Jika bisa berdua, kenapa menahan beban sakit sendirian saja?
Jam istirahat sudah berakhir sejak satu menit lalu. Dani berulang kali membaca pesan yang menyiratkan ancaman untuk Ayunda orang yang ia cinta. Berulang kali ia berpikir, apakah ia harus pergi ke sana? Tapi untuk apa? Bukankah Ayunda mengatakan bahwa semua tanggung jawab sudah menjadi tanggung jawab Firlangga sekarang? Tapi tetap saja ia tak tenang.
Kakinya meninggalkan taman depan, menuju kelasnya yang berada di ujung sana. Ia berjalan cool, walau saat ini hatinya sedang terluka parah. Ketika di pertengahan jalan, ia membuka lagi isi pesan itu, namun ini hanya ancaman bukan? Tak perlu di khawatirkan. Dengan begitu orang itu tak akan pernah lagi mengancam dirinya untuk datang. Ketika langkah kakinya baru saja masuk ke dalam kelas, hatinya tiba-tiba tak tenang. Pikirannya tertuju pada pesan yang berisi ancaman untuk Ayunda. Ketika ia ingin meninggalkan kelas, saat itu juga guru datang dan membuat ia menghentikan langkahnya.
"Mau ke mana?" tanya guru tersebut membuat Dani menggaruk kepalanya.
"Saya mau ke toilet sebentar. Boleh, Bu?"
"Iya, sudah sana. Jangan lama-lama."
"Baik, Bu. Permisi."
Dani meninggalkan kelas dan berlari begitu saja. Ia berlari ketika koridor sekolah kosong atas murid yang berkeliaran setelah jam pelajaran akan di mulai. Tujuan dirinya adalah taman belakang yang berada cukup jauh dari kelasnya sekarang. Kata-kata ancaman itu membuat ia penasaran kenapa wanita itu mengancam Ayunda yang tak tahu apa-apa. Ia terus berlari dan berlari, sampai ketika ia berada di taman belakang sekolah. Tepatnya di belakang gudang yang tak berpenghuni.
Dani menoleh ke sana dan ke sini, namun tak ada siapa pun di sana. Dani terus melanjutkan langkahnya lebih dalam lagi, tapi tak ada siapa pun di sana. Ia berusaha untuk mencari orang itu, namun tak ada. Hingga akhirnya ia duduk di salah satu bangku taman untuk menunggu orang itu yang memberikan pesan pada dirinya.
"Lo nyari gue, kan?" Suara seorang wanita tiba-tiba membuat ia mengalihkan pandangannya tepat ketika seorang wanita tomboy dan cantik menghampiri dirinya. Dani hanya memasang wajah dingin dan tak bersahabat.
Wanita itu tanpa rasa canggung duduk di sampingnya. Ia terus menatap ke arahnya tanpa bisa mengalihkan pandangannya. Suasana tiba-tiba diam. Angin yang berhembus kencang membuat rambut wanita itu bertebaran menutupi wajahnya yang dingin dan tatapan dalam yang begitu menghanyutkan.
"To the point aja. Lo mau apa ajak gue ke sini?" tanya Dani membuat wanita itu tersenyum miring.
"Lo gak mau kenal, gue?"
"To the point aja."
Wanita itu kemudian menoleh cepat ke arahnya. Tatapan wanita itu tajam seperti elang yang ingin memasang buruan di depannya sekarang.
"Lo lelah, kan?" Pertanyaan itu tiba-tiba datang membuat Dani tak mengerti.
"Gue tahu ketika perjuangan gak terbalaskan, maka sakit dan lelah yang kita dapatkan," ujar wanita itu kembali membuat Dani mulai tertarik dengan pembicaraan mereka.
"Kita?" tanya Dani membuat wanita itu mengangguk.
"Iya, kita. Lo suka sama Ayunda, kan? Gue suka sama Firlangga," balas wanita itu membuat Dani seolah mengerti apa maksud wanita ini mengajak dirinya datang kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...