|Part 55| Jujur Itu Sakit

4.1K 752 136
                                    

Fakta lebih menyakitkan
Tapi sebuah kebohongan tak benar untuk dilakukan.

Duri mawar itu sakit, tapi mengajarkan bahwa kita harus berhati-hati saat memegang buang tersebut. Sama seperti halnya sebuah fakta. Kita dengar menyakitkan, namun itu adalah sebuah kejadian yang benar. Fakta itu menyakitkan, tapi kebohongan tak pantas untuk dilakukan. Ada kalanya kita percaya, bahwa apa yang kita dengar itu nyata. Ya, memang sebuah fakta itu benar-benar menyakitkan hati manusia.

Awalnya ia tak mau menemui, namun pada akhirnya ia datang kemari. Berusaha untuk mencari-cari, sampai di titik pencarian ia menemukan seorang pria yang melambaikan tangan. Ia hanya bisa membalas dengan lambaian namun dengan wajah datar. Jika diberikan kesempatan, ia ingin berbicara bahwa sebenarnya ia tak mau datang ke sini. Tak mau datang menemui mantan sahabatnya Dani.

"Apa yang perlu kita bahas?" Firlangga yang baru saja duduk langsung menanyakan hal itu membuat Dani menatapnya.

"Ini tentang Ayunda," balas Dani membuat Firlangga tersenyum miring.

"Ayunda urusan gue. Ngapain ikut campur lagi, sih? Gak puas dulu?" Firlangga bertanya dengan nada yang sinis.

Perjalanan yang ia tempuh seakan sia-sia. Ia ke sini hanya untuk mendengarkan Dani yang begitu peduli pada istrinya sendiri. Ia juga bisa menjaga Ayunda dengan baik. Tak perlu di ajari ia sudah mengerti. Dua pria jika suka dengan wanita yang sama maka akan sama-sama tak suka seperti ini jadinya. Ia berharap ada kabar baik, namun kabar baik apa yang ia terima? Tidak ada.

Firlangga berdiri, matanya menatap Dani yang sedang menatapnya saat ini. "Gue rasa bahasan ini gak penting. Buang-buang waktu gue."

Kedua kaki itu berjalan meninggalkan Dani, namun baru beberapa langkah ia meninggalkan meja itu, suara Dani membuat ia terhenti dan memutarkan badannya lagi.

"Ayunda bisa mati kalau lo cemburu gini!" sentak Dani membuat Firlangga memutarkan badannya. Firlangga yang mendengar itu terlihat marah. Bahkan saat ini kedua tangannya mencengkram kuat bahu Dani. Matanya memerah, tak sanggup menyembunyikan rasa amarahnya. Pada pengunjung cafe yang melihat mereka, tak di pedulikan lagi oleh Firlangga. Sementara Dani hanya bisa menatapnya dan berusaha untuk menahan dirinya.

"Gue bisa jaga dia! Gak butuh bantuan lo!" Firlangga berkata dengan intonasi tinggi sembari menunjuk Dani yang hanya bisa diam.

"Dulu gue nyerah gitu aja, tapi sekarang gak lagi! Ayunda milik gue! Paham?" Firlangga mendorong Dani dan mengusap wajahnya frustasi. Sementara Dani seolah membersihkan dirinya dari tangan Firlangga yang menempel di bahunya tadi.

"Ini bukan tentang siapa yang miliki Ayunda, tapi ini tentang lo, Ayunda, dan Karina. Gak ada sangkut pautnya sama gue. Gue gak mungkin rebut Ayunda, ayo lah! Jangan terlalu cemburu sama gue," ucap Dani membela diri.

"Jangan bawa-bawa sahabat gue di urusan kita. Lo gak tahu dia, jadi stop bicarakan soal Karina," sahut Firlangga dengan jari yang menunjuk ke wajah Dani yang berusaha untuk tak terpancing saat ini.

Dani hanya mengangguk saja. Ia paham bahwa Firlangga tentu tak percaya. Tak ada bukti di depan mata, jadi tak akan mungkin mempercayai dirinya. Tak apa. Setidaknya jika sesuatu terjadi pada Ayunda, ia sudah mengingatkan bahwa ini akan terjadi pada suaminya. Ia berusaha menjaga dari jarak jauh. Bahkan ketika nyawanya harus ikut, ia tak masalah. Baginya Ayunda adalah wanita baik yang harus ia jaga. Ini bukan perihal cinta, tapi sahabat pria yang ingin melindungi sahabat wanitanya. Itu saja.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang