🌸CHAPTER 8🌸

308 228 30
                                    

8. Nana dan Rescha

"Tidak ada orang tua yang tidak peduli kepada anak-anaknya. Sesibuk apa pun mereka, percayalah! Mereka selalu berusaha untuk meluangkan waktu untuk bisa bertemu dengan keluarga kecilnya."

Hari ini setelah jam pelajaran berakhir Nana memutuskan untuk cepat-cepat pulang, rasanya ia sudah benar-benar kehabisan tenaga untuk melakukan banyak hal, dan hanya rumah yang saat ini menjadi tempat paling nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini setelah jam pelajaran berakhir Nana memutuskan untuk cepat-cepat pulang, rasanya ia sudah benar-benar kehabisan tenaga untuk melakukan banyak hal, dan hanya rumah yang saat ini menjadi tempat paling nyaman. Di sekolah pun ia tidak melakukan banyak kegiatan, hanya duduk diam di kelas menghabiskan waktu tanpa melakukan apa-apa. Bahkan sudah berkali-kali Anura mengajaknya ke kantin untuk mengisi perut yang keroncongan, pada akhirnya hanya Nana abaikan.

Setelah sampai di perkarangan, Nana menatap heran. Ia melihat mobil Maya-Ibunya yang terparkir tidak jauh dari hadapan. Sesaat kemudian, senyumnya merekah, kala mengetahui Ibunya pulang jauh lebih awal. Ini benar-benar kejadian yang di luar dugaan. Ibunya yang biasanya pulang larut malam hari ini ketika matahari masih bergantung indah di atas sana Ibunya justru sudah pulang.

Dengan langkah cepat Nana segera masuk ke dalam rumah, memastikan bahwa Ibunya benar-benar ada di sana. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat Maya, padahal selama ini mereka masih tinggal di bangunan yang sama. Sebenarnya Nana tidak suka ditinggal sendirian, namun lagi-lagi keadaan yang menuntutnya demikian. Jika Nana bisa meminta kepada Tuhan, ia ingin menghabiskan waktu berdua bersama Maya meski harus kekurangan, karena selama ini ia benar-benar merasa kesepian.

Nana menghentikan langkah tepat ketika melihat sosok wanita yang selama ini ia rindukan, di sana terlihat Maya yang tengah menyiapkan makanan, senyumnya sedari tadi masih terus ia pasang. "Mama," guman Nana pelan.

Melihat Maya yang kini juga menatapnya sambil tersenyum, membuat Nana melangkahkan kaki untuk mendekat, merengkuh sang ibu yang sudah jarang ia lihat. Hangatnya masih sama tempat yang selalu memberikan rasa aman, belaian yang Maya berikan juga membuatnya merasa nyaman. Rasanya Nana ingin menangis sekarang, menumpahkan keluh kesah yang sedari tadi ia tahan mati-matian.

Melihat Nana yang begini membuat Maya tersenyum senang, ia mengelus pucuk kepala anaknya yang selama ini jarang ia perhatikan karena urusan pekerjaan. Melihat Nana yang begitu merindu berhasil membuat dirinya terharu. "Bersih-bersih dulu sana, terus ganti baju. Mama tunggu di sini kita makan sama-sama, ya. Mama udah siapin makanan kesukaan kamu." Sejujurnya Nana tidak ingin melepaskan rengkuhan, namun pada akhirnya ia hanya bisa mengangguk mengiyakan. Dengan langkah cepat Nana segera masuk ke kamar untuk mengganti pakaian.

Sisa-sisa kesedihannya tadi sedikit ia lupakan, ia segera turun setelah menyelesaikan apa yang sudah disuruhkan. Duduk di samping sang Ibu yang kini tengah memanjakan, menyiapkan makanan serta menghidangkan. Rasanya sudah lama sekali ia tidak pernah makan berdua seperti ini. Bercerita mengenai kejadian yang mereka rasakan, bertukar pikiran mengenai masalah-masalah yang mereka alami. Memang benar bahwa teman terbaik yang paling bisa mengerti segala hal adalah Ibu sendiri.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang