Yang mencintaimu tak akan lari ketika bahagia menjadi kelabu
Yang mempunyai rasa tak akan lari jika diterpa Atma
Pada dasarnya kita akan tahu, siapa dan kapan kita akan menemukan cinta sejati kita."Mama minta maaf. Mama gak bisa lagi bertahan lebih lama," ujar Dewi dalam dekapan Firlangga.
Saat ini mereka tengah duduk di sebuah taman yang ada di apartemen mewah. Dewi masih syok atas kejadian yang baru saja terjadi, apa lagi anaknya harus tahu semuanya. Ia kira Ayunda tak berada bersama Firlangga, namun semuanya sudah tahu bahwa hubungan dirinya dan Rio memang tak harmonis seperti sedia kala. Ada perasaan tak terduga yang ingin di tahan, namun perlahan menunjukkan keresahan yang sesungguhnya.
Firlangga hanya bisa diam. Dekapan yang ia berikan menjadi semangat bahwa ia juga harus menyemangati dirinya, namun tetap saja tak bisa. Yang berpisah mungkin kedua orang tuanya, tapi ia ikut merasakan rasa sakit yang diberikan papanya untuk sang mama. Hal yang paling ia benci di dunia adalah perpisahan yang membuat dirinya harus terpisah dan jauh dari orang yang ia sayang. Saat-saat terbahagia dalam hidupnya kembali dengan Ayunda, justru kejadian ini seolah merebutnya.
"Mama gak salah. Ini udah takdir ma," ucap Firlangga pada Dewi yang kemudian melepaskan pelukannya.
"Mama harap, kamu dan Ayunda tak akan mengalami ini. Perpisahan akan membuat kalian merasakan sakit hati. Kamu bisa janji sama mama? Kalau kamu dan Yunda akan bersama selamanya?" tanya Dewi sembari menggegam tangan Ayunda yang hanya bisa diam sembari menatap Firlangga yang juga menatapnya.
Firlangga memikirkan apa yang mamanya rasa. Ia juga benci perpisahan namun kala itu ia mendengar kalimat cerai dari Ayunda yang juga kesal pada dirinya saat itu. Firlangga mengerti, bahwa perpisahan datang saat kita salah paham. Kesalahpahaman yang akan membuat kita bercerai berai dan tak bisa lagi dipisahkan.
"Kamu bisa janji sama mama, kan?" tanya Dewi pada Firlangga yang akhirnya menganggukkan kepalanya.
"Iya, aku sama Ayunda tak akan pernah berpisah selamanya, kecuali maut dan takdir yang memisahkan kita berdua," ujar Firlangga kemudian menggegam tangan Ayunda dan tersenyum samar membuat Ayunda membalasnya.
Tak lama dari itu Dewi berdiri dan menghapus air matanya. Hal yang sudah terjadi demi kebaikan dirinya tak ada yang perlu di sesali. Perpisahan ini adalah takdirnya yang membuat ia berpikir tak ada lagi orang yang ia cintai saat ini, kecuali Firlangga yang tak lain adalah anaknya. Selama ini rasa cinta yang ia punya seolah tak berarti apa-apa lagi. Semua pengorbanan dan kerja kerasnya dalam beberapa tahun ini seolah sia-sia dan tak berarti apa-apa lagi. Pada kenyataannya, rumah tangganya tetap hancur juga.
Dewi menghapus air matanya. Ia mencoba berdiri dan berusaha untuk tegar kembali. Ia memberikan senyuman pada anaknya yang juga sama-sama terluka karena perpisahan dirinya. Ia kemudian meraih tasnya dan tersenyum pada mereka berdua.
"Mama pulang dulu. Mama udah gak kenapa-kenapa lagi," tutur Dewi kemudian berlalu pergi dan meninggalkan Ayunda dan Firlangga yang masih duduk di taman kota.
Suasana menjadi canggung kala Dewi meninggalkan mereka hanya berdua. Sesekali Ayunda menoleh tepat pada Firlangga yang hanya diam dan menatap pemandangan taman yang indah. Ia tahu apa yang dirasakan oleh suaminya. Ternyata ini alasan Firlangga mencegahnya dan berbuat kasar untuk rumah tangganya, karena ia benci perpisahan yang memecah belah keluarganya hanya karena seorang wanita yang tak lain adalah Soraya.
Ia juga tak menyangka bahwa Soraya bisa berbuat sekeji ini untuk merusak rumah tangga orang lain yang tak lain adalah papa Firlangga. Belum puas merusak rumah tangganya, sekarang wanita itu merebut papa mertua dari suaminya. Ia tak pernah berpikir sebelumnya, bahwa Soraya yang ia kenal baik dan perhatian bisa berbuat seperti ini pada orang-orang terdekatnya. Ayunda yang melihat Firlangga hanya diam kemudian merengkuh bahunya dan menepuk-nepuk pundak pria itu agar tenang.
"Kamu bisa melewati ini semua." Perkataan Ayunda membuat Firlangga menoleh padanya. "Aku akan selalu berada di sisi kamu. Membantu dan menemani kamu kalah sudah dan senang. Aku janji itu."
"Kenapa? Setelah aku berbuat kasar sama kamu, justru kamu berharap lebih kalau aku bakal balik lagi," tanya Firlangga dengan hati dan suara yang tercekat menahan sesak di relung hati yang dalam.
Ayunda kemudian menatap pohon yang berada di depan mereka. Pohon ini begitu rindang dan lebat. Ayunda kemudian menatap Firlangga.
"Jadilah seperti pohon."
"Kenapa?"
"Pohon walau di terpa panas matahari tak akan mati begitu saja, justru dia masih bisa melindungi orang dan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Aku mau jadi pohon untuk kamu. Walau kamu bertingkah kasar dan tak menganggap, tapi aku akan tetap sayang sama kamu," balas Ayunda tulus sembari memberikan senyuman dalam dan menghangatkan.
Firlangga yang mendengar itu justru berkaca-kaca dan segera memeluk Ayunda yang terkejut akan perlakuan pria yang sedang memeluknya sekarang. Tak lama dari itu ia merasakan bahwa pundaknya basah, ia yakin saat ini Firlangga tengah menangis atas ujian yang diberikannya. Ini bukan hal asing baginya, karena Firlangga yang ia kenal tak akan pernah bisa menutupi rasa sakit dalam senyuman yang terang. Ketika mereka hanya berdua dulu dan keluarga Firlangga ada masalah, pasti pria ini selalu memeluknya untuk menangis dan mengatakan apa yang ia rasakan dalam rasa sakit yang masih ada di relung hatinya.
"Aku salah selama ini. Soraya itu ternyata ular, tapi aku gak percaya sama apa yang kamu katakan. Pernikahan mama seperti ini karena dia, tapi kenapa aku masih berharap kalau ini halu semata? Aku gak siap kehilangan dia," tutur Firlangga tanpa sadar membuat relung hati Ayunda seperti tertancap ribuan belati tajam begitu saja.
Ayunda sempat menghentikan aktivitasnya. Matanya menatap ke arah depan dengan tatapan kosong yang tak bisa di jelaskan. Ternyata cinta Firlangga pada Soraya jauh lebih besar dari apa yang ia kira saat ini. Sejujurnya ia masih meragukan situasi rumah tangganya yang sekarang. Ia hanya takut, apa ini sebuah hayalan? Atau justru kenyataan pahit yang harus ia raih dan terima? Walau sangat menyakitkan.
"Aku cinta sama Soraya, tapi dia kasih aku pengkhianatan yang gak pernah aku sangka. Papa pergi dan meninggalkan mama karena dia. Tapi kenapa harus dia? Selama ini aku kasih semuanya, termasuk tubuh aku buat dia. Tapi apa yang aku dapat saat ini? Hanya pengkhianatan dan hidup dalam ambang kehancuran," ujar Firlangga tanpa sadar membeberkan apa yang pernah ia lakukan bersama Soraya.
Dekapan tangan yang mendekap erat punggung Firlangga terjatuh begitu saja. Hembusan angin yang menerpa bersama rintihan hati yang terluka menjadi saksi bahwa saat ini Ayunda kembali terluka karena ucapan Firlangga. Ayunda kemudian melepaskan pelukannya dan berusaha untuk menghalau rasa sakit dan air mata yang ingin ia keluarkan. Ia ingin berusaha sekuat mungkin menghadapi kenyataan bahwa Firlangga bulan miliknya, tapi milik Soraya yang tak lain adalah sahabatnya. Dulu.
Ia bukan remaja yang tak tahu arti perkataan Firlangga. Tubuh? Apa mereka sudah pernah melakukan hal yang tak pernah ia duga. Namun melihat Firlangga yang seperti ini membuat ia yakin bahwa mereka berbuat yang tidak-tidak sebelum ia menikah. Itu artinya, Soraya juga sudah merubah sifat dan sikap Asli Firlangga yang tak mau menyentuh seorang wanita sebelum menikah. Membayangkan ini semua membuat ia hanya bisa terdiam dan tak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia hanya bisa diam dan diam.
"Aku salah. Aku akan kembali pada impian dan tujuan aku lagi." Batin Ayunda sembari menahan tangis.
#TBC
Give me VOTMENT PLEASE 💜💜
Gimana setelah baca cerita ini guys? Yuk komen beb.
Btw, tinggal 2 part lagi ya. Insyaallah nanti sore dan malam. Tunggu aja.
Yang terpenting komen jangan lupa. Biar aku semangat nulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...