🌸CHAPTER 15🌸

234 157 20
                                    

15. Rescha Jadian

"Jangan sia-siakan perhatian yang aku berikan. Karena aku bukan orang yang suka memberikan perhatian, dan perhatian dari aku itu langka."

Menurut Nana ini pagi yang cukup cerah untuk menjalankan aktivitas seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menurut Nana ini pagi yang cukup cerah untuk menjalankan aktivitas seperti biasa. Nana tidak sabar untuk buru-buru datang ke sekolah. Kini ia tengah membawa kotak bekal yang sengaja dibuat sebelum siap-siap untuk ia berikan kepada Lio sebagai ucapan terima kasih karena sering membantunya. Benar, setelah kejadian di UKS dan tanpa sengaja bertemu di pasar malam waktu itu kini keduanya mulai dekat. Saling menanyakan kabar lewat layar ponsel atau sekedar bercerita ketika ada waktu luang. Nana tersenyum senang, lalu segera berangkat sebelum dirinya benar-benar terlambat.

Namun, Nana mengernyit setelah datang ia mendapati kondisi lapangan yang sudah dipenuhi banyak orang. Kejadian hari ini membuat dia merasa dejavu kepada kejadian yang sudah berlalu. Tapi itu tidak menutup untuk membuat Nana penasaran. Ia mendekat, mencoba melihat apa yang terjadi hingga teman-teman tidak ingin melewatkan. Sayang sekali, karena saking banyaknya orang Nana tidak bisa melihat hal hebat apa yang terjadi di depan.

Karena Nana bukan gadis yang gampang menyerah ia berusaha mati-matian. Namun sangat disayangkan kerumunan itu tiba-tiba langsung bubar hingga membuat ia seperti anak hilang. Tanpa sadar ada seseorang yang menarik tangannya untuk menghindar, melindunginya dibalik dada bidang. Nana cukup tercekat ketika tahu seseorang yang baru saja datang. Lalu mendorongnya kuat-kuat agar tidak terlalu dekat dari hadapan. "Modus lo, ya?" Gadis itu merapikan rambut yang sedikit berantakan sambil mendengus sebal.

"Gue tadi berusaha nolongin, kalau nggak ada gue lo udah gepeng karena keiles orang-orang di sana tahu nggak." Jujur saja, Arka sedikit tidak terima mendengar tuduhan yang baru saja ia dengar. Padahal ia tadi sempat kasihan melihat gadis itu seperti orang kebingungan di tengah lapangan sendirian. Tapi ternyata sikap baiknya justru mendapatkan tuduhan yang tidak berdasar. Tentu saja Arka berhasil dibuat kesal. Untung gadis yang di hadapan adalah sang mantan yang masih jadi kesayangan.

Sebelum Nana membalas ucapan, dari kejauhan terlihat Anura yang lari dengan tergesa-gesa menghampiri dirinya dengan nafas yang masih tersisa. Ia sempat melihat gadis itu berusaha menetralkan deru nafas dan itu membuat Nana mengernyitkan dahi heran. "Lo ... kemana ... aja sih. Telat mulu," ucap Anura dengan nafas tidak beraturan. Nana yang mendengar seperti menahan nafas karena prihatin dengan keadaan sang sahabat yang kini sedang menunduk dalam-dalam.

Kini Anura mengalihkan pandangan menatap ke arah Arka yang kini tengah berdiri sembari memperhatikan. Anura menatap ke arah Arka dan Nana secara bergantian sembari melemparkan pandangan mencurigakan. "Kalian dari tadi berduaan?" Anura cukup penasaran apa yang membuat Nana mau berlama-lama bersama Arka setelah gadis itu menyelesaikan hubungan. Setelah melihat sendiri Arka menjalin hubungan dengan gadis lain ketika mereka masih berpacaran.

Nana benar-benar kesal sekarang, sembari mendesis pelan. "Enak aja, mana mau gue." Karena Arka hanya diam, hal itu membuat Nana semakin jengkel lalu mengalihkan perhatian menatap Anura yang kini sudah meledeknya sambil tersenyum menyebalkan. "Udah ya, lagian lo ngapain sih lari-lari. Terus tadi juga kenapa banyak banget orang ngumpul di lapangan?" Tidak mau berlarut-larut dalam percakapan yang bisa memancing emosinya naik ke permukaan, Nana mencoba mengalihkan pembahasan.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang