Dia bukan gak peka, tapi emang gak ada rasa. Terus mau apa?
Dipertahankan juga susah
Dilepas juga harus menahan sakit melalui kenangan yang ada dalam jiwa.
Serba salah emang, kalau mencintai orang yang salah."Gue cinta sama lo."
Secara spontan Ayunda menatap tepat di manik mata Firlangga yang penuh akan keseriusan, tapi ia tak tahu apa yang dikatakan nyata atau perihal sebuah kehaluan. Ia tidak yakin bahwa Firlangga mencintai dirinya. Bagaimana ia bisa yakin? Jika pria ini masih terus menerus menjalin hubungan dengan Soraya yang tak lain adalah sahabatnya.
Guyuran shower yang ada tak mampu membuat hatinya dingin karena ucapan Firlangga, justru hatinya menghangat dan matanya tak bisa lepas begitu saja. Jika ditanya ia masih cinta? Yah! Dia masih mencintai Firlangga dalam diam dan hatinya saja yang tahu akan semua. Karena cinta tak bisa dipaksa untuk menetap dan pergi begitu saja. Jika ia meminta cinta untuk pergi, lalu apa kabar hati yang masih mengharapkan cinta itu datang sendiri? Ya kadang perihal hati sebuah teka-teki yang tak bisa kita Jabarkan melalui benak saja, tapi menyangkut hati juga.
"Lo pasti gak percaya, kan?" tanya Firlangga membuat gelengan spontan dari Ayunda yang hanya bisa diam.
Pria itu kemudian tertawa dan tersenyum miring. Firlangga kemudian menurunkan Ayunda dan mereka berdiri saling berhadapan untuk saat ini. Tak ada yang berbicara sampai guyuran shower membuat mereka basah tak ada satu pun yang mengeluarkan kata-kata indah dan penuh makna.
"Sama. Gue juga gak percaya kalau sampai saat ini gue bisa lupakan lo dan mencintai sahabat lo."
Der!
Bagaikan petir yang hadir tanpa hujan, perkataan Firlangga seolah menyambar begitu saja dalam aliran listrik di tubuhnya. Aliran listrik yang sangat sakit dan tak bisa ia cegah. Awalnya pria ini memberikan ia sebuah harapan perihal cinta, namun pada akhirnya ini hanya harapan yang tak akan menjadi nyata. Ia bodoh emang, terlalu percaya pada kata-kata manis yang tak bisa dibuktikan kebenarannya.
Lutut Ayunda seolah melemas, tangannya berusaha untuk menggapai sesuatu untuk menahan tubuhnya yang menggigil hebat. Kala itu tubuhnya menjadi hangat, namun saat ini guyuran deras dari shower terasa begitu menusuk dan dingin. Tatapan itu terus terarah pada Firlangga yang menatapnya dengan tatapan tak bisa di prediksi. Ia tak tahu apa yang sedang direncakan oleh Firlangga dan ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Sakit gak?" tanya Firlangga tiba-tiba.
Ayunda pun menoleh cepat. Dan hanya bisa menatap Firlangga yang mengubah ekspresi wajah menjadi tak bersahabat.
"Ini yang gue rasakan, kala lo milih Dani dibandingkan gue saat itu. Gue jauh-jauh jemput lo karena gue tahu lo butuh bantuan, tapi ketika sampai apa yang gue dapatkan?" Firlangga berdecak dengan rasa sesak yang kembali timbul di hatinya. "Gue lihat lo sama Dani ciuman. Lo mikir perasaan gue gimana? Sakit! Sakit ngeliat orang yang kita sayang lebih milih orang lain dari pada pacar dan sahabatnya."
Ayunda pun berusaha untuk mengingat apa yang dikatakan oleh Firlangga. Ia tak pernah ciuman dengan sahabatnya dan ia tak mungkin bisa mengkhianati Firlangga yang sampai sekarang masih ada di dalam hatinya. Ayunda mencoba mengumpulkan ingatan yang tak pernah hilang saat itu juga.
Kala itu suasana hati Ayunda sedang tidak baik-baik saja. Malam pun sudah tiba dan mereka berkumpul di sebuah cafe yang ramai dan terdapat di luar. Bukan hanya dirinya dan Dani, tapi ada Soraya yang tak lain adalah sahabat mereka ikut berkumpul bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)
Fanfiction"Pernikahan gue ini cuman di atas kertas. Secuil rasa dan cinta gak ada untuk dia. Bagi Gue, pernikahan ini hanya ladang bisnis kedua orang tua kita." ~Firlangga Aditiya~ Bagi Firlangga, pernikahan muda yang terjadi pada dir...