🌸CHAPTER 12🌸

278 183 23
                                    

12. Patah Hati

"Ketika kata-kata tak lagi bermakna, ketika hati sudah terluka. Mampukah waktu memperbaiki segalanya?"

Setelah kejadian beberapa hari lalu, Nana dan Febryan sudah tidak pernah lagi bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian beberapa hari lalu, Nana dan Febryan sudah tidak pernah lagi bertemu. Meskipun mereka sudah memutuskan untuk menjadi sekedar teman, tetap saja tidak bisa dipungkiri Nana merasa seperti ada pagar pembatas yang membentang. Mereka berdua justru semakin jauh dan Febryan semakin tak tersentuh, sangat berbeda seperti dulu.

Tapi bukankah ini yang Nana inginkan, semakin jarang bertemu semakin mudah Nana melupakan Febryan. Seharusnya Nana sadar, yang dilakukan Febryan memang sudah benar. Seharusnya sejak awal ia membatasi diri sehingga hal-hal seperti ini tidak pernah terjadi.

Nana memutuskan meletakkan kepalanya di kedua lipatan tangan, kepalanya seperti mau pecah jika terus dipikirkan. Ditambah lagi dengan suara ricuh dari kelas yang dipimpin oleh Rescha bersama dengan antek-anteknya membuat ia menahan kesal mati-matian. Bahkan di ujung sana mereka sudah membuat acara konser sendiri dengan suara yang terdengar pas-pasan. Dan hal itu berhasil membuat siswi yang tengah bercengkrama berteriak marah-marah, lagi-lagi Nana hanya menghembuskan nafas pasrah.

Hari ini Nana duduk sendirian pasalnya Anura meminta izin untuk pergi ke kantin bersama kavin-sang pacar. Tentu saja Nana tidak bisa melarang, dan kini berakhir ia sendirian seperti tidak punya teman. Memang sekarang seluruh kelas sedang tidak ada guru mengajar, karena ada pertemuan guru-guru dan hal itu membuat teman-temannya bersorak kesenangan.

Mendengar suara gaduh yang semakin ricuh, kali ini didominasi dengan suara Rafa membuat Nana menghembuskan nafas lelah. Nana sudah tidak tahan jika terus berlama-lama di dalam sana. Kini ia memutuskan untuk keluar, ke mana saja yang bisa membuatnya merasa tenang.

Nana sontak terkejut ketika mendapati sosok laki-laki berkulit putih berdiri di hadapan. Setelah itu Nana memutar bola matanya malas, ia tidak peduli dan tetap melanjutkan langkah meninggalkan lelaki itu di sana. Namun gerakannya terhenti kala lelaki itu justru menahan tangannya sambil mengernyit heran. "Ngapain sih, lo?" Nana menghempaskan tangan lelaki itu dan menatapnya tidak suka. Sedangkan lelaki itu justru menyodorkan kotak bekal kepadanya dan hal itu berhasil membuatnya kebingungan.

"Nih, buat lo." Saat itu rasanya Nana ingin tertawa keras-keras, tidak menduga dengan perlakuan lelaki itu tiba-tiba. Sejak kapan Arka jadi aneh begini, tidak seperti biasanya dan hal itu berhasil membuatnya curiga. "Nggak mau diterima nih? Gue udah susah payah loh nyiapin ini khusus buat lo," ucap Arka sembari menyodorkan kotak bekal yang hanya ia lihat dengan tampang ragu-ragu.

Sebenarnya Nana kasihan dan merasa tersentuh karena sudah lama sekali Arka bersikap seperti ini setelah hubungan mereka selesai, tapi dalam rangka apa dan hal itu membuat dirinya bertanya-tanya. Saat dirinya ingin menerima bekal itu, tiba-tiba ada tangan besar yang menyerobotnya lebih dulu. Hal itu membuat Arka maupun Nana sempat terkejut, sedangkan sang empu nampak tidak peduli dan mengamati bekal itu tanpa tahu ia yang tengah menghembuskan nafas berat.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang