57. Pamit
"Tidak ada yang tahu kapan waktunya kita akan pergi, untuk hari ini esok atau nanti lakukan semua hal sebaik mungkin. Karena perkara untuk dipanggil, hanya menunggu waktu tanpa kita tahu."
Rescha menghentikan langkah kala melihat pintu rooftop yang masih terbuka. Sedari tadi lelaki itu mengikuti langkah seseorang hingga sampai di tempat ini. Rescha sendiri tidak tahu apa yang sudah ia lakukan. Seharusnya ia tetap menunggu di bawah, takut bila Nana kenapa-napa. Namun, lelaki itu justru mengikuti seseorang yang tidak jelas membawa ia kemana. Sedari tadi Rescha menimbang-nimbang apa seharusnya ia masuk atau pergi dari sana. Tapi, akan sangat disayangkan jika ia berhenti sampai di sini, padahal ia sudah mengikuti orang itu hingga sejauh ini. Dengan langkah pasti, dan entah kenapa perasaan Rescha justru tergerak agar tetap memilih masuk ke dalam.
Sesampai di sana Rescha justru mengernyit kebingungan kala melihat Arka yang berdiri di pagar pembatas. Lelaki itu lantas berjalan mendekat setelah menghembuskan nafas panjang. "Ngapain lo di sini?" Rescha menepuk bahu lelaki itu pelan sehingga membuat sang empu terkejut kala melihat ia datang. Rescha mengamati penampilan Arka yang sedikit berbeda, sebenarnya ia ingin bertanya namun ia urungkan. Rescha pun melihat-lihat ke depan sembari menghirup udara yang terasa begitu dingin.
"Lo udah nggak papa? Gue denger kemarin habis kecelakaan."
Rescha kembali menolehkan kepala memperhatikan Arka yang kini tengah menatap lurus ke depan. Ia pun hanya menganggukkan kepala meski tahu bahwa Arka tidak akan memperhatikan. Merasa tidak ada hal lain lagi yang dapat ia lakukan Rescha memutuskan untuk berpamitan. Namun, sebelum ia benar-benar pergi dari sana, tiba-tiba perkataan Arka menginterupsi pendengaran dan berhasil membuat Rescha menghentikan langkah.
"Res, lo tau 'kan kalau selama ini gue masih cinta sama Nana."
Kali ini Rescha memutar tubuhnya ke belakang memperhatikan Arka yang masih pada posisi yang sama. Menatap ke depan tanpa mau menatap lawan bicara, tidak mungkin rasanya jika Rescha mengatakan tidak. Karena seluruh teman-teman juga tahu bahwa laki-laki itu masih mengejar Nana yang sudah tidak ada lagi rasa. Namun, Rescha hanya diam tanpa mau mengungkapkan kata-kata menunggu Arka untuk mengungkapkan kalimat selanjutnya. Kini dapat Rescha lihat Arka yang menatap ke arahnya, berjalan mendekat dengan tatapan datar. Hal itu hanya mendapatkan respon dari Rescha dengan tatapan heran.
Bugh!
Kemudian tubuh Rescha jatuh ke bawah, ia semakin dibuat terkejut dengan tindakan Arka yang begitu tiba-tiba. "Maksud lo apa sih, Anjing!" Tentu saja Rescha tidak terima diperlakukan seperti demikian. Ia pun segera bangkit namun kembali tertahan kala Arka mengeluarkan pistol di balik jaket yang lelaki itu kenakan. Rescha tercekat di tempat, ia lantas kembali terduduk di bawah dengan tatapan tidak menyangka. Rescha tidak mau salah mengambil langkah, lalu ia buang nafasnya secara kasar lalu melemparkan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...