54. Keluarga Impian
"Rumah yang ramah adalah impian semua orang, dianggap ada dan tidak saling menguntungkan adalah hal yang seharusnya dilakukan. Lalu peran seperti apa yang ingin kamu ambil untuk mencapai rumah yang kamu inginkan."
Tidak ada yang membuka pembicaraan semua orang yang kini tengah berada di ruangan Rescha hanya terdiam, menanti sebuah kabar bahwa bayangan menakutkan yang terus berputar di dalam kepala tidak terealisasikan. Dalam hati semua orang memanjatkan doa, meminta kepada pemilik alam semesta agar memberikan kabar baik yang tidak membuat mereka kecewa. Meski berada di satu ruangan dengan suasana sedikit canggung tapi mereka sama sekali tidak menghiraukan. Karena di atas semua itu, mengetahui keadaan seseorang yang tengah berbaring lemah di dalam sana, menjadi hal paling penting sekarang.
Semua kepala langsung menoleh ke sumber suara, kala mendengar gesekan pintu ruangan bersamaan dengan Sang Dokter yang muncul di hadapan. Semua langsung berdiri, berjalan mendekat dan melontarkan pertanyaan akan keadaan seseorang di dalam. "Dok, gimana keadaan anak saya?" Kali ini Mama Rescha yang bertanya lebih dulu, mewakili seluruh pertanyaan semua orang di sana. Menanti jawaban yang beberapa jam lalu sudah mereka tunggu.
Melihat sang dokter yang menghembuskan nafas panjang, awalnya membuat mereka semakin ketakutan. Namun jawaban dari Sang Dokter kemudian membuat mereka tersenyum lebar sembari berkali-kali mengucap rasa syukur. "Keadaan pasien sudah stabil, dan sekarang sedang beristirahat di dalam." Namun setelah mengatakan itu, Sang Dokter tidak juga lekas pergi ia memperhatikan beberapa orang yang ada di sana. "Ada saudari bernama, Nana? Dari tadi pasien menyebutkan namanya." Setelah mendengar perkataan Dokter, Nana langsung tertegun sebentar. Ia menatap seluruh pandangan yang kini juga tengah melempar tatapan.
"Saya Dok." Nana segera maju satu langkah lebih dekat. Nana cukup senang mendengar bahwa keadaan Rescha sekarang sudah baik-baik saja. Namun, ia cukup terkejut kala mendengar perkataan Dokter barusan. Nana masih tidak mengerti dan masih kebingungan. Tapi, jika ia bertanya itu percuma saja, karena jawabannya tentu berada pada Rescha.
"Silakan masuk, pasien menunggu."
Setelah berpamitan untuk kembali melanjutkan pekerjaan. Dokter itu segera bergeser dari tempat sebelumnya. Meninggalkan mereka yang masih terdiam. Tidak, bukan mereka semua. Hanya Nana seorang. Lantas gadis itu langsung menolehkan kepala menatap wanita di sampingnya yang sedari tadi hanya menundukkan kepala.
Dengan langkah pelan, Nana mendekat mengusap punggung wanita itu sambil melempar senyum hangat. "Tante sama Om, masuk duluan aja. Kalian pasti pengen banget ketemu sama Rescha, aku nanti aja." Nana menganggukkan kepala, merasa bahwa inilah yang seharusnya. Mereka yang lebih berhak bertemu Sang Anak, setelah dari tadi memendam kekhawatiran. Tidak pantas rasanya jika Nana mendahului hak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...