Apapun hasilnya baik atau buruk, yang terpenting adalah kamu masih mau bertahan dan berjuang mendapatkannya
Berterima kasih lah kepada dirimu sendiri, yang sudah berhasil melewati semua rintangan sampai pada titik ini.Suasana mencekam tergambar jelas. Tak ada satu pun suara yang keluar, kecuali hanya tatapan elang yang siap menerjang lawan di hadapan. Tatapan tajam dan gemelituk gigi terdengar jelas dari seorang pria paruh baya yang berusaha menahan emosinya. Padahal ruangan saat ini dingin, namun terkesan panas dan gerah bagi Firlangga yang hanya bisa diam sembari menunggu papa mertuanya berbicara.
Ada rasa takut kala pria yang ada di hadapannya menatap dingin dengan penuh amarah di wajahnya. Ia bertanya pada dirinya sendiri, ada apa? Hubungan ia dan Ayunda saat ini baik-baik saja. Tak ada satu pun masalah yang harus di permasalahkan juga. Sejujurnya sampai saat ini ia benar-benar tak mengerti tentang bagaimana dan kenapa ia di ajak ke ruangan tertutup seperti ini.
"Kamu tahu alasan saya ajak kamu ke sini?" tanya Zidan bersuara, membuat Firlangga hanya bisa menatapnya kemudian menggelengkan kepala.
Zidan yang melihat itu mengeluarkan benda pipih dari bajunya. Menyodorkan benda itu pada Firlangga yang kemudian hanya menatapnya dengan raut wajah kebingungan. "Ini apa, pa?"
"Ambil dan lihat apa yang ada di sana." Zidan kembali menyodorkan benda pipih yang ternyata ponsel pada Firlangga yang akhirnya mengambilnya.
Benda pipih sudah ada ditangan Firlangga yang masih menatap dengan raut wajah bingungnya. Ketika ia melihat di sana ada Vidio yang belum di putar. Merasa penasaran akan Vidio itu, Firlangga membuka dan membulatkan matanya dengan sempurna. Matanya kemudian menatap Zidan yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam. Vidio macam apa ini? Kenapa bisa terekam dan tersampaikan oleh papa mertuanya?
Dengan badan gemetar hebat dan rasa bersalah ia mengembalikan ponsel itu ketika sudah tak sanggup untuk menonton Vidio. Ia menatap Zidan yang sudah pasti kecewa akan perbuatan yang telah ia lakukan. Bagaimana jika Ayunda tahu? Ia pasti akan di benci seumur hidup oleh wanita yang ia miliki sekarang. Firlangga kemudian menatap mata papa mertuanya, tentu saja dengan tatapan rasa bersalah yang mendalam di hatinya.
"Saya minta kamu jelaskan semuanya," pinta Zidan berusaha tenang.
"Bagaimana bisa papa dapat Vidio itu? Siapa yang mengirimkan?" tanya Firlangga berusaha untuk mencari tahu.
Zidan memalingkan wajahnya. Ia tersenyum miring pada Firlangga yang ada di hadapannya. "Tidak usah banyak bicara. Yang jelas saya bersyukur, karena dengan datangnya Vidio ini saya bisa tahu kelakuan kamu terhadap anak saya. Saya hanya butuh penjelasan, bukan pembelaan."
Firlangga menundukkan kepalanya. Walau bagaimana pun ia tetap bersalah. Di sini ia hanya narapidana yang sedang di interogasi oleh polisi ketika ia salah. Sama seperti Zidan yang sedang menanyakan ini kepada dirinya. Tak ia sangka bahwa apa yang ia lakukan bersama Soraya, kejahatan ia terhadap Ayunda terekam jelas di sana. Siapa? Sampai sekarang ia tak tahu apa motif yang sebenarnya.
"Apa kamu mencintai Ayunda?" tanya Zidan membuat Firlangga sontak menatapnya.
"Saya mencintai Ayunda. Saya berusaha untuk menjaganya, karena saya sangat mencintai dia," balas Firlangga.
"Cinta tidak memberikan rasa sakit pada pihak lain. Kalau kamu mencintai Ayunda, tak mungkin menyakiti anak saya di belakang dan fisiknya. Saya menjaga Ayunda agar tak tersakiti, namun apa yang saya berikan ke kamu hanya omong kosong dan janji yang tak bisa di tepati! Saya percaya sama kamu, tapi apa yang saya dapat? Kamu menyakiti Ayunda Langga!" Suara Zidan meninggi kala ia mendengar kata-kata kebohongan dari Firlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...