🌸 CHAPTER 46 🌸

69 32 66
                                    

46. Insiden di Toilet

"Semua orang nggak akan pernah paham kalau nggak pernah ngerasain langsung, semua orang cuma bisa ngomong sembarang tanpa mau tau kebenaran."

Sedari tadi Nana terus saja merasa tidak tenang, karena sejak bel masuk terdengar dan salah seorang guru sudah datang sampai memberikan materi pembelajaran mata Rescha dari tadi terus mengarah ke arah Nana seolah tidak mau beranjak barang sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedari tadi Nana terus saja merasa tidak tenang, karena sejak bel masuk terdengar dan salah seorang guru sudah datang sampai memberikan materi pembelajaran mata Rescha dari tadi terus mengarah ke arah Nana seolah tidak mau beranjak barang sebentar. Ingin sekali Nana menegur lelaki itu agar berhenti atas kegiatan yang lelaki itu lakukan. Namun sayangnya Nana tidak berani melakukan karena takut mengganggu teman-teman dan menghentikan aktivitas pembelajaran. Hingga akhirnya Nana memutuskan untuk meminta izin agar bisa keluar sebentar.

"Mau kemana?"

Nana langsung menolehkan kepala ke arah Anura lalu berbisik pelan, "toilet bentar." Kemudian tanpa menunggu lama Nana segera meninggalkan ruang kelas mengabaikan ucapan Anura yang mengatakan akan segera menyusul apabila ia tidak kunjung kembali. Nana hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah berjalan cukup jauh. Sejujurnya Nana merasa bersalah atas perkataan yang ia berikan terhadap Rescha. Namun, Nana tidak bisa melakukan apa-apa. Sudah cukup semua perbuatan baik yang Rescha berikan. Gadis itu tidak mau lagi menambah beban Rescha dengan segala masalah yang ia punya.

Baru saja membuka pintu toilet Nana terkejut ketika mendapati Danica-pacar Febryan bersama dengan beberapa teman serta Ofe yang berdiri tidak jauh dari sana seolah tengah menunggu seseorang. Nana langsung berjalan di dekat wastafel untuk mencuci tangan dan muka, sementara di samping Nana, Danica yang tengah cuci tangan langsung mematikan kran air dan beranjak mengambil tisu terdekat. Entah kenapa perasaan Nana mendadak jadi tidak enak, seluruh pandangan seolah menatap ke arahnya.

"Sekarang cewek kalau nggak tahu diri ya murahan, caper sana sini sama cowok orang, main peluk sembarangan sok paling menderita di dunia."

Nana hanya mampu mengernyitkan dahi heran, sama sekali tidak mengerti dengan kalimat yang baru saja ia dengar, kini Nana hanya mampu melemparkan atensi menatap Danica yang masih membelakanginya sambil sesekali tertawa dengan teman-teman. Nana berusaha untuk tidak menghiraukan dan kembali melanjutkan rutinitas yang sempat ia hentikan. Buru-buru ia menyelesaikan agar bisa pergi dari sana dengan cepat.

"Iya 'kan, Na?"

Bersamaan dengan ditutupnya air kran, Nana langsung menolehkan pandangan menatap Danica yang juga tengah melemparkan tatapan. Dapat ia lihat Danica yang mulai mendekat, dengan senyum yang terpampang dengan makna yang sulit untuk diartikan. Sambil mengusap wajah Nana perlahan, menelisik dengan tatapan merendahkan. "Cewek kayak gini, jadi saingan gue? Yang bener aja." Lantas Nana menepis tangan Danica agar jauh-jauh dari permukaan wajah. Sampai sekarang Nana tidak mengerti maksud dari tujuan gadis di hadapan bersikap seperti sekarang.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang