13. Pencerahan
"Jika hati dan otak tengah berbeda pendapat. Maka istirahatlah sejenak lupakan masalah yang tengah melandai itu."
Ceklek ...
Dengan keadaan yang masih kacau balau Nana memutuskan untuk ke UKS mengistirahatkan dirinya yang lelah, karena saat ini untuk berdiri saja ia susah payah. Bukan hanya batinnya saja yang butuh istirahat, namun fisiknya kini juga sangat penat. Yang Nana inginkan sekarang adalah berbaring, beristirahat sebentar sebelum kembali sadar bahwa dirinyanya sudah hancur berantakan. Melihat suasana UKS yang sepi tidak ada orang, Nana menghembuskan nafas pelan. Sepertinya ini tempat yang tepat untuk menghindar dari hiruk pikuk sekolahan.
Sekarang ia sendirian, karena Anura dan Kavin sedang pergi ke kantin untuk membelikannya minuman. Tadi ia sempat berdebat sebentar dengan Anura yang tidak mau meninggalkannya sendirian. Tapi Nana memaksa untuk ditinggal, karena ia sedang butuh waktu sendiri untuk beristirahat dengan nyaman. Hingga akhirnya Anura memutuskan ke kantin mencarikan air sekaligus roti untuk mengisi perutnya yang bahkan Nana sendiri tidak merasa lapar.
Nana menghembuskan nafas pelan, ketika sudah berbaring di atas brankar. Padahal ia tidak melakukan banyak hal tapi entah kenapa ia merasa sangat kelelahan. Karena asyik memikirkan banyak hal, tanpa sadar ada seseorang yang baru saja masuk tanpa sepengetahuan. Orang itu berjalan mendekat mengambil tempat tepat di samping Nana yang kini tengah memunggunginya dari belakang. Hingga orang itu berdehem pelan, membuat Nana bangun sangking terkejutnya dengan tampang kebingungan.
"Sorry, gue ngagetin banget ya?" Nana sempat heran melihat lelaki itu tiba-tiba berada di hadapan. Ia pun memperbaiki posisinya menghadap lelaki itu sembari tersenyum canggung. Sedangkan sang empu hanya terkekeh pelan, melihat tingkah gadis yang kini berada di depan. Ia sadar betul bahwa gadis itu merasa kurang nyaman berada di ruangan yang hanya ada mereka berdua di dalam. Lantas lelaki itu berjalan mendekati lemari obat-obatan, mencari sesuatu yang kini sangat ia butuhkan.
Jujur saja saat ini Nana masih bingung harus bersikap bagaimana, ia sendiri merasa tidak terlalu dekat dengan lelaki itu bahkan untuk bercengkrama, Nana tidak mau dianggap sok akrab dengan orang yang hanya beberapa kali ia lihat. "Lagi nyari apa, Kak?" Yang ditanya pun segera membalikan badannya memperlihatkan tablet obat ke arah gadis itu sambil tersenyum hangat. Nana pikir kakak kelasnya yang satu ini mudah sekali menarik sudut bibirnya yang ia yakin tidak sama orang bisa melakukan hal serupa, bahkan senyuman itu membuat wajahnya berseri di tengah-tengah wajah pucat yang mendominasi.
Dia Lio-kakak kelas, sekaligus teman dekat Febryan. Nana sebenarnya cukup canggung karena baru kali ini dihadapkan situasi begini dengan laki-laki yang kini berada di hadapan. Bahkan pertemuan mereka pun bisa dihitung dengan jari. Hingga suasana UKS menjadi hening tanpa suara. Hal itu membuat Lio berdehem pelan berusaha mencairkan atmosfer yang tampak tidak enak menurutnya. "Gue tadi lihat lo, waktu di lapangan," ucap Lio tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...