38. Berdebat
"Agar hubungan bisa terus berjalan yang harus dipertahankan itu cuma dua, komunikasi dan saling percaya. Kalau salah satunya udah rusak maka seberapa lama pun hubungan itu diperjuangkan, ujung-ujungnya juga bakal berhenti di tengah jalan."
Setelah kemarin menghilang tanpa kabar, tiba-tiba saja tadi pagi Lio menghubungi dan ingin mengajak ia untuk jalan-jalan. Tentu saja Nana tidak bisa menolak meskipun kini perasaannya tengah berantakan, Nana tidak bohong sedari kemarin ia terus penasaran kemana saja perginya lelaki itu seharian, dan hari ini ia berharap mendapatkan jawaban yang diinginkan. Hal seperti ini bukan pertama kalinya bagi Nana hingga bisa dianggap biasa, setelah lelaki itu menghilang entah darimana kemudian sosok itu datang lalu akan mengajak ia untuk keluar seolah-olah kepergiannya bukan hal yang besar untuk diberikan penjelasan.
Selang berapa waktu, orang yang sadari tadi ia tunggu akhirnya muncul dan kini tengah memarkirkan mobil di pekarangan. Dari kejauhan dapat Nana lihat Lio keluar dari mobil dengan pakaian kasual. Jujur saja pacarnya itu sekarang terlihat sangat tampan. Dengan sedikit tertatih Nana berusaha berdiri, karena luka yang ia dapatkan kemarin baru saja ia obati. Nana tahu bahwa luka yang ia dapatkan tidak sedikit, dan ini benar-benar sakit. Lio yang mulai berjalan mendekat pun mengernyit tampak terkejut dengan apa yang baru saja lelaki itu lihat.
"Loh, Na. Kok bisa luka kayak gini?"
Nana tentu dengar pertanyaan barusan, tapi ia berusaha untuk mengabaikan. "Yuk, berangkat." Tanpa ingin memberikan jawaban Nana alihkan pembicaraan. Dapat Nana lihat Lio yang langsung membukakan pintu mobil dan mempersilahkan ia masuk pelan-pelan. Nana pun hanya bisa menerima saja perlakuan yang diberikan, hingga saat di dalam mobil keduanya hanya diam. Suasana hati Nana hari ini sedang tidak baik, melihat keluar kaca jendela di mana ia lihat langit indah di atas sana tengah tertutup awan mendung cukup tebal. Karena memang akhir-akhir ini sudah masuk musim penghujan. Lagi pula kenapa Lio membawa ia keluar di saat cuaca sedang tidak baik seperti sekarang.
Lio tidak mengajak Nana untuk pergi terlalu jauh ia hanya membawa gadis itu untuk datang ke rumah pohon yang berada di ujung sana. Melihat cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini tentu Lio tidak bisa berbuat banyak, dengan membawa box kecil yang sudah ia persiapkan dari tadi malam kemudian ia membawa Nana untuk mengikutinya dari belakang. "Rencananya tadi aku mau ngajak kamu naik, tapi-" Belum selesai Lio dengan kalimat yang ingin ia sampaikan, tiba-tiba saja Nana melepaskan genggaman tangan. Tentu hal itu membuat Lio terdiam, dan memperhatikan gadis itu yang mulai jalan duluan.
"Aku nggak papa, kok." Nana menghembuskan nafas panjang, lalu ia berbalik badan menatap ke arah Lio yang hanya berdiri tidak jauh dari hadapan. "Kayaknya kalau bukan sekarang aku nggak tahu kapan lagi punya kesempatan." Nana tidak bercanda, melihat lelaki itu yang mudah menghilang tentu saja apa yang ia ucapkan adalah kebenaran. Ia hanya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, meskipun terluka itu bukan masalah. Tidak ada yang tahu hari kemudian, siapa yang akan mengira jika nanti Lio akan kembali tidak ada kabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...