🌸CHAPTER 26🌸

121 58 80
                                    

26. Adu Mulut

"Berdebat dengan sengit bukan berarti mengandung permusuhan di dalamnya. Mungkin saja itu cara dia untuk bisa dekat denganmu. Ayolah, belajar berpikir positif."

Nana hanya diam sambil menundukkan kepala dalam-dalam, ia cukup terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana hanya diam sambil menundukkan kepala dalam-dalam, ia cukup terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. Padahal belum lama tadi ia mengatakan bahwa ingin segera punya pacar, lalu tiba-tiba Tuhan langsung mengabulkan dengan laki-laki yang saat ini masih setia duduk di hadapan. Nana tidak tahu harus bagaimana, ia memberanikan diri mengangkat kepala menatap sorot mata Lio yang begitu menenangkan. Ia sama sekali tidak melihat bahwa Lio sedang bercanda sekarang. Lelaki itu serius dengan kalimat yang baru saja dilontarkan.

Menghela nafas panjang, Nana tahu bahwa lelaki itu baik dan itu tidak perlu diragukan. Bahkan beberapa hari terakhir ini lelaki itu sering menanyakan kabar dan menceritakan banyak hal. Tapi pernyataan perasaan yang tiba-tiba tentu sangat mengagetkan. Jujur saja Nana senang bahwa ternyata ada yang tengah menyukainya secara diam-diam. Ia juga tidak menyangka bahwa lelaki penuh perhatian seperti Lio bisa menyukainya yang sedikit kekanak-kanakan.

Karena Nana tidak kunjung menjawab pertanyaan barusan, Lio menghembuskan nafas pelan. Sepertinya gadis itu kebingungan atau sedang memikirkan kalimat untuk menolaknya sekarang. Ia pun langsung mengukir senyuman lalu bangkit sambil menggenggam tangan Nana. "Nggak papa, Na. Lupain aja apa yang tadi gue bilang, sekarang gue anterin ke kelas kayaknya udah mau bel nih." Lio tidak ingin menambah beban pikiran, ia memutuskan untuk menghentikan pembicaraan dan segera mengantar gadis itu yang sepertinya akan kesulitan bila jalan sendirian.

Mengerutkan dahi heran, Nana langsung menarik tangan Lio dengan kasar hingga kembali duduk di hadapan. "Apaan sih, Kak. Mana bisa gue lupain gitu aja." Nana kesal, sekarang ia sedang bingung untuk memberikan jawaban. Tetapi lelaki itu malah menyuruhnya melupakan. Ini bukan perkara yang gampang, ia tidak tahu benar bagaimana perasaan yang ia rasakan ketika lelaki itu bersamanya. Nana sedang berusaha meyakinkan diri bahwa lelaki itu tidak sedang bercanda.

Lio mengerjapkan mata berkali-kali, entah kenapa jantungnya kini berdegup lebih cepat dari biasanya. Bahkan kini nafasnya seperti tercekat, tapi ia berusaha untuk terlihat biasa saja. Tidak lucu bila dia mengeluh kesakitan di saat situasi seperti ini, Lio tidak mau dianggap lemah bahkan tadi ia mengatakan bahwa akan menjadi orang yang dibutuhkan ketika gadis itu terluka. Namun ketika ia ingin menunjukkan kesungguhan justru dia seperti membutuhkan gadis itu karena penyakit yang sedang diderita.

"Iya, aku suka sama Kakak." Nana tidak sadar dengan kalimat yang baru saja ia keluarkan. Nana bahkan tidak berani menatap Lio saat mengatakan hal barusan. Ia hanya menunduk dalam sambil menggigit bagian bawah bibirnya pelan. "Mungkin Kakak bakal bilang kalau aku ini cewek baperan, iya itu emang bener kok, Kak. Aku gampang jatuh cinta karena perhatian seseorang, aku haus kasih sayang, aku juga nggak bisa ditinggal sendirian. Lalu Kakak datang--"

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang