa terganggu segera menutup laptopnya dengan sangat kasar. Wanita ini kemudian menatap Firlangga dengan sangat tajam dan dalam. Ia menatap marah pada Firlangga yang masih saja belum paham atas kode yang ia berikan saat ini juga.
"Keluar aku bilang! Sekali aja kamu coba ngertiin perasaan aku. Sekali aja! Please!" teriak Ayunda menggema di ruangan kamarnya sembari meneteskan air matanya.
Firlangga yang awalnya berdiri dan menjaga jarak pun segera menatap Ayunda secara dekat. Ia melihat saat ini Ayunda sedang menangis dan mengepalkan tangannya kuat. Ada apa? Mereka pulang baik-baik saja dan tak ada masalah apa-apa, tapi sekarang menjadi seperti ini? Ayunda menjadi tidak terkontrol dan ia tak tahu sebabnya apa.
"Ada apa, sih? Aku gak ngertiin kamu apa? Coba bilang," jawab Firlangga belum mengerti.
Ayunda pun hanya diam dan memejamkan matanya berusaha untuk tak menatap wajah Firlangga. Karena dengan menatap sama saja akan memberikan luka baginya.
"Aku mau kuliah dan kamu gak boleh larang aku," ujar Ayunda membuat syok Firlangga.
#TBC
Give me VOTMENT PLEASE 💜
Sekarang udah pas 4 part ya guys. Cus komen guys. Biar aku up terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...