🌸 CHAPTER 51🌸

69 33 66
                                    

51. Arka Brengsek

" Tidak pernah terlintas dipikiranku mengenai hubungan cinta di masa lalu. Maksudku, biarkan saja dia. Hubungan kita sudah selesai. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang masih bergantung dengan dia yang sudah lalu?"

Seperti kebanyakan siswa biasa, setelah menyelesaikan pelajaran yang sangat menguras tenaga dan pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti kebanyakan siswa biasa, setelah menyelesaikan pelajaran yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Anura dan Nana segera menuju ke kantin untuk mengisi perut yang sudah berteriak kelaparan. Tentu saja mereka langsung menyantap makanan dengan lahap, sembari sesekali Anura memperhatikan Nana yang makan dengan tenang. Lantas Anura langsung melemparkan seulas senyuman ia turut senang, melihat Nana sudah lebih baik sekarang.

"Na." Mendengar panggilan barusan, tentu Nana langsung mengalihkan perhatian, Anura yang melihat itu hanya menggelengkan kepala lalu kembali tersenyum lebar. "Enggak, seneng aja lihat lo udah kayak biasa." Anura kembali fokus kepada makanan yang ada di hadapan. Sekarang ia jauh lebih tenang, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat Nana yang sekarang. Gadis itu sudah bisa tertawa dan bercanda dengannya dari tadi setelah sampai di sekolah, bahkan beberapa kali gadis itu memperlihatkan beberapa video lucu hingga membuat mereka tertawa riang.

Nana langsung diam sejenak pikirannya kembali melayang, lalu ia kembali tersenyum sembari menatap ke arah Anura yang kini sedang fokus menghabiskan makanan. "Pelan-pelan gue mau belajar nerima keadaan, Ra." Ucapan Nana barusan berhasil menarik perhatian Anura, gadis itu kembali melempar tatapan dengan pandangan kebingungan. Namun, gadis itu hanya diam menunggu Nana untuk melanjutkan ucapan. "Gue mau belajar ikhlasin Lio. Gue nggak mau Lio ngerasa gagal bikin gue bahagia." Dengan pandangan yang penuh arti Nana berikan kepada Anura, karena selama ini hanya gadis itu yang mengetahui betul betapa terluka hatinya. Hanya Anura yang paham betul apa yang ia inginkan jika ia tengah dirundung lara.

Kini Nana akan benar-benar mencoba untuk melepaskan Lio agar bisa turut bahagia, egois rasanya jika Nana memaksa keadaan untuk bisa terus berpihak kepada dirinya. Nana tidak pernah tahu bagaimana Lio kesakitan sendirian, bagaimana Lio mencoba untuk terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang. Dan kini lelaki itu sudah tidak lagi merasa kesakitan. Lelaki itu sudah sembuh meski harus dengan kata 'pulang'. Semua ini memang terasa menyakitkan untuk sebagian orang, tapi ikhlas selalu menjadi ending terbaik di setiap keadaan. Meskipun terlambat Nana cukup senang, dan berterima kasih kepada Lio karena sudah bersedia datang dan membuat hari-harinya jauh lebih terang.

Berkutat dengan pikiran sendiri, Nana kembali dibuat sadar ketika Kavin tiba-tiba datang menyapa mereka berdua. "Eh, udah selesai latihannya?" Bukan Nana yang mengatakan, melainkan Anura yang menyambut kedatangan sang pacar dengan peluh serta baju olahraga yang terpasang. Nana hanya diam melihat interaksi keduanya. Sama sekali tidak ada rasa iri melihat pemandangan yang ada di depan. Nana hanya senang, sesekali ikut gemas melihat Anura yang dibuat bercanda oleh Kavin. Merasa diabaikan, Nana hanya menghembuskan nafas panjang.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang