48. Terbongkar
"Sebaik apa pun kebohongan tersimpan, lambat laun akan segera terbongkar. Sepintar apapun kita menutupi pasti akan segera ketahuan. Tidak ada kebohongan yang tersimpan selamanya."
Nana membuka mata tatkala sebias cahaya langsung memenuhi indra penglihatan, lantas Nana kembali mengerjapkan mata untuk menetralisir cahaya yang masuk. Nana langsung terdiam, ingatannya kembali berputar pada kejadian semalam. Yang Nana ingat ada seseorang yang tiba-tiba datang lalu membekapnya dari belakang ketika ia tengah duduk di taman. lalu orang itu membawanya pergi, Nana samar-samar juga ingat malam itu ia sempat berada dalam dekapan Rescha dan pagi ini Nana sudah berada dalam kamarnya sendiri. Nana mendesis sebentar kala rasa pusing mendera isi kepala, lantas Nana bangkit duduk kemudian membuka layar ponsel yang ia dapati hanya pesan dari Anura yang menanyakan kondisinya. Nana hanya bisa menghela napas panjang, kecewa karena Maya-Mamanya tidak juga menghubungi ia sampai sekarang.
Setelah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, cepat-cepat Nana turun dari tangga takut terlambat jika ia terus berlama-lama. Saat sudah turun di tangga paling bawah, Nana mengernyitkan dahi heran kala mencium bau masakan yang berasal dari dapur rumah. Nana sempat berpikir bahwa itu adalah Maya yang sudah pulang. Namun, ketika sampai di dapur Nana semakin dibuat kebingungan kala melihat punggung laki-laki yang seperti tidak asing di pandangan.
Nana semakin membulatkan mata ketika punggung yang sadari tadi ia perhatikan memutar memperlihatkan seluruh wajah di hadapan Nana. Orang itu pun tak kalah terkejut ketika melihat ia berdiri tidak jauh dari sana. "Rescha, lo ngapain di sini?" Sebelum lelaki itu mengeluarkan suara, Nana terlebih dahulu mengajukan pertanyaan, karena ia pun bingung dengan situasi yang ia hadapi sekarang. Melihat Rescha yang hanya tersenyum simpul tanpa memberikan jawaban tentu Nana semakin dibuat heran. Nana mengikuti langkah lelaki itu sampai di meja makan.
Meletakkan sejenak satu buah piring nasi goreng yang sempat Rescha buat, lantas lelaki itu menolehkan kepala ke samping melihat wajah Nana yang masih menatap ia dengan raut kebingungan. Melihat hal itu Rescha justru terkekeh pelan, gadis itu justru terlihat menggemaskan. "Semalam gue nginep di sini, gue lihat-lihat rumah lo kosong nggak ada orang." Rescha mengatakan sembari melepaskan apron yang sempat ia gunakan, menyisakan baju seragam yang sama persis seperti yang Nana kenakan. "Oh, iya. Nyokap lo nggak pulang?" Pertanyaan kali ini Rescha ajukan sembari membawa Nana duduk di kursi makan. Mengajak gadis itu untuk menyantap sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Mendengar pertanyaan barusan, Nana kembali dibuat menghela nafas panjang lalu menyantap satu suap nasi goreng yang sempat Rescha buatkan. "Nyokap gue jarang pulang." Nana dibuat mengangguk kala merasakan nasi goreng sederhana buatan Rescha, rasanya benar-benar enak. Lalu ia lihat ke arah Rescha yang hanya diam menatap ke arahnya. Namun, tatapan Nana jatuh pada beberapa luka yang ada di wajah Rescha. Lantas Nana langsung menghentikan sarapan dan langsung menyentuh luka yang kebiru-biruan yang ada di pelipis lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...