🌸CHAPTER 4🌸

426 310 38
                                    

4. Gagal PDKT

"Gimana mau dekat, kalau setiap pendekatan selalu ada pengganggu."

Dering bel istirahat sudah di bunyikan beberapa saat lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dering bel istirahat sudah di bunyikan beberapa saat lalu. Ironisnya, waktu yang seharusnya ia habiskan untuk makan di kantin justru malah berakhir di perpustakaan yang berisikan manusia-manusia penuh ambisi yang membosankan. Nana tidak suka menahan lapar, dan apabila jerit bel sudah terdengar, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Namun, hari ini. Nana diperintahkan oleh Bu Titin-Guru Matematika untuk mengembalikan setumpuk buku paket tebal ke perpustakaan. Tentu saja Nana hanya bisa mengangguk mengiyakan, tidak berani menolak maupun membantah perintah yang sudah diberikan.

Nana suka ruang baca, tentu saja. Hanya waktunya untuk datang tidak tepat. Lagipula, kenapa harus dirinya yang diperintahkan. Bukankah di kelas masih banyak laki-laki lebih bisa diandalkan. Lantas kenapa harus dirinya? Nana hanya mampu menghela napas pelan, memendam perasaan itu dalam-dalam. Sekarang yang harus ia lakukan, mengurus buku-buku itu lalu pergi ke kantin untuk memberi makan cacing-cacingnya yang sudah berteriak kelaparan.

Setelah memberikan laporan kepada pengurus perpustakaan, Nana kembali membawa buku-buku itu hingga kepayahan. Berat beban yang sedari tadi ia bawa kini sudah semakin berkurang, ia sempat terkejut kala tahu sosok yang sudah membantunya meringankan pekerjaan. Tanpa sepengetahuan, Nana tersenyum kesenangan, sembari mengikuti sosok itu dari belakang.

"Diajar sama Bu Titin, ya?"

Setelah melewati hening cukup panjang, Nana menolehkan kepalanya sembari mengangguk mengiyakan. Tidak dapat dipungkiri, Nana senang bukan main. Rasa kesal yang tadinya hinggap kini hilang entah kemana. Sekarang dirinya bersyukur karena diperintahkan Bu Titin untuk membawa setumpuk buku ke perpustakaan.

Selalu begitu, ketika bertemu dengan sosok Febryan. Laki-laki yang ia kagumi hingga sekarang. Dirinya benar-benar gugup hingga membuat jantungnya sulit untuk dinetralkan. Nana berusaha menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha bersikap biasa saja di tengah jantungnya tidak dapat berdetak secara beraturan.

Setelah sampai pada rak buku yang terletak pada sudut ruangan. Keduanya berhenti, sembari merapikan buku yang berada pada pelukan. Namun, dikarenakan tempat untuk buku yang dibawa Nana berada pada rak yang lumayan tinggi membuatnya kesulitan. Lagi-lagi ia meruntuki postur tubuhnya yang terlalu pendek dan menggemaskan.

Febryan yang melihatnya kesulitan, segera menyelesaikan pekerjaannya. Memandang gadis itu dari kejauhan. Seulas senyum simpul terukir di bibir Febryan. Lalu berjalan mendekat dan mengambil alih sebagian buku untuk diletakkan di tempat yang seharusnya.

"Tempatnya ketinggian, ya?" ucap Febryan sembari menggoda gadis itu yang sudah mengeluarkan peluh cukup banyak.

Nana yang mendengar, menghela nafas pelan. Mengerucutkan bibir sambil menahan kesal. "Nggak kebayang deh, kak. Gimana susahnya gue tadi kalau sampai kakak nggak ngebantuin." Namun, walaupun sedikit sebal dengan ucapan Febryan. Tak dapat dipungkiri bahwa Nana juga merasa senang. Karena pekerjaannya sedikit dimudahkan, dan poin plusnya bisa lebih dekat dengan Febryan.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang