|Part 64| Atma Tak Berdaya

5.2K 793 219
                                    

Aku tidak tahu kenapa Tuhan mempertemukan kita berdua, apa kita dipertemukan Tuhan hanya untuk saling menerima luka dari Cinta?

Tuhan menciptakan dua insan untuk saling mencinta. Menahan segala rasa sakit, sesak, dan amarah itu bagian dari sebuah rasa. Tak ada yang tahu, hati kita akan di patahkan kapan dan juga dengan siapa. Kita tak pernah tahu, siapa yang mencintai dan membenci kita. Semua mengalir begitu cepat, namun tanpa batas. Kehilangan begitu cepat, namun tetap saja tak ada kebahagiaan yang terbit dari sebuah kehilangan yang semu.

Berlalu begitu cepat, tak terasa dua Minggu sudah ia terpisah dari orang yang ia cinta. Wanita yang ingin selalu ia jaga, namun tak sanggup untuk memenuhi semua janjinya. Jarak, adalah hal terbesar mereka berpisah. Waktu? Sangat sedikit untuk bertemu, bahkan tak bisa bersatu dalam satu detik yang terus berlalu. Wajah? Tak pernah saling bertemu, sejak dua Minggu lalu. Semuanya menjadi jauh, semuanya, termasuk rasa hidup yang ia punya. Sampai sekarang ia tak tahu, sampai kapan Ayunda akan menutup matanya. Tak pernah tahu sampai kapan keluarga Ayunda memperbolehkan dirinya untuk bertemu dan memegang jemari lembut dengan penuh rasa rindu. Tak ada yang tahu, bahkan dirinya sendiri sangat mengharapkan itu.

Dua Minggu menenggelamkan Firlangga dalam rasa keputus asaan yang tak berujung. Sekolahnya seakan terputus begitu saja. Badannya tak lagi terawat. Botol minuman yang tak pernah ia sentuh kini berserakan di lantai. Kamar yang begitu bau dan penuh botol kaca wine tak pernah tersentuh oleh siapa pun kecuali seorang pria yang saat ini tengah mengamati pemandangan rumah dengan sebotol alkohol di tangganya. Sembari terduduk di sebuah kursi balkon, Firlangga menatap kosong pemandangan dengan mulut yang terus meneguk alkohol itu.

"Aku gak bisa hidup tanpa kamu." Sampai sekarang kata-kata ini yang selalu ia utarakan ketika memikirkan Ayunda yang seolah hilang tanpa kabar. Berulang kali ia mencoba untuk menemukan kebahagiaan, melupakan sedikit rasa sedih yang ia rasakan, namun yang hanya adalah ia yang tak bisa terima jika Ayunda tak ada di sampingnya.

Bahkan suara pintu yang terbuka tak mampu mengalihkan perhatian Firlangga. Pria itu terus meneguk botol wine yang berkadar tinggi tanpa memedulikan badannya yang sangat kurus itu. Seorang pria yang memperhatikan kondisi kamar sahabatnya hanya bisa meringis. Tatapan matanya kemudian terarah pada seorang pria yang sedang merenung di balkon sembari memegang botol alkohol di tangannya.

"Lo bisa mati. Satu hari minum beberapa botol alkohol berkadar tinggi, sama aja lo matiin diri sendiri." Pria yang diketahui adalah Dani segera merebut botol alkohol itu dari Firlangga, namun cengkraman Firlangga sangat kuat di sana. Firlangga tak memedulikan perkataan sahabatnya, ia terus memegang botol dan meminumnya.

Dani yang melihat itu hanya bisa duduk di sampingnya. Tatapan dirinya terarah pada Firlangga yang terus menerus melamun sembari meminum botol haram di tangannya. Ia tak tahu motif apa sehingga Firlangga nekat merusak tubuhnya sendiri. Ia tahu ketidaksadaran Ayunda terus membuat Firlangga merasa bersalah, namun apa dengan begini Ayunda akan bahagia? Tidak. Justru wanita itu akan terluka melihat Firlangga yang terus menerus menyakiti dirinya sendiri karena rasa bersalahnya.

"Please cerita sama gue. Gue sahabat lo, bukan gini caranya meluapkan rasa bersalah lo. Lo bisa cerita sama gue," ucap Dani sembari menatap Firlangga yang melamun saja.

"Lo gak pernah merusak diri lo sendiri, Fir. Ayunda bakal sedih ngeliat lo yang kaya gini. Lo gak mau Ayunda sedih, kan?" tanya Dani membuat Firlangga menatap ke arahnya.

Firlangga kemudian menatap Dani sekilas. Tangannya menaruh botol minuman itu kemudian meraih foto Ayunda yang entah kapan sudah ada di dalam dekapannya. Foto itu ia taruh di depan. Firlangga tampak tersenyum seolah-olah Ayunda ada di depannya.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang