Katanya ketika kita mencintai maka kita harus di hadapankan dengan segala kemungkinan sakit hati.
Ada pepatah mengatakan bahwa ketika mencintai seseorang maka harus siap dengan segala sakit hati. Fakta yang akan membuktikan, ketika seseorang sakit hati cenderung menangis dan meratapi kegagalan, namun bukankah itu sudah konsekuensinya? Ada yang bisa menerima, ada juga yang membalaskan rasa sakit itu dengan perlakuan yang tidak-tidak saja.
Saat ini mereka berdua sedang menuju ke jalan pulang. Di mobil hanya terjadi keheningan karena Firlangga sibuk memikirkan bagaimana ia bisa membuktikan tuduhan itu tak benar. Berulang kali ia berusaha untuk mencegah dan mengatakan tidak dalam hati, namun perkataan Dani sangat membekas di ingatannya. Apa benar? Tapi ia rasa tak mungkin Karina akan melakukan itu semua.
Ayunda yang terus memusatkan pandangannya ke arah Firlangga hanya bisa menerka-nerka. Ia merasa bahwa Firlangga sedang memikirkan sesuatu setelah pertemuannya dengan Dani. Ia tak bertanya, karena ia yakin Firlangga akan bercerita nantinya. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk menerima cerita Firlangga.
"Kamu kenapa?" tanya Ayunda menyentuh tangan Firlangga.
Firlangga menoleh dan tersenyum di sela-sela aksi mengemudinya. "Aku gak apa-apa. Cuman rada capek aja."
Ayunda pun mengelus tangan Firlangga. Berusaha untuk menenangkan dan menghilangkan rasa lelah suaminya. Ia tetap tersenyum walau Firlangga tak mau bercerita apa yang terjadi sebenarnya. "Pulang nanti aku buatkan teh dan aku pijat. Abis itu istirahat."
Firlangga pun hanya mengangguk saja. Hanya butuh beberapa menit saja, sampai ketika gerbang mewah terbuka dan mobil berwarna hitam yang mereka tumpangi masuk ke dalam rumah megah. Firlangga memarkirkan mobilnya di pintu utama, menyerahkan kunci kepada satpam yang selalu memasukkan mobilnya ke garasi mobilnya. Firlangga keluar diiringi oleh Ayunda yang mengandeng tangannya. Mereka tampak serasi dengan pakaian santai dan masuk ke dalam rumah megah.
"Loh, lo mau ke mana?" Firlangga tampak terkejut kala mereka masuk, ada Karina yang sedang menggeret koper ke arah mereka. Tentu saja ia terkejut karena ia tak tahu Karina akan meninggalkan rumah ini begitu saja.
Karina tetap menggeret kopernya. Bibirnya tersenyum, namun tatapan mata itu terarah pada tangan Ayunda yang menggandeng tangan Firlangga. Sakit? Sudah pasti ia rasa. Ia berusaha untuk baik-baik saja dan menenteng kopernya di hadapan Firlangga. Sampai ketika tatapan mereka beradu, tangan Karina menyentuh bahu Firlangga di hadapan Ayunda yang menatapnya.
"Gue udah beli apartemen. Gue pindah, ya?" tanya Karina membuat Firlangga menoleh ke arah Ayunda yang tampak terkejut juga.
"Kenapa? Lo gak nyaman tinggal di sini?" tanya Firlangga membuat Karina menatap Ayunda.
"Gue rasa istri lo gak suka sama gue, jadi gue beli apartemen aja. Gue tahu lo berdua udah nikah, gue gak akan rebut lo dari Ayunda. Gue gak sejahat itu. Gue pergi karena gue gak mau ada konflik gak enak sama Ayunda," balas Karina memasang wajah sendunya membuat Ayunda yang ada di sana hanya diam saja.
Ayunda diam karena itu adalah fakta. Tak berusaha untuk membela diri, karena Firlangga tahu bahwa ia sedang cemburu karena keberadaan Karina di rumah mereka. Ia siap jika Firlangga marah, karena hal yang ia lakukan untuk kebahagiaan dirinya dan rumah tangganya. Ia yakin Karina sedang berpura-pura dan ia merasa bahwa perkataan Karina sangat jauh dari Karina yang sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...