25. Jadian
"Menyatakan perasaan itu emang nggak mudah, apalagi kalau udah mempersiapkan kata-kata, dan mempersiapkan mental dengan matang. Lalu tiba-tiba ditolak."
Nana tahu bahwa Anura akan bertanya banyak hal setelah melihat seperti apa kondisinya sekarang. Bahkan Nana sampai lelah dengan pertanyaan yang gadis itu lontarkan. Tapi jika boleh jujur Nana merasa senang, karena perhatian yang Anura berikan. Meski Nana kelelahan karena Anura tidak kunjung menghentikan pembicaraan. Tentu Nana tahu bahwa Anura sedang khawatir jika terjadi sesuatu yang macam-macam, gadis itu akan menjadi orang pertama yang tidak akan tinggal diam.
Tadi ketika dirinya baru datang, Anura sempat ingin melontarkan berbagai pertanyaan. Namun sayang karena sebelum kalimat itu benar-benar keluar bel masuk sudah terdengar. Akhirnya kalimat itu Anura hentikan hingga sampailah sekarang ia mengajaknya ke kantin untuk makan siang dan langsung menyerbu dengan berbagai pertanyaan. Nana terkekeh pelan, melihat raut gadis itu yang penasaran dan penuh kekhawatiran. Rasanya Nana ingin memeluk Anura erat-erat dan tidak mau melepaskan, sungguh Anura sangat menggemaskan.
"Besok-besok, itu isi kulkas diperhatiin lagi. Kalau tinggal dikit langsung beli, Jangan nunggu keburu beneran habis baru nyari. Gue nggak mau ya lo sampai kenapa-kenapa lagi." Anura sebenarnya heran dengan Nana, apakah gadis itu tidak trauma setelah terakhir kali ada orang aneh yang datang ke rumah. Membuat gadis itu ketakutan dan seluruh badan bergetar hebat, bisa-bisanya gadis itu masih bisa jalan-jalan di tengah malam sendirian. Anura benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Nana sekarang.
Nana hanya mengganggukan kepala dan berdehem sebagai jawaban. Ia juga menceritakan malam itu ia ditolong oleh Arka yang kebetulan lewat sana, Nana jadi teringat dengan dahi Arka yang berdarah. Apakah luka itu sudah diobati oleh Arka, seharusnya malam itu Nana tidak langsung menyuruhnya pulang, membiarkan Arka masuk sebentar dan mengobati lelaki itu sebagai ucapan terima kasih. Tapi sudahlah, Nana tidak mau terlalu memikirkan lagi pula luka itu tidak cukup parah.
Anura mengalihkan atensi menatap ke arah Nana yang tengah makan dengan tenang, sesekali meringis kesakitan. Tadi dia sudah meminta kepada gadis itu untuk beristirahat di UKS saja, tidak perlu mengikuti pelajaran. Tapi Nana mana mau, gadis itu tetap kekeuh mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Anura tetap tidak bisa tenang, jika Nana terus meringis kesakitan seperti sekarang. Mungkin nanti pulang sekolah Anura harus membawa Nana ke rumah sakit untuk diperiksakan. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Biarkan saja Nana mengatakan ia berlebihan, itu karena Anura sedang khawatir bukan kepalang.
"Berarti sekarang lo udah baikan dong sama, Arka?" Sambil menyeruput es teh yang sedari tadi ia diamkan, Anura kembali membuka pembicaraan. Anura cukup penasaran, bagaimana bisa gadis itu berbaikan. Karena jika diingat lagi setiap mereka bertemu tidak ada yang dinamakan perdamaian, Anura paham betul sebenci apa Nana kepada lelaki itu setelah mereka memutuskan hubungan. Lagi pula dari mana lelaki itu hingga bisa bertemu Nana di jalan, Anura tidak berpikir yang macam-macam hanya saja ia heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...