Mungkin anganmu adalah anganku
Mungkin canduku adalah candumu
Sungguh ku adalah singgah mu, ya memang semesta punya jalan sendiri menunjukkannya, tentang siapa kita dan untuk apa kamu ada di sisinya.Semesta selalu memberi tahu pada setiap makhluk yang diberikan napas dan rasa untuk merasakan apa yang ada di sekitarnya. Sering kali kita berharap pada sesuatu, yang belum tentu baik untuk diri kita. Tentang aku dan dia kapan bisa bersama hanya takdir yang akan menjawabnya. Kita ini hanya manusia yang bisa berharap pada takdir baik akan menghampiri kita. Tak bisa mencegah segala kemungkinan yang ada, tak bisa mengelak takdir lain yang tak sesuai harapan kita. Kembali lagi pada poinnya, kita hanya manusia yang hanya bisa menerima bukan mencegah.
Bagi Ayunda kebahagiaan dalam hidupnya adalah keluarga dan betapa pentingnya kedua orang tua bagi dirinya. Salah satu alasan kenapa ia tak bisa menolak perjodohan yang ada, walau ia begitu mencintai Firlangga. Ingin rasanya jika waktu bisa di putar seperti poros jam, hanya satu yang ia pinta. Kapan ia bisa bebas seperti sediakala? Menikmati waktu berdua hanya dengan dirinya dan Chanel YouTube yang ia garap sudah lama. Ada setitik rasa rindu, kala keinginan kembali suram dan tak bisa di laksanakan, walau diri dan keinginan begitu besar. Ya, semuanya sudah terjadi secara cepat tanpa ia duga. Begitulah hidup manusia, ada kalanya bahagia dan ada kalanya sedih, terpuruk, dan merasakan derita.
"Aku mau turun!"
"Gak akan."
"Aku gak siap untuk sekarang."
Firlangga yang mendengar itu menurunkan Ayunda. Matanya yang tajam menatap manik mata Ayunda yang membuat dirinya tenang. Ia kemudian tersenyum dan menatap wajah Ayunda jauh lebih dekat. Tangannya mengelus lembut rambut Ayunda yang terurai panjang sembari menampilkan senyuman yang menawan.
"Emang kamu pikir aku bakal ngapain?"
"Kamu mau ajak aku, kan?"
"Ajak apa?"
Ayunda yang mendengar pertanyaan itu segera memalingkan wajahnya. Semburat merah terlihat jelas di pipinya, membuat Firlangga yang gemas mencubitnya.
"Sakit tau," lirih Ayunda saat Firlangga mencubit pipi tembam nya.
"Aku tahu kamu mikir yang enggak-enggak. Satu yang harus kamu tahu, Yun. Aku gak mungkin melakukan itu saat kita masih sama-sama SMA, walau harta aku banyak dan sanggup menafkahi anak-anak kita, tapi tetap aja aku gak akan melakukannya sekarang."
Perkataan itu membuat Ayunda menatapnya dalam. Ia telah salah sangka, bahwa Firlangga akan kembali merebut masa depannya. Ia ingin kuliah di mana ia bisa melanjutkan pendidikannya. Di Amerika tepatnya. Walau ia masih istri sah, tapi ia tak mau mengorbankan masa-masa indah dalam hidupnya untuk meraih mimpi-mimpi indah yang sudah ia bangun sejak lama.
"Kenapa?" tanya Ayunda.
"Karena aku gak mau kehilangan kamu. Melakukan itu sama saja aku bunuh kamu secara perlahan-lahan. Usia kamu masih muda, dan kamu belum sanggup kalau melahirkan anak kita nantinya. Aku masih sabar, sampai hari itu tiba. Hari di mana aku bisa miliki kamu seutuhnya." Firlangga kemudian menarik tangan Ayunda, mengecup dahi singkat milik Ayunda. Mereka berdua pun tersenyum dan saling memperlihatkan rasa satu sama yang lainnya.
Hanya cinta yang membuat mereka bisa mengerti bahwa cinta dan sayang tak bisa di pisahkan begitu saja. Ada kalanya dalam cinta kita harus mengalah dan mengerti bahwa saling sayang saja tak cukup untuk mempertahankan rumah tangga. Apa lagi jika usia pernikahan masih muda pasti akan banyak rintangan dan masalah yang akan dihadapi untuk mencapai kebahagiaan di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...