Nyatanya aku tak pernah takut jatuh cinta
Yang kutakuti adalah ketika orang yang aku cinta dengan penuh justru hanya mencintai ku secara separuh.Malam ini cuaca begitu indah. Bintang yang berkeliaran dengan ribuan dan tak terhitung oleh dugaan, membuat suasana kota Jakarta menjadi cerah. Bulan yang cerah dan penuh juga menambahkan kesan indah di dalamnya. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Saat ini mereka baru saja sampai di rumah orang tua Ayunda dan ketika Firlangga memarkirkan mobilnya, Ayunda dengan cepat turun dan menghempaskan pintu mobil begitu saja tanpa sepatah kata pun kata.
Ayunda berlari menuju kamarnya dan mengunci pintunya. Ia memukul dadanya yang sesak dan mengarahkan kepalanya ke atas untuk menghalau air mata yang akan keluar. Ayunda kemudian meraih ponselnya dan menekan nomor seseorang untuk ia hubungi sekarang.
"Halo. Ada apa?"
"Gue mau ketemu. Di cafe tempat kita biasa nongkrong, ya."
"Ok. Gue jemput?"
"Jangan. Gue bawa mobil sendiri."
"Ok."
Tut.
Ayunda memutuskan sambungan teleponnya. Wanita ini segera menuju lemari dan mengganti pakaiannya tanpa mandi. Ayunda saat ini memakai dress berwarna putih dan rambut yang dikeriting untuk mempercantik penampilannya. Dengan cepat ia meraih sling bag dan memasukan ponselnya. Ia meraih kunci mobil yang diberikan sang papa untuk hadiah ulang tahunnya. Ia kemudian keluar kamar dan berlari menuju tangga. Tatapan dirinya terarah pada Firlangga yang sedang bersantai di ruang tamu rumahnya.
"Mau ke mana?" tanya Firlangga yang melihat Ayunda kemudian langsung berdiri dan menghampirinya.
Ayunda kemudian terhenti sejenak. Ia menghela napas berusaha untuk menahan rasa sesak kala ia melihat wajah Firlangga, maka ia teringat kata-kata tubuh yang dikeluarkan oleh Firlangga. Ayunda kemudian hanya bisa tersenyum dan berusaha untuk baik-baik saja. Hubungan mereka saat ini sedang baik-baik saja, jadi ia tak mau memperkeruh suasana yang ada.
"Aku ada urusan. Aku pergi dulu." Ayunda kemudian ingin melangkahkan kakinya, namun segera ditahan oleh Firlangga yang menatapnya curiga.
"Mau ke mana? Biar aku antar. Ini udah malam," balas Firlangga membuat Ayunda tersenyum dan menatap Firlangga.
"Aku ada urusan sebentar. Aku pasti pulang. Aku mau pergi dulu." Ayunda kemudian melepaskan tangan Firlangga dan berlari menuju pintu keluar dengan terburu-buru.
Ayunda berjalan masuk ke garasi mobilnya dan mengeluarkan mobilnya dari halaman rumahnya. Ia kemudian mengegas mobilnya menuju cafe yang biasa ia gunakan untuk ia dan Dani bertemu di sana. Ayunda melihat ke belakang, takut kalau Firlangga akan mengikuti dirinya, namun ketika ia melihat tidak ada.
Jalanan saat ini sepi dan kondisi malam hari begitu mencengkam bagi dirinya, namun ia tak takut dan terus menjalankan mobilnya. Ia memang sudah diberikan izin untuk mengemudikan mobil dan ia sudah mendapatkan SIM. Hanya membutuhkan waktu beberapa lama, sampai ia sampai di salah satu cafe di Jakarta. Ia segera mencari tempat parkir dan segera masuk ke dalam cafe.
Cafe selanjutnya yang dapat kamu tuju untuk nongkrong di malam hari atau akhir pekan adalah First Coffe Cafe. Kesan yang ditampilkan pertama kali oleh tempat nongkrong hits yang satu ini adalah minimalis. Meskipun begitu, tampilan tersebut justru menjadikan cafe ini semakin banyak dikunjungi oleh anak muda. Dengan suasana yang berbeda tentu akan menjadikan acara berkumpul bersama menjadi semakin seru. Ayunda berusaha untuk mencari seorang pria yang ingin ia temui, kemudian ia melihat sosok Dani melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...