16. Perasaan Aneh
"Hebat ya kamu, mudah sekali menakhlukkan berbagai hati."
Sekarang Nana tengah berada di taman belakang sekolah, setelah tadi menghabiskan makanan dan bercengkrama ringan Nana langsung berpamitan untuk pergi duluan dengan alasan ada urusan yang harus ia selesaikan. Tentu saja hal itu mampu menarik perhatian Anura dengan tatapan kebingungan. Namun karena Nana tidak ingin lama-lama menjelaskan ia pun hanya melambaikan tangan lalu pergi meninggalkan.
Sebenarnya urusan yang ia maksudkan tadi adalah mencari keberadaan Lio yang sekarang sedang memenuhi isi pikiran. Hingga Nana mencari-cari keberadaan lelaki itu hingga ke segala penjuru sekolahan, yang ternyata ada di taman tengah duduk sendirian. Cepat-cepat Nana melangkah mendekat lalu disambut dengan senyum hangat. Lantas Nana mengambil tempat rupanya dipersilahkan tanpa keberatan. Hal itu tentu membuat Nana senang, dan kemudian mereka pun hanya duduk diam.
"Kenapa? Tumben nyamperin duluan." Lio menolehkan kepala menatap gadis itu yang kini tengah menunduk menatap kotak bekal yang ada di pangkuan. Lio sempat mengernyit penasaran, untuk siapakah kira-kira kotak bekal itu akan diberikan. Pasalnya tadi ia sempat melihat gadis itu di kantin yang kemungkinan besar sudah makan, lantas apa yang membuat gadis itu membawa kotak bekal dan menemuinya secara tiba-tiba seperti sekarang. Ataukah gadis itu ingin meminta bantuan untuk diberikan kepada Febryan, tapi bukankah gadis itu sudah mengatakan untuk mulai melupakan lelaki itu pelan-pelan.
Nana kini menatap Lio dengan sungkan, tampak malu untuk menjawab pertanyaan. Bagaimana dia ingin mengatakan bahwa ia datang untuk memberikan sekotak bekal. Nana pun sebenarnya takut, bahwa masakannya tidak layak untuk dimakan. Karena Nana tidak terlalu pandai dalam hal membuat makanan. "Enggak, tadi kebetulan cuma lewat terus nggak sengaja lihat Kakak duduk sendirian." Tentu saja semua yang dikatakan adalah kebohongan. Tanpa sepengetahuan Lio, Nana meruntuki kebodohan yang baru saja ia lakukan.
Lio yang mendengar hanya menganggukkan kepala pelan, Lalu kini suasana kembali tenang. Lio yang sibuk dengan pikiran sedangkan Nana canggung ingin memulai pembicaraan, hingga akhirnya ia pun memberanikan menatap Lio yang tengah memperhatikan ke depan. Nana sempat termanggu melihat sosok itu dari dekat, Nana tidak bohong kalau lelaki itu memang tampan meski wajahnya terdapat semburat pucat.
"Na,"
Nana langsung mengalihkan pandangan, kembali meruntuki dirinya yang ketahuan memperhatikan lelaki itu diam-diam. Sedangkan Lio terkekeh pelan melihat tingkah lucu gadis itu sekarang. "Lo kenapa sih? Barusan ya lihat cowok ganteng kayak gue?" Lio tahu gadis itu tengah berusaha menahan rasa malunya habis-habisan. Bahkan sekarang dia bisa melihat dengan jelas pipi gadis itu yang sudah kemerahan. Lio pun menggelengkan kepala pelan, sedikit takjub dengan tingkah gadis itu yang kini tengah menunduk dalam-dalam.
Lalu Lio menarik dagu gadis itu hingga membuat manik mata mereka saling beradu pandang. "Jangan malu-malu gitu dong, lo bikin gue gemes tau nggak." Keduanya pun langsung bungkam, Lio memandang wajah gadis itu lamat-lamat menikmati pemandangan yang kini tepat berada di hadapan. Entah kenapa hal itu membuat detak jantungnya berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...